Jumat, 10 April 2020

Otak Gatal Gara-Gara Corona

(((( DUTA IMUNITAS CORONA ))))

Bahkan memahami maksud kata-kata itu pun aku bingung, apalagi tujuan dan manfaatnya.

....
....

Ada menteri yang tempo hari bercanda, "Virus corona tidak akan masuk Indonesia, karena izin birokrasi kita berbelit-belit."

Ingat? Gaya bercanda semacam itu menyiratkan kalau mereka memang menganggap enteng wabah, dan menggampangkan situasi yang seolah terkendali.

....
....

Otakku benar-benar gatal, dan sudah lama kutahan-tahan.

Terkait wabah corona di Indonesia, kita seperti menghadapi badai, tapi yang kita lakukan cuma menyapu debu di halaman rumah sambil nyanyi-nyanyi. Tampak sibuk, tapi tidak menghasilkan apa-apa yang jelas manfaatnya.

Jika kita flashback dan mengingat hari-hari sebelumnya, sejak awal penanganan wabah corona di Indonesia hanya menghasilkan blunder demi blunder. Dari diskon tiket pesawat di tengah wabah, doa qunut, simpang siur informasi pemerintah, susu kuda liar, dan sekarang "operasi senyap".

Ketika wabah corona menyerang, negara-negara di dunia menutup diri, atau setidaknya memperketat aturan masuk dan keluar. Tujuannya jelas, untuk meminimalkan risiko penyebaran virus. Tapi negara kita malah melakukan diskon tiket pesawat. Itu seperti memanggil-manggil virus agar datang!

Soal diskon tiket pesawat itu sebenarnya sudah diributkan banyak orang, tapi pemerintah kita tampak tidak peduli. Mungkin karena terlalu percaya keampuhan doa qunut yang konon bisa menjauhkan corona, atau mungkin pula karena tergila-gila pada... kau tahu, investasi—apa pun itu.

Omong-omong soal qunut, aku orang NU, dan tentu saja selalu membaca qunut tiap subuh. Tapi itu tidak penting. Yang penting adalah... kenapa "keyakinan qunut" tempo hari seperti menjadi validasi atas kepercayaan pemerintah bahwa negara kita tidak mungkin dimasuki virus corona?

Wapres Ma'ruf Amin mengatakan, negara kita akan dijauhkan dari virus corona karena banyak ulama yang berdoa qunut. Fine! Dia ngomong begitu, mungkin dalam kapasitas sebagai ulama. Tapi bagaimana dengan Menteri Kesehatan Terawan? Kenapa dia malah ikut-ikutan ngemeng kayak gitu?

Sebagai Menkes, mestinya Terawan berbicara dalam kapasitasnya sebagai Menkes, dan ngemeng secara ilmiah/akademis terkait virus corona yang mungkin (akan) masuk ke negara kita. Tapi sejak awal sikapnya tampak menggampangkan, sampai Fadli Zon murka. Dan aku memaklumi kemurkaannya.

Dalam kejengkelan yang mungkin tak bisa lagi ia tahan, Fadli Zon menyatakan, "Terawan tidak usah sok hebat atau sok jagoan!"

Terdengar kasar, tentu saja. Sayangnya, sikap semacam itulah yang tampak pada diri Menkes Terawan sejak awal isu corona masuk ke Indonesia.

Yang dilakukan Menkes Terawan, dan pemerintah secara umum, terkait corona di Indonesia saat ini, mungkin dimaksudkan agar masyarakat tidak panik. Tapi sikap seolah menggampangkan semacam itu justru membuat masyarakat panik, karena mereka tidak yakin apa yang sedang dihadapi.

Kita telah melihat dampak yang terjadi akibat sikap menggampangkan yang ditunjukkan pemerintah sejak awal. Dari meroketnya harga masker akibat penimbunan, sampai orang-orang memborong sembako. Karena ketidaktahuan menciptakan kebingungan dan kepanikan orang-orang yang tidak tahu.

Tapi pemerintah tampaknya tidak belajar atau tidak peduli, dan sikap serupa masih dipertahankan sampai kini. Bukannya berterus terang mengenai apa yang terjadi, pemerintah justru menjalankan—sesuai istilah mereka—operasi senyap, dengan melibatkan BIN untuk menelusuri corona.

Ironisnya, baru saja—seiring aku ngoceh di sini—ada orang BIN yang ngemeng ke media, mengenai perkiraan mereka terkait puncak wabah corona yang akan terjadi. Operasi senyap apaan, wong baru prediksi sudah diumbar ke media? Berharap masyarakat tidak panik, tapi malah jadi panik.

Sekitar 9 hari yang lalu, ada dua ojol di Batam yang kabur dari karantina dalam kondisi suspect corona. Pada waktu itu, awak media mendatangi kemenkes, dan menanyakan dua ojol yang kabur. Jawabannya asoy, "Ah, masih suspect, kan? Kalau masih suspect, apa yang ditakutkan?"

Seperti déjà vu, peristiwa orang kabur dari karantina saat suspect kembali terjadi, kemarin. Dan apa jawaban jubir pemerintah untuk virus Corona, Achmad Yurianto? "Bukan kabur, cuma pulang sebentar ke rumah."

Cuma pulang ke rumah! Jadi yang disebut "karantina" itu artinya apa?

Di Semarang, sekitar seminggu yang lalu, ada ibu rumah tangga yang ketiban apes gara-gara corona. Dia menemukan postingan di WA, berisi imbauan hati-hati karena (waktu itu) ada pasien corona di RS Kariadi. Dengan itikad baik, ibu rumah tangga itu lalu menyebarkan imbauan tadi.

Di luar pengetahuannya, info yang ia sebar itu ternyata hoax. Foto orang yang tampak didorong di brankar di RS Kariadi itu bukan pasien corona, melainkan pasien paru-paru. Ibu rumah tangga itu lalu ditangkap polisi, dengan tuduhan menyebar hoax (kalian bisa googling beritanya).

Ibu itu bisa jadi apes, karena tidak tahu, dan menyebarkan info itu semata-mata karena itikad baik, ingin mengimbau orang-orang lain agar berhati-hati. Lalu bagaimana dengan hal serupa, yang menyebut virus corona berasal dari konsumsi babi? Atau info-info sejenis yang tak jelas?

Sekarang kembali ke awal. Pasien 01 dan Pasien 02 (dua WNI pertama yang terinfeksi corona) disebut ditemukan sebagai hasil tracking pemerintah. Apakah benar begitu? Tidak! Pemerintah bisa menemukan dua orang itu terinfeksi virus, karena dua orang itulah yang minta diperiksa!

Andai dua pasien itu tidak memiliki kesadaran sendiri dan memberi tahu pihak rumah sakit bahwa mereka terindikasi kena corona, lalu meminta RS agar memeriksa mereka lebih teliti, ada kemungkinan pemerintah tidak pernah tahu bahwa virus corona telah masuk ke Indonesia.

Berdasarkan kenyataan itu, kita seperti melihat betapa riskannya kondisi kita yang tinggal di Indonesia. Pemerintah, antara terlalu percaya diri atau menggampangkan masalah yang sedang terjadi, seperti belum juga menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang serius.

Duh, waktuku sudah habis (ini sebenarnya aku lagi ngikutin acara, dan kembali masuk pukul 17). Padahal masih banyak yang ingin kuocehkan, dan bisa jadi ocehan ini akan selesai tahun 2491. Yo wis, segitu aja. Bye!


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 14 Maret 2020.

 
;