Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau kerancuan, sebaiknya jangan baca catatan ini sebelum membaca catatan sebelumnya.
Seperti semua isu besar yang pernah lahir di dunia ini, uang, kekuasaan dan kapitalisme menjadi latar belakangnya. Ketika konsep pemanasan global digulirkan, serta-merta berbagai pihak mengendus manfaatnya—dari birokrat hingga para ilmuwan tak bertanggung jawab. Pemanasan global menyulut sebuah krisis kolosal, dan menggugah orang untuk berbuat sesuatu. Krisis harus dikaji, diteliti, dan penelitian itu perlu didanai, serta didukung oleh struktur politik dan birokrasi seantero dunia.
Maka, dalam sekejap, sejumlah besar pakar geologi, meteorologi, serta ahli riset kelautan menjelma menjadi “pakar iklim” yang berupaya mengatasi krisis itu. Sebuah peluang besar yang menjanjikan banyak uang dan kekuasaan ada di depan mata mereka. Lalu isu pemanasan global pun bergulir seperti bola salju, makin hari makin membesar, hingga kemudian menjadi isu global.
Pemaparan di atas mungkin terdengar fantastis, karena sepertinya orang dapat menyuguhkan kebohongan dengan mudah hingga termakan masyarakat dunia dengan mudah pula. Kenyataannya memang iya! Kalau kau punya sesuatu yang dapat ditawarkan ke media, dan kau punya koneksi yang tepat—entah memiliki uang atau sedikit kekuasaan—kau dapat memuntahkan apa pun, dan masyarakat akan mengunyahnya dengan rakus.
Sebagai contoh, pada tahun 1983, ada isu tolol yang disebut “musim dingin nuklir”. Silakan tanyakan pada ayah atau kakekmu, dan hampir dapat dipastikan mereka pernah mendengar isu itu—khususnya kalau mereka cukup sering baca koran atau nonton berita di televisi.
Nah, sebelum tahun 1983, tidak ada satu orang pun di planet ini yang pernah mendengar tentang “musim dingin nuklir”. Sampai kemudian, pada suatu hari Sabtu di tahun 1983, diadakan sebuah konferensi besar-besaran mengenai isu tersebut, dan… bum! Pada hari Rabu di minggu setelahnya, seluruh dunia gempar dan mencemaskan musim dingin nuklir.
Hanya butuh waktu lima hari untuk meyakinkan publik dunia tentang ancaman yang disebut musim dingin nuklir. Dan isu itu dimakan bulat-bulat sebagai ancaman nyata bagi planet bumi, padahal isu itu sama sekali tidak didukung oleh satu lembar pun makalah ilmiah! Faktanya memang bohong, karena hingga hari ini sesuatu yang disebut musim dingin nuklir hanya isapan jempol.
See…? Isu yang tolol dan paling tidak masuk akal sekalipun akan dimakan mentah-mentah oleh masyarakat, jika isu itu dikemas melalui media, yang—tentu saja—didukung uang atau kekuasaan yang cukup. Dan orang-orang yang mau-maunya berbohong serta mendanai dan memfasilitasi kebohongan semacam itu tentu memiliki tendensi di baliknya.
Jadi, beginilah asal mula munculnya isu pemanasan global itu. Pada Juni 1988, lembaga pemerintah Amerika mengadakan rapat dengar pendapat antara Senat dan badan legislatif, yang waktu itu diketuai Senator Wirth dari Colorado.
Pada waktu itulah, seorang pakar klimatologi terkenal bernama James Hansen menyampaikan teorinya mengenai pemanasan global, sementara ratusan wartawan dari berbagai media meliput kesaksiannya. Pemaparan “teori” James Hansen itu kemudian dirilis ke media, dan masyarakat pun serta-merta menelannya. Yang tidak diketahui mereka, rapat dengar pendapat itu telah diskenariokan sebelumnya!
Kita lihat keanehannya…? Rapat dengar pendapat lembaga pemerintah di atas tak ada bedanya dengan konferensi pers biasa—suatu bentuk manipulasi media yang sangat mencolok mata.
