Kenangan adalah wujud yang tak tampak, tapi bisa mengaduk-aduk pikiran dan perasaan. Ia seperti mesin waktu yang mampu membawamu ke masa lalu, membuatmu teringat banyak hal yang pernah terjadi bertahun silam, dan itu bisa membuatmu tertawa, menangis, atau tertawa sambil menangis.
Itulah yang saya alami, ketika tanpa sengaja menemukan buku berisi rekaman percakapan SMS dengan mantan pacar.
....
....
Bertahun lalu, ponsel belum secanggih sekarang. Di masa itu belum ada aneka aplikasi yang memudahkan komunikasi. Hanya ada dua sarana untuk berkomunikasi, yaitu telepon dan SMS. Di masa itu, tarif telepon (lewat ponsel) mahalnya ngujubilah setan. Jadi, kebanyakan orang mengandalkan SMS, yang waktu itu tarifnya “cuma” 350 rupiah (itu pun tergolong mahal kalau dilihat di masa sekarang).
Bahkan “semahal” itu pun, tiap SMS dibatasi hanya 160 karakter. Sekali lagi, di masa itu ponsel belum secanggih sekarang. Karenanya, SMS-SMS yang masuk dan keluar tidak disimpan dalam memori ponsel (karena waktu itu memang belum ada ponsel dengan memori), tapi disimpan di kartu SIM. Dan rata-rata kartu SIM di masa itu hanya mampu menyimpan 10 SMS. Jika sudah mencapai 10 SMS, ponsel akan hang (tidak bisa lagi mengirim dan menerima SMS).
Itu benar-benar kondisi yang sangat tidak environmental, khususnya kalau kau punya pacar. Khususnya lagi kalau kau sayaaaaaang banget sama pacarmu. SMS-SMS dengan pacarmu—yang isinya tentu sangat
Karena merasa sayang jika menghapus SMS dari pacar, akhirnya saya melakukan sesuatu yang—kalau dipikir sekarang—mungkin terdengar konyol. Saya mentranskrip SMS-SMS dari pacar ke lembar kertas! Hanya dengan cara itulah, saya bisa terus berkirim dan menerima SMS dengan pacar, tanpa harus kehilangan satu pun SMS yang ia kirim.
Karena setiap hari kami selalu ber-SMS (ya namanya juga pacar), SMS dari pacar pun sangat banyak, dan belakangan saya menghabiskan beberapa buku untuk mentranskrip SMS-SMS kami. Kisah lebih jauh soal itu bisa dibaca di sini.
Belakangan, setelah kami tidak lagi menjadi pacar, dan menjalani hidup sendiri-sendiri, saya membuang buku-buku berisi rekaman SMS itu, meski—sejujurnya—dengan berat hati. Kenangan adalah benda tak berwujud yang sering kali membuat kita, khususnya saya, sangat berat membuangnya. Dan buku-buku berisi rekaman SMS itu salah satu kenangan terindah yang saya miliki bersama seseorang yang saya cintai.
Tapi kita harus move on, kata orang-orang. Jadi, meski dengan berat, itulah yang saya lakukan—move-fucking-on. Saya membuang buku-buku berisi rekaman SMS itu, sekian tahun yang lalu. Semula, saya pikir semua buku sudah terbuang. Tapi ternyata ada satu buku lagi yang belum sempat terbuang, dan buku itu terselip di antara barang-barang lain hingga saya tidak menyadari.
Kemarin, dalam rangka beres-beres rumah menjelang lebaran, saya membuka sebuah kardus berisi tumpukan aneka berkas. Di antara berkas-berkas itulah, sebuah buku terselip, dan saya berdebar. Saya langsung tahu, itu salah satu buku berisi rekaman SMS dengan pacar!
Saya membuka buku itu, dan seketika tenggelam dalam kenangan, saat membaca SMS demi SMS yang pernah saya kirim dan saya terima bertahun lalu, dengan seseorang yang pernah sangat dekat di hati.
Mas, ke warung soto ya. Tak tunggu skrg.
<11:28>11:28>
Di depan kampus kami, ada beberapa warung, dan salah satunya menyediakan soto. Banyak mahasiswa yang suka makan soto di sana, termasuk saya dan pacar. Karenanya, warung soto itu juga sering menjadi tempat kami ketemu, setelah jam kuliah selesai.
