Gara-gara flashdisk yang hilang, aku jadi ingat sesuatu.
Orang Jawa punya istilah yang mungkin belum ada padanannya dalam bahasa apa pun; kesingsal. Jika diartikan, “kesingsal” adalah suatu kondisi kehilangan, tapi kita yakin sebenarnya tidak kehilangan. Aku tidak tahu apa padanan kata “kesingsal” dalam bahasa Indonesia.
Kalau orang Jawa kehilangan suatu barang di rumah, misalnya, mereka tidak mengatakan “hilang”, tapi “kesingsal”. Bahwa suatu barang telah hilang—tidak mereka temukan—tapi mereka yakin barang itu sebenarnya tidak hilang, hanya belum mereka temukan.
Saat ini, misalnya, aku kehilangan flashdisk di rumah, yang biasa aku pakai untuk memindahkan data dari satu komputer ke komputer lain. Flashdisk itu tidak ada, tidak/belum kutemukan, tapi aku tahu flashdisk itu sebenarnya tidak hilang, dan hanya kesingsal.
Tempo hari, waktu rumah direnovasi, barang-barang dipindah semua—termasuk flashdisk dan perintilannya. Waktu selesai renovasi, barang-barang dikembalikan, tapi tempatnya sudah berbeda, dan sekarang aku benar-benar tidak ingat di mana meletakkan flashdisk!
Jadi, flashdisk itu hilang di rumah, dan tidak bisa kutemukan. Tapi sebenarnya bukan hilang, hanya kesingsal. Suatu saat, kapan pun, aku yakin akan menemukannya kembali, entah sengaja atau tidak. Bisa jadi, ia ada di balik tumpukan buku, atau terselip di antara barang lain.
Kesingsal adalah kondisi kehilangan sesuatu, namun di saat sama memberi kita optimisme untuk menemukannya kembali—entah kapan, entah bagaimana. Selain kesingsal flashdisk, aku juga sebenarnya kesingsal hal lain, yakni senyum dan tawa ceria yang pernah kumiliki.
Dulu, aku pernah punya senyum dan tawa ceria, yang selalu kubawa ke mana pun berada. Namun hidup menimpakan beban dan banyak masalah, hingga senyum dan tawaku kesingsal di antara tumpukan masalah yang ada, dan kini aku kehilangan keduanya.
Tapi aku yakin, senyum dan tawaku tidak hilang, hanya kesingsal. Suatu saat, mungkin aku akan menemukannya kembali, atau bisa jadi ada orang lain yang menemukan dan mengembalikannya kepadaku—bisa teman-teman baru, atau... well, kehidupan baru.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 2 Oktober 2019.