Senin, 10 Agustus 2020

Noffret’s Note: Ketemu

Menempuh perjalanan jauh, meninggalkan pekerjaan dan kesibukan, menghabiskan waktu, tenaga, biaya, capek, lelah, dan "cuma buat ketemu"? Kalau "cuma buat ketemu", aku lebih suka ketemu teman yang jelas kenal dan akrab, yang tempatnya dekat.

"Ya siapa tahu kita cocok dan bisa berjodoh."

Kalau ada ekspektasi semacam itu, aku justru akan semakin malas. Karena adanya ekspektasi akan rentan menimbulkan kekecewaan, bagi satu pihak, atau bagi kedua pihak. Itulah kenapa, aku sangat hati-hati, dan lebih memilih untuk pasif.

Oh, ya, tidak perlu khawatir akan mendapat ajakan ketemuan dariku, karena itu tidak akan pernah terjadi. KARENA AKU BAHKAN TIDAK TAHU, DAN TIDAK YAKIN, BAGAIMANA CARA MELAKUKANNYA.

Mengajak seseorang di dunia maya untuk ketemu mungkin mudah bagi orang lain. Tapi tidak untukku.

Sekadar curcol. Dari Januari kemarin, aku sudah membayangkan akan ketemu seseorang di dunia maya. Kami TELAH LAMA SALING KENAL, dan kupikir sama-sama ingin ketemu. Tapi sampai Desember kini, dan sudah akan Januari lagi, aku tetap tidak yakin bagaimana cara mengajaknya ketemu.

Setiap kali akan melakukan sesuatu, aku harus meyakinkan diri terlebih dulu. Jika ada setitik saja keraguan, aku lebih memilih untuk tidak melakukan.

Jangankan mengajak seseorang untuk ketemu, bahkan sekadar menyapa atau menulis mention untuk seseorang saja, aku sering ragu.

Apakah rangkaian tweet ini membingungkan dan tak masuk akal? Mungkin ya, kalau kau membayangkan seorang laki-laki dewasa. Tapi sangat gamblang dan masuk akal, kalau kau membayangkan seorang bocah yang masih sering kebingungan.

Dan seperti sering kukatakan, aku seorang bocah.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 Desember 2018.

 
;