Beberapa orang, mungkin karena merasa sangat pintar, kadang berkata dengan songong, “Kalau memang manusia adalah hasil evolusi, kenapa kita sekarang tidak berevolusi?”
Pertanyaannya saja sudah salah!
Fakta bahwa kau ngebet kawin dan ngebet beranak-pinak, dengan jelas membuktikan bahwa kau berevolusi. Fakta bahwa kau suka nyinyir pada orang lain agar cepat kawin dan cepat beranak-pinak, dengan gamblang menunjukkan kalau kau berevolusi.
Tujuan evolusi adalah mempertahankan spesies agar tidak punah, sekaligus memperbaiki spesies agar berkembang. Sesederhana itu. Dan untuk tujuan tersebut, evolusi menggunakan segala cara agar kau terus mempertahankan spesiesmu, salah satunya dengan iming-iming selangkangan... dan kau terjebak! Sudah paham?
Lalu kau ngebet kawin. Oh, well, tentu saja kau bisa mengajukan setumpuk alasan yang terdengar mulia sebagai alasan kawinmu. Dari alasan “tak perlu nunggu mapan untuk kawin” sampai alasan klise yang terdengar ndakik-ndakik. Tapi apa pun alasanmu, evolusi sudah menang. Kau terjebak, kawin, dan beranak-pinak.
Dan, omong-omong, apa yang biasa kaukatakan pada orang-orang? “Tidak masalah kalau aku menderita, asal anak-anakku menjadi orang sukses.”
Kedengarannya mulia sekali... tapi itulah tujuan evolusi! Pertama, agar kau beranak-pinak, demi mempertahankan spesies—atau keturunan, menurut istilahmu. Kedua, agar spesies keturunanmu lebih baik darimu. Ini bahkan terdengar lebih biologis daripada filosofis, dan kau masih bertanya-tanya di mana bukti evolusi.
Pecah ndase!