Sabtu, 20 April 2019

Noffret’s Note: Maudy Ayunda

Kalau aku lahir dan tumbuh besar dalam keluarga seperti keluarga Maudy Ayunda, dan aku memiliki fasilitas, lingkungan, serta privilese yang dimilikinya, aku juga pasti akan bisa meraih yang sekarang diraihnya.

Jadi, kupikir, yang sekarang dicapai Maudy Ayunda biasa-biasa saja.

Maudy Ayunda mencapai prestasi luar biasa? Mungkin ya, kalau dia anak miskin dengan kehidupan serbasulit, harus menghadapi berbagai masalah membelit yang ditimpakan kemiskinan dan kemalangan. Jika dia dalam kondisi itu dan berhasil seperti sekarang, kita patut bersulang untuknya.

Oh, jangan salah paham. Tentu saja kita patut mengapresiasi prestasi yang sekarang dicapai Maudy Ayunda. Tapi kita toh tetap harus objektif dan realistis, sehingga kita tidak perlu membanding-bandingkan dengan orang-orang lain yang kebetulan tidak punya privilese seperti dia.

Kalau mau membandingkan sesuatu, carilah yang apple to apple, agar timbangan benar-benar adil. Maudy Ayunda jelas tidak bisa dibandingkan dengan anak-anak buruh pabrik atau tukang becak. Karena jika itu yang kita lakukan, bahkan para malaikat akan terluka, dan iblis akan merana.

Jadi, apa pesan moralnya? Oh, ini kisah Maudy Ayunda, bukan kisah Roro Jonggrang!

Tetapi, kalau memang ingin pesan moral, "Menikahlah setelah kau benar-benar mapan, agar bisa membesarkan anakmu secara layak, agar dia tumbuh dengan baik, sehingga bisa diharapkan seperti Maudy Ayunda."

Jika ingin menyelami lebih lanjut ocehan ini, silakan baca kisah nyata berikut: Mengubah Takdir » https://bit.ly/2tRV8T0

Kisah itu menjelaskan dengan gamblang, bagaimana dua anak kembar bisa memiliki takdir jauh berbeda, ketika mereka dididik dan dibesarkan dengan cara berbeda.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 5 Maret 2019.

 
;