Minggu, 10 Januari 2021

Orang Insecure dan Teori Goblok

Mumpung selo, dan sambil nunggu udud habis.

Bayangkan ilustrasi tolol ini. 

Aku sangat ingin kenal dan berteman dengan Young Lex, misalnya—atau siapa pun, sebut saja. Tetapi, aku tidak pede menyapa Young Lex. Karena insecure, aku lalu berpikir, “Seharusnya Young Lex yang mengajakku berteman.”

Cara berpikir semacam itu saja sudah salah! Wong aku yang ingin kenal dan berteman dengan Young Lex, tapi justru berharap Young Lex yang mengajakku kenalan dan berteman. Ini pola pikir kacau khas orang insecure; menganggap orang lain yang harus berinisiatif.

Orang insecure punya pola pikir yang konyol; kurang percaya diri, tapi menganggap orang lain tertarik kepadanya—padahal belum tentu juga begitu. Seperti aku yang tidak pede mengajak Young Lex berteman, tapi berpikir bahkan meyakini Young Lex tertarik kepadaku. Ini Konyol!

Karena sejak awal pola pikirnya sudah salah, langkah selanjutnya pun ikut salah. Karena menunggu Young Lex tidak juga mengajakku berteman, aku lalu terpikir untuk mengganggu Young Lex. Apa manfaatnya? Yo mbuh! Namanya juga pola pikir orang insecure!

Jadi, aku lalu memantau akun Twitter Young Lex, untuk melihat akun mana saja yang ia follow, tweet dari siapa saja yang ia reply dan ia retweet. Setelah itu, aku menghubungi orang-orang itu (yang di-follow dan di-retweet Young Lex) untuk kumanfaatkan demi tujuanku.

Satu per satu orang-orang tadi kuberi brief. Ada yang kuminta me-retweet suatu akun tertentu (yang kuharap bisa membuat Young Lex tertarik), ada yang kusuruh nge-tweet dan me-retweet sesuatu, dll, yang intinya agar Young Lex tertarik, dan akhirnya akan terhubung denganku.

Tidak cukup hanya itu, aku juga menghubungi beberapa orang di Twitter agar menyerang Young Lex, menyindirnya, menulis tweet-tweet nomention hingga membuatnya terganggu dan tidak nyaman, yang semua tujuannya agar Young Lex tertarik berteman denganku. Tolol sekaligus konyol!

Cepat atau lambat, Young Lex pasti tahu. Dan ketika dia tahu bahwa sekelompok orang di Twitter “mengganggu” dirinya karena brief seseorang, apa yang mungkin muncul dalam pikirannya? Ketertarikan? Sama sekali tidak! Alih-alih tertarik, dia justru akan muak dan ingin muntah!

Siapa pun akan marah sekaligus muak jika menempati posisi Young Lex, terkait konteks ocehan ini. Wong dia tidak melakukan apa pun yang membuatku rugi atau terganggu, tapi aku terus mengusik dan mengganggunya dengan berbagai cara, hanya karena ingin berteman dengannya.

Kalau kita insecure, itu masalah kita—bukan masalah orang lain! Orang lain punya masalah mereka sendiri! 

Ingin kenal dan berteman dengan orang lain, tapi berharap orang lain yang berinisiatif gara-gara kita insecure, itu konyol! Memangnya sepenting apa kita bagi mereka?

Kenyataan tolol itulah yang dilakukan media online memuakkan ini; mereka mungkin ingin mengenalku, tapi caranya sangat memuakkan. Bukannya mendekati baik-baik, tapi malah mengganggu dan bikin tak nyaman. Dan apakah aku lalu tertarik? Sama sekali tidak!


Media online tolol ini mungkin mengira aku tertarik pada orang-orang mereka. Sekarang biar kujelaskan saja; aku sama sekali tidak punya ketertarikan personal apa pun! Jika ada ketertarikan, itu sebatas ketertarikan profesional antara penulis dengan media. Selebihnya? Nothing!

Dan setelah melihat ulah mereka yang sangat memuakkan sekaligus menjijikkan, aku benar-benar tak sudi mengenal mereka. Belum kenal saja sudah mendatangkan masalah, siapa yang tertarik berteman dengan sumber masalah semacam itu? 

Mereka boleh pergi ke neraka, dan aku tak peduli.

Footnote: 

Sebenarnya, aku malas ngoceh soal ini, tapi kemarin “pelaku utamanya” muncul di TL-ku karena di-retweet seseorang suruhannya, dan langsung kublokir. Muak banget lihatnya. Setelah mengorbankan banyak orang lain, baru dia berani muncul. Benar-benar cupu dan menyedihkan.

Endnote: 

Sedari awal, sebenarnya, aku sudah tahu apa motivasi dari semua gangguan-tolol yang muncul di Twitter. Semua kegoblokan ini berawal dari teori goblok yang disebut “mematahkan sayap superhero”. Terdengar konyol? Jelas, namanya juga teori goblok.


Teori goblok itu diciptakan orang tidak pede tapi sok pintar, dan dipraktikkan orang-orang insecure. Jadi, menurut “teori” itu, kalau kau ingin kenal dengan sosok super tapi kau merasa insecure, kau bisa “mematahkannya” terlebih dulu, sampai dia kehilangan superioritasnya.

Jadi, itulah yang terjadi. Pemimpin media online memuakkan yang kuocehkan ini menyuruh orang-orang di Twitter untuk “mematahkanku”, dan sejak itulah berbagai gangguan muncul, dengan harapan aku akan kehilangan sesuatu yang membuatnya insecure. 

Kegoblokan yang memuakkan!

Selain memuakkan, teori goblok itu sebenarnya juga bermasalah. Karena, bagaimana kalau ternyata yang ingin kaupatahkan bukan superhero, tapi, misalnya, Jack Reacher?

"You think I'm a hero? I am not a hero. And if you're smart, that scares you, because I'm in your blind spot."


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 17 Desember 2020.

 
;