Zaman keponakan saya masih kecil dulu, dia tidak bisa mengatakan hal-hal dengan jelas karena masih cadel. Kalau ketemu, kami bermain-main dengan gembira. Saat saya sedang berbaring, misalnya, dia kadang menjatuhkan badannya ke tubuh saya. Biasanya, saya akan mendekapnya dengan erat, dan dia akan tertawa-tawa.
Karena saya mendekapnya erat, dia pun meronta-ronta, berusaha melepaskan diri. Saat tidak juga bisa lepas, dia akan berteriak-teriak meminta tolong. Karena masih cadel, dia tidak bisa mengatakan “Tolong.” Saat bermaksud meminta tolong—agar bisa lepas dari dekapan saya—yang dia katakan, “Payuuung!”
Saya sering tertawa sendiri setiap kali teringat hal itu.
Kini keponakan saya sudah besar, dan bisa berbicara dengan jelas. Kalau ketemu, kami masih suka bermain-main seperti dulu. Dan saya sering kangen dengan masa-masa cadelnya dulu, saat dia berteriak “payung” ketika dalam dekapan saya.