Perempuan berpikir lelaki berpikir seperti dirinya.
Sementara lelaki berpikir perempuan berpikir seperti
dirinya. Tahu di mana lucunya?
—@noffret
Sementara lelaki berpikir perempuan berpikir seperti
dirinya. Tahu di mana lucunya?
—@noffret
Ketika seorang lelaki belum memiliki pacar atau belum pernah pacaran sama sekali, mungkin dia kesulitan mendapat pacar. Tetapi begitu sudah dapat pasangan, dia akan merasa jalannya untuk mendapat pacar lain jauh lebih mudah—tiba-tiba ada banyak wanita yang mau jadi pacarnya. Karenanya, jika dia kemudian putus dengan wanita yang menjadi pacarnya, dia pun tidak akan kesulitan mendapat pengganti kalau memang menginginkan.
Hal semacam itu dialami oleh hampir semua lelaki, karenanya tidak bisa dibilang kasuistis. Perhatikan kawan-kawan lelakimu. Atau, kalau kau kebetulan lelaki yang belum pernah pacaran, dan merasa kesulitan mendapat pacar, ingat-ingatlah ini. Kelak, setelah kau mendapatkan pacar, kau akan merasa sangat mudah mendapatkan pacar lain, dan mungkin kau akan heran hingga bertanya-tanya sendiri, “Kenapa dulu aku sangat kesulitan mendapat pacar?”
Ketika seorang lelaki belum pernah pacaran, dia mungkin akan kesulitan mendapat pacar. Tetapi ketika seorang lelaki telah mendapat pacar, dia akan mudah mendapat pacar lain. Karenanya, kalau dia memang menginginkan, punya pacar baru akan jauh lebih mudah dibandingkan ketika pertama kali mencari atau mendapat pacar pertama.
Bagaimana hal aneh semacam itu bisa terjadi? Jawabannya ada pada perbedaan pola pikir antara lelaki dan perempuan, khususnya ketika menentukan seseorang yang akan dijadikan pacar.
Dalam pola pikir umum lelaki, perempuan yang “ideal” untuk dijadikan pasangan adalah perempuan yang tidak terlalu intim dengan lelaki. Semakin banyak lelaki yang ada di sekeliling perempuan, semakin berkurang minat lelaki untuk memacarinya. Jujur saja, saya pun begitu. Ketika melihat perempuan yang dikelilingi banyak lelaki, mungkin saya akan tertantang. Tapi tertantang berbeda dengan tertarik!
Saya hanya tertantang untuk menundukkan—bukan tertarik untuk menjadikannya pacar! Bisa melihat perbedaan esensialnya? Semakin banyak lelaki yang mengelilingi seorang perempuan, rasa tertantang lelaki semakin besar. Tetapi, sekali lagi, tertantang berbeda dengan tertarik. Ini warisan ego sejak zaman nenek moyang!
Nah, pola pikir semacam itu berbeda dengan perempuan ketika memandang dan menilai lelaki. Ketika perempuan melihat lelaki dekat dengan banyak perempuan, mereka justru akan menilai si lelaki layak dijadikan pasangan. Semakin banyak perempuan yang mengelilinginya, perempuan semakin tertarik. Perhatikan—mereka tertarik, benar-benar tertarik, bukan sekadar tertantang. Artinya, mereka benar-benar tertarik untuk menjadikan si lelaki sebagai pacar!
Sampai di sini, sebagian perempuan mungkin akan mencibir, “Ah, aku tidak seperti itu!” Tapi alam bawah sadar setiap perempuan seperti itu—diakui atau tidak! Sekali lagi, ini warisan psikologi turun temurun dari nenek moyang.
