Jumat, 10 April 2020

Noffret’s Note: IT II

Habis mandi, nyeruput cokelat hangat, udud, dan nengok Twitter. Dan ingin ngoceh, tentu saja.

Salah satu resolusiku tahun ini sudah tercapai, yaitu nonton IT II. Sederhana banget, ya? Gak apa-apa. Wong yang sederhana saja kadang tak tercapai, apalagi resolusi yang jelas sulit.

Senang melihat bocah-bocah The Losers dalam IT kembali berkumpul, saat mereka dewasa. Meski wujud fisik mereka telah jauh berubah, karakter mereka tampaknya masih sama seperti saat masih bocah. Khususnya Eddie. Karakter manusia tampaknya memang sulit di/berubah.

Yang agak mengejutkan adalah Ben. Bocah yang dulu kelebihan berat badan dan mudah gugup, kini berubah menjadi lelaki dewasa yang matang dan menawan. Dia mungkin mengingatkan teman kita di SD dulu, yang sekarang kelihatan "berbeda jauh".

Tapi yang paling mengejutkan adalah kemunculan Stephen King dalam film IT II. Dan dia benar-benar bisa berakting! Di antara kengerian horornya, Stephen King tampaknya punya selera humor yang aneh, sebelas dua belas dengan Stan Lee.

Mungkin "kegilaan" dalam kisah-kisah horor Stephen King juga dipengaruhi oleh selera humornya yang aneh. Horor ala Stephen King sering kali absurd, berbeda dengan horor mainstream—kalau boleh disebut begitu—yang kerap melibatkan setan dan semacamnya. IT salah satunya.

Aku bukan penikmat film horor, tapi entah kenapa selalu bisa menikmati film-film horor yang diangkat dari novel Stephen King. Karena, menurutku, horor ala Stephen King tidak menakutkan, tapi lebih ke... "menjengkelkan".

Badut Pennywise dalam IT tentu menakutkan, bahkan mengerikan. Tapi sosoknya juga sangat menjengkelkan. Dia bisa muncul di mana pun, dalam wujud apa pun, tak peduli siang atau malam, terang atau gelap. Dia benar-benar "setan" dalam wujud aslinya.

Kisah IT benar-benar hasil imajinasi liar yang mungkin juga gila, horor paling sinting yang bisa diciptakan manusia. Selain absurd, kisah IT sebenarnya juga tidak masuk akal, tapi kita asyik saja menikmatinya.

Well, aku ikut bahagia untuk Beverly, yang akhirnya menemukan cinta dan kebahagiaan setelah sepanjang hidupnya ditikam derita dan kekerasan. Andai semua korban kekerasan di rumahnya bisa memiliki happy ending seperti dirinya...


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 17 September 2019.

 
;