Senin, 20 April 2020

Cengengesan Berbuah Petaka

460 orang terinfeksi, yang meninggal pun sudah ada, dan itu bisa jadi cuma puncak gunung es, atau baru permulaan. Sementara hidup jutaan orang kacau-balau. Harga yang terlalu mahal untuk sikap cengengesan dan menggampangkan masalah sambil merasa hebat tanpa alasan jelas.

Bahkan aku yang hidup soliter dan menikmati kesendirian pun merasa "tersiksa" gara-gara wabah ini. Karena kini, setiap kali keluar rumah, aku khawatir "kalau-kalau". Dan jika aku yang biasa menyendiri saja tersiksa, apalagi orang-orang yang biasa berkumpul dengan orang lain?

Apakah para pejabat pemerintahan yang tempo hari cengengesan dan menggampangkan masalah itu merasa bersalah atas kelakuannya? Aku tidak tahu. Karena, entah kenapa, sampai sekarang tidak ada media yang cukup cerdas untuk menjadikan itu sebagai... katakan saja, "konten bagus".

Padahal kilas balik tentang "aksi cengengesan" itu bisa menjadi artikel panjang, bahkan berjilid-jilid, kalau mau menuliskannya. Data-datanya ada, nama-nama pelaku tersebar di mana-mana, peristiwanya juga mudah dilacak. Akan jadi ulasan yang bagus, sekaligus tamparan yang bagus.

Masalah adalah satu hal, dan cara kita menghadapi masalah adalah hal lain. Yang menyedihkan, bahkan mengerikan, ternyata ada banyak orang yang cenderung menggampangkan dan menyepelekan masalah, bahkan ketika keputusan mereka atas masalah akan menentukan nasib jutaan orang.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 21 Maret 2020.

 
;