Ketika akan menjatuhkan pilihan terhadap pasangan yang dipilihnya, seorang perempuan mungkin punya setumpuk kriteria tertentu. Tetapi, perempuan sering kali menggantungkan penilaian sosial untuk membantu keputusannya. Ketika menemukan lelaki yang tepat, rata-rata perempuan akan jauh lebih “nyaman” jika lelaki itu pernah pacaran sebelumnya, daripada jika lelaki itu belum pernah pacaran sama sekali. Sekali lagi, sebagian perempuan mungkin tidak menyadari kenyataan ini, tetapi itulah yang terjadi.
Ketika perempuan mengetahui seorang lelaki punya pacar atau pernah punya pacar, kira-kira seperti inilah yang ada dalam pikirannya, “Dia lelaki yang layak dipacari. Buktinya ada perempuan yang (pernah) jadi pacarnya.”
Perempuan—disadari atau tidak—membutuhkan konfirmasi sosial untuk membantu keputusannya. Karenanya, perempuan pun sering kali mempertimbangkan penilaian kawan-kawan atau lingkungan untuk membantu keputusannya, khususnya dalam penentuan seorang pacar. Misalnya, seorang perempuan telah memutuskan untuk menerima cinta seorang lelaki. Tetapi, jika kawan-kawan atau lingkungannya tidak mendukung, kemungkinan besar si perempuan akan membatalkan niatnya dan tidak jadi menerima cinta si lelaki.
Karena itu pula, ketika perempuan mengetahui seorang lelaki pernah pacaran, sedang pacaran, atau tampak dikelilingi banyak perempuan lain, alam bawah sadar mereka memberitahu, “Dia lelaki yang layak dijadikan pasangan. Buktinya banyak perempuan mendekatinya.” Itulah yang disebut konfirmasi sosial.
Sekali lagi, perempuan boleh mencibir uraian ini, tetapi—diakui atau tidak—itulah yang terjadi! Kalau menginginkan bukti, tidak perlu jauh-jauh. Lihatlah Ariel, atau... well, Zarry Hendrik. Perkirakan saja berapa perempuan yang mau jadi pacar mereka. Perempuan mungkin tertarik pada bocah-bocah itu karena mereka ganteng, terkenal, atau bla-bla-bla. Tapi penyebab sebenarnya karena mereka dikelilingi banyak perempuan! Keberadaan banyak perempuan di sekeliling mereka adalah konfirmasi sosial bahwa lelaki-lelaki itu memang layak dipacari.
Kalau masih ragu, perhatikan sekelilingmu, atau lihat lelaki-lelaki ganteng lain yang juga terkenal. Ada banyak lelaki ganteng yang juga terkenal, tapi tidak dikelilingi banyak perempuan, dan minat para perempuan pun tidak terlalu besar kepadanya. Sebaliknya, ada lelaki-lelaki biasa—tidak ganteng juga tidak terkenal—tapi dikelilingi banyak perempuan, dan minat para perempuan pun sama besar kepadanya. Apa artinya itu? Sekali lagi, itulah konfirmasi sosial.
Konfirmasi sosial—itulah kunci penting yang ada dalam diri perempuan, khususnya ketika akan menjatuhkan keputusan mengenai lelaki yang akan dijadikan pasangan. Yang saya contohkan di atas—menyangkut Ariel atau Zarry Hendrik—adalah contoh ekstrem. Dalam keadaan biasa, perempuan membutuhkan konfirmasi sosial dari kawan-kawannya, lingkungannya, atau setidaknya dari perempuan lain yang pernah atau sedang pacaran dengan lelaki yang ingin dijadikannya pasangan.
Yang dimaksud “konfirmasi” di sini bukan berarti harus konfirmasi verbal. Ketika seorang perempuan mengetahui bahwa lelaki yang diincarnya pernah pacaran atau sedang punya pacar, itu sudah termasuk konfirmasi sosial—bahwa ada perempuan lain yang meminati lelaki tersebut. Bagi perempuan, itu sudah cukup membuktikan bahwa lelaki itu layak dijadikan pasangan.
