Jumat, 10 April 2020

Paradoks Zaman Internet

Ada orang pakai ava fotonya sendiri, malah dituduh nyomot dari Google (ya mungkin memang banyak yang gitu, sih). Sama juga ada orang yang benar-benar berprestasi, tapi dituduh hoax (ya mungkin juga karena banyak yang gitu).

Hidup di era internet ini sebenarnya bisa serbasalah, karena mayoritas orang mengira—bahkan meyakini—semua hal ada di internet, padahal tidak mesti begitu. Ada hal-hal yang sungguh ada di dunia nyata, tapi tidak bisa dicari di internet, entah dengan alasan apa pun.

Jangankan orang-orang yang tidak aktif di internet, bahkan orang-orang yang aktif di internet pun tidak menjamin bisa dilacak di internet. Internet hanya mampu memberikan "fakta" yang dimasukkan ke dalamnya. Bahkan "fakta" itu pun masih dalam tanda kutip.

Aku mengenal seorang juara qiro'ah, yang telah mendapatkan piala dalam jumlah lebih banyak dari toko piala. Itu prestasi luar biasa. Pernah aku iseng searching nama dia di internet. Nemu beberapa artikel, tapi SANGAT SEDIKIT. Bahkan pengetahuanku tentang dia jauh lebih banyak.

Aku membayangkan, kalau qiro'ah ini—misalnya—ngoceh ke media bahwa dia telah menjuarai lebih dari 100 kompetisi, bisa jadi banyak orang yang tidak percaya. Kenapa? Karena DATANYA TIDAK ADA DI INTERNET! Ini ironis campur konyol, sebenarnya.

Kalau-kalau belum tahu, di tempat "netral" semacam Wikipedia saja, ada pihak-pihak yang "bermain" untuk memaksakan suatu data/informasi/pengetahuan kepada dunia. Israel dan Palestina adalah dua contoh nyata yang telah menjadi rahasia umum di kalangan internasional.

Selama bertahun-tahun, Israel dan Palestina telah menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk membayar para penulis—dari kedua pihak—yang secara khusus "mendeksripsikan" mereka di Wikipedia (wabilkhusus yang bahasa Inggris). Untuk apa? Membentuk opini dunia!

Sebagian data yang mereka unggah ke Wikipedia kebanyakan berasal dari lapangan, sehingga melakukan kroscek lewat internet biasanya sulit (dalam contoh mudah; berdasar ucapan tokoh yang diwawancara langsung). Dan para pengguna Wikipedia, umumnya, tidak berpikir sejauh itu.

Ini kita ngomong tentang Wikipedia yang kita percaya netral, yang bahkan para relawannya (wikipediawan) tidak dibayar. Apalagi kalau kita ngomongin media-media yang jelas di bawah naungan perusahaan komersial dan berorientasi profit (uang). Tambah mbuh persoalannya.

Jadi menganggap internet sebagai satu-satunya sumber valid itu sangat riskan. Bahkan, sebenarnya, bisa jadi malah konyol.

"Aku tidak percaya dia begitu dan begini, soalnya datanya tidak ada di internet!"

Itu asli lucu!

Well, aku ngoceh soal ini, karena ingat seseorang yang semula datanya ada di Wikipedia, tapi sekarang dihapus karena dianggap "tidak valid"—karena tempo hari prestasi/pencapaiannya dipertanyakan banyak orang. Bukan, bukan wanita yang kemarin ramai kalian bicarakan itu!

Ada orang Indonesia yang memiliki prestasi/pencapaian luar biasa, tapi banyak orang tidak percaya. Masalahnya itu tadi, DATANYA TIDAK ADA DI INTERNET. Padahal, di dunia nyata, dia memang melakukan dan mencapai hal-hal yang dia klaim. Ini salah satu contoh paradoks zaman internet.

Kadang aku juga heran (meski gak heran-heran amat, sih), kenapa media-media bisa murah hati mengumbar berita tentang prestasi seseorang yang belakangan ketahuan cuma ngibul, tapi justru "pelit" memberitakan orang yang benar-benar berprestasi dan mencapai sesuatu yang luar biasa.

Agar tidak ada yang (mungkin) salah paham, aku perlu menegaskan, ini aku bukan ngomongin diriku sendiri lho, ya. Kalau aku mah memang bukan siapa-siapa, yang jelas datanya tidak akan ada di internet. Lagian aku juga sadar bukan siapa-siapa, jadi tidak pernah ngarep macam-macam.

NN (Nambah Ngoceh):

Di internet, ada blog yang telah aktif sejak 2007, dan memiliki ribuan artikel. Tapi blog ini tidak bisa dilacak/ditemukan lewat Google. Padahal blog ini menggunakan subdomain blogspot, dan bisa diakses siapa pun. Tapi pemiliknya memang men-setting begitu.

Umpama si pemilik blog tersebut ngomong pada sembarang orang bahwa dia "punya blog yang telah aktif sejak 2007", kemungkinan dia akan dituduh ngibul, karena blognya tidak bisa ditemukan lewat search engine. Padahal dia sengaja men-setting blognya tidak terindeks search engine.

Jadi, blog ini semacam deepweb. Orang hanya bisa mengaksesnya, kalau tahu alamatnya. Meski blog itu jelas bukan deepweb, tapi hanya blog pribadi, yang diisi penulisnya untuk kalangannya sendiri (teman-teman dan orang-orang yang dia kenal). Ini contoh nyata terkait yang kuocehkan.

Kalau-kalau ada yang mengira aku ngibul, silakan DM. Akan kusebutkan nama blognya.

Aku tidak akan menyebutkan nama blog tersebut secara terbuka di sini, karena menghormati privasi si empunya blog. Dia tidak menginginkan publisitas, dan aku harus menghormati keinginannya.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 Agustus 2019.

 
;