Karena kampus kami cukup luas, sering kali kami kesulitan untuk menemukan siapa sedang ada di mana. Begitu pun, saya sering tidak tahu pacar saya sedang ada di ruangan mana, atau di lantai berapa. Keberadaan warung soto di depan kampus cukup memudahkan kami ketemu. Biasanya, kalau pacar ingin ketemu, dia tinggal datang ke warung soto, lalu mengirim SMS ke saya. Dan saya pun datang menemuinya.
Itu salah satu kenangan indah dalam memori saya. Ketika mendapat SMS itu, saya pun segera keluar kampus, menemuinya di warung soto, dan dia tersenyum melihat saya, lalu kami duduk berdampingan. Dan bercakap-cakap dengan kedekatan seperti umumnya sepasang pacar.
Usai makan soto, kadang kami pulang ke rumah saya, atau ke rumahnya. Ngapain? Ya melanjutkan percakapan, membahas peradaban Yunani, keruntuhan Romawi, Perang Dunia II dan dampaknya bagi dunia, menghitung gletser yang mencair, memikirkan dampak lubang ozon bagi bumi, sampai mengukur berapa luas hutan yang hilang akibat modernisasi. YA ENGGAK, LAAAAAH!
Namanya pacar, rasanya ingiiiin ketemu terus, ingin selalu berdekatan. Itulah yang kami alami, waktu itu. Meski sudah ketemu di kampus, rasanya masih kurang. Apalagi, konon, perempuan suka kangen. Begitu pula pacar saya. Jadi, hampir setiap waktu saya menerima SMS yang isinya seputar itu.
Mas... aku kangen...
<23:11>
Sayang, gak tau kenapa tiba2 ak kangeeen banget.
Telpon ak ya. Ak gak bs tidur.
<21:21>
Mas, malam ini bs datang ga? Ak kangen!
<19:14>19:14>21:21>23:11>
Untuk menenangkannya, saya pun biasanya membalas SMS, atau meneleponnya. Di waktu lain, saya juga datang langsung menemuinya. Oh, saya tak bisa melupakan saat-saat itu. Ketika melihatnya membukakan pintu, dan tersenyum indah saat melihat saya datang, saat itulah saya mengetahui bagaimana rasanya mencintai dan dicintai oleh seseorang.
Di lain waktu, giliran saya yang kangen kepadanya, dan mengirim SMS serupa.
Nanti tidurnya agak larut ya. Ak ingin nilpon, tp gak ingin ganggu istirahatmu. Kangeeeen sm suara tawamu.
<20:48>20:48>
Dan dia benar-benar menunggu. Saat akhirnya saya menelepon, dia belum tidur, dan kami lalu bercakap-cakap, bercanda, tertawa—saya selalu senang mendengar tawanya. Hingga akhirnya telepon berakhir, dan saya tidur dengan hati berbunga-bunga. Betapa indahnya jatuh cinta....
Kini, saat benar-benar telah dewasa, saya kadang berpikir, mungkinkah saya bisa mengulangi keindahan serupa? Mungkinkah saya bisa menemukan seseorang yang membuat saya jatuh cinta, dan dia juga jatuh cinta kepada saya? Mungkinkah saya kembali menemukan perempuan yang mencintai diri saya apa adanya, hingga saya damai dan tenteram bersamanya?
Oh, well, mungkinkah saya kembali menemukan seseorang yang mampu menggetarkan hati saya, hingga saya menyadari jatuh cinta kepadanya?
Kadang-kadang saya apatis. Bahkan menemukan seseorang seperti mantan pacar pun kadang saya pesimis. Dia wujud terindah yang pernah saya saksikan, yang pernah saya temukan, yang pernah saya miliki... keindahan dalam kesederhanaan, keindahan dalam hati dan pikiran. Mencintai dan dicintai olehnya, membuat hidup saya terasa sempurna.
....
....
Saya memegangi buku berisi rekaman SMS itu, membuka-buka halamannya, membaca kalimat demi kalimat, dan merasakan dada menghangat. Kata-kata di dalamnya beberapa kali membuat saya tersenyum, dan beberapa kali membuat saya ingin menangis.
Dunia tampaknya bisa mengubah manusia menjadi apa pun, tapi tak pernah bisa menghapus kenangan-kenangan di dalamnya.