Sekarang kita mulai paham, kenapa lelaki yang belum pernah pacaran sering kali sulit mendapat pacar, tapi kemudian jauh lebih mudah mendapat pacar lain setelah sebelumnya pernah pacaran. Karena perempuan membutuhkan konfirmasi sosial. Karenanya pula, kita mungkin heran menyaksikan lelaki-lelaki yang sudah terkenal sebagai playboy bangsat, tapi masih adaaaaaaaa perempuan yang mau dengannya. Perempuan tidak melihat playboy-nya, mereka melihat konfirmasi sosialnya!
Nah, hal semacam itu tentu bertolak belakang dengan pola pikir kaum lelaki. Ketika memutuskan seorang perempuan untuk dijadikan pasangan, lelaki lebih menomorsatukan pendapat atau pikirannya sendiri, dan tak terlalu peduli dengan penilaian kawan-kawan atau lingkungannya. Dengan kata lain, lelaki akan tetap menjadikan seorang perempuan sebagai pasangan jika dia memang menginginkan, bahkan jika kawan-kawan atau lingkungannya menentang.
Karena perbedaan pola pikir tersebut, berbeda pula cara penilaian lelaki terhadap perempuan. Jika perempuan lebih menyukai lelaki yang dikelilingi banyak perempuan, maka lelaki justru sebaliknya! Seperti yang telah disebutkan di atas, perempuan yang dikelilingi banyak lelaki mungkin membuat sebagian lelaki merasa tertantang. Tapi mereka hanya tertantang—bukan tertarik menjadikannya pasangan. Dengan kata lain, semakin seorang perempuan dikelilingi banyak lelaki, semakin berkurang minat lelaki untuk menjadikannya pasangan.
Tanyakan pada lelaki mana pun, mana yang akan mereka pilih; perempuan yang belum pernah pacaran sama sekali, ataukah perempuan yang telah pacaran berkali-kali. Kalian sudah tahu jawabannya!
Atau tanyakan pada lelaki mana pun, mana yang akan mereka pilih; perempuan yang akrab dengan sedikit lelaki, ataukah perempuan yang asyik dengan banyak lelaki. Sekali lagi, kalian sudah tahu jawabannya!
Jadi, buat para lelaki yang merasa kesulitan mendapat pacar, hal penting yang harus dilakukan adalah jangan tampak “ngenes” di hadapan perempuan. Jika kalian memang kesulitan mendapat pacar, bertemanlah dengan banyak perempuan. Dan agar mereka tidak salah sangka, tunjukkan itikad bahwa kalian murni ingin berteman, lalu bertemanlah dengan mereka. Semakin asyik kalian dengan teman-teman perempuan, konfirmasi sosial akan terbentuk perlahan-lahan, dan beberapa perempuan akan mulai tertarik, hingga jalan kalian menemukan pacar akan jauh lebih mudah.
Sebaliknya, bagi perempuan, batasi keasyikanmu dengan lelaki jika ingin mudah mendapat pacar. Kalau kau berpikir lelaki akan semakin tertarik kepadamu dengan adanya banyak lelaki di sekelilingmu, kau keliru. Ketika menginginkan pacar, lelaki tidak berpikir seperti perempuan yang membutuhkan konfirmasi sosial. Mereka membutuhkan ketetapan hati dan kepastian pikiran.
Agar mereka tetap dan pasti, kau harus mampu menunjukkan bahwa kau layak dipercaya. Jadi, tunjukkan bahwa kau memang layak dipercaya. Berteman dengan banyak perempuan tidak masalah. Tetapi jika teman lelakimu sangat banyak, itu sama saja menutup pintu bagi lelaki yang ingin menjadikanmu pasangan.
Akhirnya, sebagai penutup, ingat-ingatlah kunci psikologi penting ini: Bagi lelaki, semakin banyak perempuan di sekelilingmu, semakin mudah kau mendapat pacar. Bagi perempuan, semakin banyak lelaki di sekelilingmu, semakin sulit kau mendapat pacar. Jika masih belum percaya, silakan buktikan.