Sabtu, 16 Oktober 2010

Mencemburui Perempuan (1)

Manusia mencela ketidakadilan karena takut akan
menjadi korban ketidakadilan tersebut,
dan bukan karena mereka tidak mau melakukannya.
—Plato


Saya benar-benar cemburu pada kaum perempuan. Sepertinya, dunia ini lebih memanjakan kaum perempuan dibanding kaum lelaki, dari soal kelengkapan penampilan, sampai hiasan kemewahan—bahkan dalam ilmu pengetahuan.

Cobalah datang ke mall atau swalayan, lalu temuilah mbak-mbak yang bertugas di sana, dan tanyakan, “Mbak, di mana bagian penjualan dompet pria?”

Maka mbak-mbak itu akan membawamu ke suatu sudut sempit, atau tempat kecil di dekat kasir, dan menunjukkan sejumlah kecil koleksi dompet untuk pria. Pilihannya sangat terbatas, dan dompet pria sama sekali bukan barang jualan yang diandalkan swalayan atau mall mana pun, sehingga tidak pernah diberi tempat khusus. Yang biasa terjadi, dompet pria hanya dipajang secara sederhana di dekat kasir—itu pun kalau mall atau swalayan itu menyediakan dompet pria.

Tetapi cobalah datang ke mall atau swalayan, lalu temuilah mbak-mbak yang bertugas di sana, dan tanyakan, “Mbak, di mana bagian penjualan dompet wanita?”

Maka mbak-mbak itu akan membawamu ke suatu counter tersendiri, atau suatu bagian yang cukup luas, tempat aneka macam dompet wanita terhampar dengan anggun dan megah. Di tempat itu, kau bisa menjumpai aneka macam dompet, dari yang sederhana sampai yang amat mewah, dari yang harganya puluhan ribu sampai jutaan, dari dompet untuk uang receh sampai dompet untuk kartu kredit. Komplit, lengkap—koleksi yang sempurna.

Dari soal dompet saja, kita sudah dapat menyaksikan betapa dunia ini tidak adil. Dunia ini sepertinya lebih memanjakan kaum perempuan, dan di saat yang sama, melakukan diskriminasi atas kaum lelaki. Padahal ini baru dilihat dari sudut pandang dompet. Belum lagi yang lainnya.

Dulu, waktu masih kuliah, saya pernah diajak pacar untuk belanja pakaian dalam. Saya tidak paham apa isi otak pacar saya hingga mengajak saya belanja pakaian dalam wanita. Nah, sewaktu berangkat mengantarkannya, saya pikir kami akan pergi ke swalayan atau mall, dan kemudian kami akan menuju ke salah satu counter yang menyediakan koleksi pakaian dalam. Ternyata tidak!

Pacar saya mengajak ke suatu toko—sekali lagi, toko—yang secara khusus menjual pakaian dalam wanita. Mungkin saya kurang gaul, atau memang idiot. Tetapi baru detik itulah saya tahu bahwa ternyata ada toko yang secara khusus menjual aneka pakaian dalam untuk wanita. Karenanya, ketika menemani pacar masuk ke toko itu, saya terbengong-bengong seperti orang udik yang baru lihat Monas.

Pacar saya segera sibuk di dalam toko itu, sementara saya berdiri terbengong di tengah-tengah ruangan, memandangi hamparan aneka macam pakaian dalam wanita yang sebelumnya tak pernah saya bayangkan—bahkan dalam imajinasi paling liar sekali pun. Di toko yang luas itu, seluruh bagian ruangan tertutup oleh pameran yang benar-benar membuat jantung saya berdebar-debar.

Omigood, batin saya dengan masygul sambil memandangi aneka macam lingerie, bra, celana dalam, dan beberapa “barang aneh” lain yang bentuk dan modelnya beraneka ragam.

Saya membayangkan, sebanyak-banyaknya bentuk atau model celana dalam cowok, jumlahnya pasti tidak akan mampu menandingi jumlah bentuk dan model celana dalam kaum cewek. Coba lihat, kaum cowok cuma mengenal model brief, boxer, boxer-brief, dan kadang-kadang juga bikini (untuk cowok). Sudah—hanya itu.

Sampai saat ini, sampai saya menulis catatan ini, saya belum pernah dengar ada toko yang secara khusus menjual celana dalam cowok. Memang ada toko-toko yang menjual celana dalam cowok, tetapi biasanya itu hanya “barang sampingan”, dalam arti bukan jualan utama. Toko-toko itu pun biasanya tidak memajang celana dalam tersebut, dan hanya mengambilkannya jika ada pembeli yang menanyakannya.

Di mall atau swalayan, celana dalam cowok juga bukan barang spesial. Sama seperti dompet, lokasi penjualannya biasanya hanya di suatu sudut, atau di suatu rak kecil. Berbeda dengan celana dalam cewek, mall atau swalayan selalu menyediakan satu ruangan atau counter khusus untuk memajang aneka macam koleksi, sehingga konsumennya (kaum cewek) benar-benar termanjakan.

Lanjut ke sini.

 
;