Orkestranya La Valse D’amelie ini kok lama-lama
asyik dinikmati. Bersyukur hari gini masih ada musik gituan.
—Twitter, 1 April 2014
Setiap kali mendengar alunan La Valse D’Amelie, rasanya
seperti ada yang bergetar halus, berdesir lembut, di sini. Di hati.
—Twitter, 28 September 2014
Notasi musik tak pernah bertambah.
Tapi lagu yang bisa digali darinya tak pernah habis.
Selalu ada lagu baru yang dicipta dan dinyanyikan.
—Twitter, 29 Maret 2014
Lagu, dengan lirik dan musik, adalah salah satu
keajaiban yang diciptakan manusia.
—Twitter, 4 Februari 2014
Jangan menilai orang dari penampilannya semata.
Tunggu sampai kau mendengarnya menyanyi.
—Twitter, 4 Februari 2014
Aku bersyukur pernah hidup di zaman ketika lagu-lagu
dicipta dan dinyanyikan penuh keindahan.
Ketika notasi musik dibaca sepenuh hati.
—Twitter, 4 Juni 2014
Lima belas tahun lalu banyak musik buruk yang menyedihkan,
yang tidak ingin kita dengar. Sekarang... jauh lebih banyak.
—Twitter, 4 Juni 2014
Era keemasan musik Indonesia, bagiku,
adalah di masa lalu, ketika lagu masih dicipta
dan dinyanyikan dengan hati.
—Twitter, 4 Juni 2014
Bagi sebagian orang, MTV adalah tuhan.
Bagi sebagian lain, MTV adalah setan. MTV mengubah
keindahan di telinga menjadi pameran di mata.
—Twitter, 4 Juni 2014
MTV adalah awal hancurnya keindahan musik dunia.
MTV membuat Bach dan Beethoven terlupakan,
dan menggantinya dengan bocah-bocah pecicilan.
—Twitter, 4 Juni 2014
Dosa besar MTV adalah mengubah musik
yang seharusnya dinikmati hati dan telinga,
menjadi pameran dangkal yang cuma memanjakan mata.
—Twitter, 4 Juni 2014
Musiknya Pas Band ketika mereka masih indie
jauh lebih hebat dibanding setelah masuk major label.
Dalam industri, idealisme jadi anak tiri.
—Twitter, 8 Maret 2014
Di telingaku, “Regulasi”-nya Pas Band adalah
musik rock Indonesia dengan melodi paling indah
dan membius. Penetrasi suara untuk eargasmic.
—Twitter, 14 Desember 2014
Dengerin “Sublim”-nya Pas Band tuh bikin nangis.
Era ketika Yukie masih sangat asoi, dan Bengbeng
masih tahu cara menggunakan gitar melodi.
—Twitter, 14 Desember 2014
Fakta bahwa visi dan kualitas karya seniman hebat
cenderung terdistorsi ketika masuk industri,
adalah cermin buram masyarakat kita.
—Twitter, 8 Maret 2014
Masyarakat hanya mau mengonsumsi sesuatu
yang sesuai selera mereka. Yang merisaukan,
selera mereka patut dipertanyakan.
—Twitter, 8 Maret 2014
Cara mudah mengetahui suatu musik tergolong hebat
atau menyedihkan: Dengarkanlah dua puluh tahun
sejak musik itu diciptakan.
—Twitter, 4 Juni 2014
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.