Salah satu pengetahuan penting adalah Malu. Lebih baik malu
daripada tidak tahu malu. Tuhan, berikanlah aku anugerah rasa malu.
—@noffret
daripada tidak tahu malu. Tuhan, berikanlah aku anugerah rasa malu.
—@noffret
Sekarang aku tahu, salah satu hal penting yang perlu dimiliki manusia adalah rasa malu. Karena adanya rasa malu, manusia mengenal peradaban, kebudayaan, bahkan dirinya sendiri. Dengan adanya rasa malu, manusia memiliki batas kepantasan dan kelayakan ketika akan melakukan apa pun yang dikehendakinya.
Karena adanya rasa malu, manusia mengenal pakaian, sopan santun, etika, dan rasa hormat terhadap sesamanya. Karena adanya rasa malu, manusia belajar mengembangkan dirinya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitasnya. Karena adanya rasa malu pula, kita disebut orang yang beradab, berbudaya, dan beretika.
Ada beberapa manusia yang tidak memiliki rasa malu, dan kita biasa menyebutnya “orang gila”. Karena tidak lagi memiliki malu, orang gila tidak risih meski tidak mengenakan pakaian. Karena tidak memiliki rasa malu, orang gila bisa keluyuran ke swalayan sambil telanjang. Karena tidak memiliki rasa malu pula, orang gila menganggap perilakunya yang memalukan itu wajar-wajar saja.
Orang gila dapat melakukan apa pun, ngoceh tentang apa pun, memuji atau menghujat siapa pun, tanpa rasa malu. Ia bahkan dapat keluyuran memamer-mamerkan auratnya sendiri sambil tertawa-tawa. Bahkan meski ditegur sekali pun, orang gila akan terus mengulangi perbuatannya. Kita bisa memberikan pakaian yang layak untuk orang tak tahu malu, tapi pakaian itu akan kembali dibuangnya, karena tidak adanya rasa malu. Orang gila tidak mengenal aurat.
Karena tidak mengenal aurat pula, orang gila bisa tidak mandi berbulan-bulan, lalu dengan santai berjalan-jalan sambil telanjang, sambil ngoceh tentang apa saja. Di kampung-kampung, kadang anak-anak kecil suka mengikuti orang gila semacam itu sambil tertawa-tawa. Dan si orang gila juga ikut tertawa-tawa, karena mengira anak-anak kecil itu pengikut atau penggemarnya. Semakin banyak “pengikutnya”, dia semakin bangga.
Malu, rasa malu, menyelamatkan kehormatan manusia.
Yang ironis, kadang-kadang, ada orang yang tidak tahu malu tapi tidak mau disebut gila. Kau tahu, ada orang yang ke mana-mana membukakan auratnya sendiri tetapi dengan ekspresi bangga, seolah ia menjadi hebat dengan memamer-mamerkan aurat semacam itu.
Aurat tidak sebatas aurat tubuh, karena ada aurat sosial, aurat psikologis, aurat otak, bahkan aurat hati. Ada bagian dalam masing-masing kehidupan kita yang selayaknya hanya kita simpan sendiri. Ada bagian dalam otak dan hati kita, dalam perasaan kita, yang selayaknya tidak diumbar ke hadapan orang lain. Karena namanya aurat, maka tentu harus ditutupi untuk menjaga kehormatannya.
Tetapi karena orang tidak tahu malu, maka aurat itu pun diumbar dan dipamer-pamerkan. Mungkin ia merasa hebat karena melakukan hal semacam itu, namun orang-orang yang menyaksikannya menjadi risih dan muak. Ketika kita menyaksikan orang gila memamerkan auratnya, kita pun tentu tidak ingin melihatnya. Sesuatu disebut aurat, kita tahu, karena ia ditutupi rasa malu.
Dan aurat itulah yang membedakan manusia dengan yang bukan manusia. Hewan, secerdas dan sehebat apa pun, tidak memiliki rasa malu sehingga mereka tidak memiliki aurat. Ketika manusia sudah tidak memiliki rasa malu, kita pun menyebutnya orang tak tahu malu. Dan orang yang tak tahu malu biasanya ada yang tidak beres di kepalanya.
Malu, rasa malu, adalah tanda kesehatan manusia—baik fisiknya, maupun psikisnya. Malu, rasa malu, adalah tanda seseorang masih layak disebut manusia, dan bukti ia masih layak dihormati sebagai manusia.
Karena itu, oh Tuhan yang Maha Pemalu, anugerahkanlah rasa malu untuk diriku. Karuniakanlah rasa malu untuk hamba-hamba-Mu, agar kami semua dapat saling menghormati dan menghargai tanpa rasa risih, agar kami bisa saling bercakap-cakap tanpa khawatir muntah, agar kami bisa bersama-sama tanpa perasaan muak.
Anugerahkanlah rasa malu untukku, Tuhan, agar aku senantiasa mampu menjaga kewajiban untuk malu yang telah Kau-karuniakan untukku.