Sabtu, 01 Februari 2020

Percaya Keabadian

Aku tidak pernah berusaha untuk relevan. Karena "relevan" di zaman ini artinya "tidak relevan" di zaman lain. Aku hanya melakukan hal-hal yang ingin kulakukan, dengan cara terbaik yang bisa kulakukan.

Dan itulah yang dilakukan orang-orang yang terus relevan di sepanjang zaman.

Aku sering memikirkan, kenapa ada sesuatu yang tampak sangat hebat di suatu zaman, tapi terlihat biasa-biasa saja (bahkan kadang tampak buruk) di zaman lain? Karena mungkin sesuatu itu dibuat untuk mengejar relevansi di zamannya. Ketika zaman berlalu, "relevansi" itu pun pudar.

Ada banyak musik yang sangat bagus (relevan) sekian tahun lalu, tapi terdengar buruk, atau setidaknya aneh (tidak relevan), saat dinikmati sekarang. Sebaliknya, ada musik-musik bagus sekian tahun lalu, dan tetap bagus saat didengarkan sekarang, bahkan bertahun-tahun mendatang.

Ada ribuan tulisan yang kita baca, lalu lenyap dari ingatan, tanpa bekas, bahkan umpama tulisan itu kita anggap bagus saat membacanya. Seperti angin lalu. Sebaliknya, ada segelintir tulisan yang menancap dalam benak, meninggalkan kesan abadi, seolah kita tak bisa melupakannya.

Sebagai bocah, aku percaya, sesuatu yang bisa dilakukan ratusan atau ribuan tahun lalu bisa dilakukan saat ini. Meski prosesnya sangat sulit, dan kadang menghadapi konsekuensi berat, seperti yang terjadi pada orang-orang yang melakukannya di masa lalu. Tapi aku percaya keabadian.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 26 Juli 2019.

 
;