Rabu, 22 Oktober 2014

Hidup, Perkawinan, dan Pilihan

“Bijaksana” versi kebanyakan manusia adalah “sesuatu yang enak didengar telinganya”. Jika tidak, mereka tidak mau mengakuinya.
—Twitter, 20 September 2014

Hidup kadang indah, kadang sedih. Kadang naik, kadang turun. Menyatakan hidup pasti indah, itu bohong. Begitu pun dalam hal lainnya.
—Twitter, 20 September 2014

Dalam perkawinan ada senang, ada susah, ada tawa, ada tangis. Menyatakan orang pasti bahagia dalam perkawinan, itu bohong... sangat bohong.
—Twitter, 20 September 2014

Tip: Kalau kau ditanya “kapan kawin?”, dan kau kebingungan memberikan jawaban, tanyakan saja padanya, “Apakah perkawinanmu bahagia?”
—Twitter, 20 September 2014

Orang yang bahagia dan tenteram cenderung nyaman dengan diri sendiri. Karena merasa tenteram, dia tidak punya keinginan mengusik orang lain.
—Twitter, 20 September 2014

Orang yang perkawinannya bahagia dan memuaskan, cenderung tidak punya keinginan untuk bertanya-tanya “kapan kawin?” pada orang lainnya.
—Twitter, 20 September 2014

Jika perkawinanmu bahagia, nikmatilah. Namun jika tidak, sebaiknya diamlah. Itu jauh lebih baik, daripada nyinyir bertanya-tanya “kapan kawin?”
—Twitter, 20 September 2014

Seorang teman curhat, menyatakan perkawinannya adalah “ladang kesedihan dan keputusasaan”. Antara ingin menangis dan tertawa mendengarnya.
—Twitter, 20 September 2014

Orang akan tahu siapa orang yang telah menikah dengannya, hanya setelah ia menikah dengannya. Kupikir, itu nasihat cinta paling bijaksana.
—Twitter, 20 September 2014

Semuanya berpasangan. Pasangan senang adalah sedih. Pasangan pria adalah wanita. Apa pasangan honeymoon? Benar, kau tidak pernah diberitahu.
—Twitter, 20 September 2014

“Sepertinya sulit sekali mengatakan hidup adalah pilihan, jika kita sama sekali tidak punya pilihan.” | Ya, kau benar.. sangat, sangat benar!
—Twitter, 20 September 2014

Tikus yang terjebak dalam kotak perangkap tidak akan bisa mengatakan, “Hidup adalah soal pilihan.” Karena dia memang tidak punya pilihan.
—Twitter, 20 September 2014

Buku-buku tentang perkawinan sering kali tidak adil dan tidak imbang; hanya menjelaskan indah-indahnya saja, dan menyembunyikan sengsaranya.
—Twitter, 20 September 2014

Kebenaran tidak selamanya semanis madu, karena kadang (bahkan sering) sepahit jamu. Tinggal kita mau mengakui dan menerimanya atau tidak.
—Twitter, 20 September 2014

Ujian terberat dalam perkawinan bukan apa pun... tetapi pasanganmu sendiri.
—Twitter, 20 September 2014

Ketika sendirian, yang diinginkan manusia hanya menikah. Setelah menikah, mereka pun kemudian tahu apa sebenarnya yang paling diinginkannya.
—Twitter, 20 September 2014

“Bagaimana pun juga, menikahlah,” kata Socrates. Dan, well, kau tahu kelanjutannya.
—Twitter, 20 September 2014

Pelajaran terbaik tentang pernikahan adalah segala hal tentang menikah yang tidak pernah dikatakan kepadamu oleh orang yang telah menikah.
—Twitter, 20 September 2014

Setiap orang yang telah menikah seharusnya memiliki kewajiban moral untuk menjelaskan apa itu perkawinan, dan bukan malah menutupinya.
—Twitter, 20 September 2014

Kebanyakan orangtua merahasiakan kesalahan mereka, sampai kita mengulangi kesalahan mereka. Lalu kita melakukan hal sama pada anak kita.
—Twitter, 1 September 2014

Aku tidak menentang perkawinan. Tapi aku menentang orang yang menyalahkan pilihan orang lain, sambil merasa pilihannya pasti benar sendiri.
—Twitter, 20 September 2014

Hidup adalah hak untuk memilih. Ada yang memilih menikah, ada yang memilih melajang. Kewajiban kita adalah menghormati pilihan orang lain.
—Twitter, 20 September 2014


*) Ditranskrip dari timeline @noffret.
 
 
;