Lanjut ke sini.
***
Seperti semua isu besar yang pernah lahir di dunia ini, uang, kekuasaan dan kapitalisme menjadi latar belakangnya. Ketika konsep pemanasan global digulirkan, serta-merta berbagai pihak mengendus manfaatnya—dari birokrat hingga para ilmuwan tak bertanggung jawab. Pemanasan global menyulut sebuah krisis kolosal, dan menggugah orang untuk berbuat sesuatu. Krisis harus dikaji, diteliti, dan penelitian itu perlu didanai, serta didukung oleh struktur politik dan birokrasi seantero dunia.
Maka, dalam sekejap, sejumlah besar pakar geologi, meteorologi, serta ahli riset kelautan menjelma menjadi “pakar iklim” yang berupaya mengatasi krisis itu. Sebuah peluang besar yang menjanjikan banyak uang dan kekuasaan ada di depan mata mereka. Lalu isu pemanasan global pun bergulir seperti bola salju, makin hari makin membesar, hingga kemudian menjadi isu global.
Pemaparan di atas mungkin terdengar fantastis, karena sepertinya orang dapat menyuguhkan kebohongan dengan mudah hingga termakan masyarakat dunia dengan mudah pula. Kenyataannya memang iya! Kalau kau punya sesuatu yang dapat ditawarkan ke media, dan kau punya koneksi yang tepat—entah memiliki uang atau sedikit kekuasaan—kau dapat memuntahkan apa pun, dan masyarakat akan mengunyahnya dengan rakus.
Sebagai contoh, pada tahun 1983, ada isu tolol yang disebut “musim dingin nuklir”. Silakan tanyakan pada ayah atau kakekmu, dan hampir dapat dipastikan mereka pernah mendengar isu itu—khususnya kalau mereka cukup sering baca koran atau nonton berita di televisi.
Nah, sebelum tahun 1983, tidak ada satu orang pun di planet ini yang pernah mendengar tentang “musim dingin nuklir”. Sampai kemudian, pada suatu hari Sabtu di tahun 1983, diadakan sebuah konferensi besar-besaran mengenai isu tersebut, dan… bum! Pada hari Rabu di minggu setelahnya, seluruh dunia gempar dan mencemaskan musim dingin nuklir.
Hanya butuh waktu lima hari untuk meyakinkan publik dunia tentang ancaman yang disebut musim dingin nuklir. Dan isu itu dimakan bulat-bulat sebagai ancaman nyata bagi planet bumi, padahal isu itu sama sekali tidak didukung oleh satu lembar pun makalah ilmiah! Faktanya memang bohong, karena hingga hari ini sesuatu yang disebut musim dingin nuklir hanya isapan jempol.
See…? Isu yang tolol dan paling tidak masuk akal sekalipun akan dimakan mentah-mentah oleh masyarakat, jika isu itu dikemas melalui media, yang—tentu saja—didukung uang atau kekuasaan yang cukup. Dan orang-orang yang mau-maunya berbohong serta mendanai dan memfasilitasi kebohongan semacam itu tentu memiliki tendensi di baliknya.
Jadi, beginilah asal mula munculnya isu pemanasan global itu. Pada Juni 1988, lembaga pemerintah Amerika mengadakan rapat dengar pendapat antara Senat dan badan legislatif, yang waktu itu diketuai Senator Wirth dari Colorado.
Pada waktu itulah, seorang pakar klimatologi terkenal bernama James Hansen menyampaikan teorinya mengenai pemanasan global, sementara ratusan wartawan dari berbagai media meliput kesaksiannya. Pemaparan “teori” James Hansen itu kemudian dirilis ke media, dan masyarakat pun serta-merta menelannya. Yang tidak diketahui mereka, rapat dengar pendapat itu telah diskenariokan sebelumnya!
Kita lihat keanehannya…? Rapat dengar pendapat lembaga pemerintah di atas tak ada bedanya dengan konferensi pers biasa—suatu bentuk manipulasi media yang sangat mencolok mata.
Lanjut ke sini.