Jumat, 10 Oktober 2014

Noffret’s Note: Sok Jaim

Kalau dipikir-pikir, semua drama konyol dan
tidak penting yang terjadi di dunia ini timbul karena
perilaku terkutuk yang disebut “sok jaim”.
—Twitter, 12 April 2014

“Sok jaim” menjadikan yang mudah terasa sulit, yang jelas
menjadi rumit, yang seharusnya indah berubah rusak.
—Twitter, 12 April 2014

Sok jaim mengatakan “Tidak” ketika seharusnya
mengatakan “Ya”, atau mengatakan “Ya”
ketika seharusnya mengatakan “Tidak”.
—Twitter, 12 April 2014

Sori, ada telepon. Lanjut nanti kultwit sok jaim-nya.
*kayak ada yang nyimak aja*
—Twitter, 12 April 2014

Mungkin kita terlalu lama menonton sinetron konyol yang
terlalu banyak mengajarkan pelajaran tolol bernama “sok jaim”.
—Twitter, 12 April 2014

Orang-orang dalam sinetron memang suka sok jaim
untuk membuat cerita jadi panjang bertele-tele.
Tapi kita tidak hidup dalam sinetron!
—Twitter, 12 April 2014

Gara-gara sinetron tolol, sebagian kita menganggap
sok jaim adalah sikap berpendidikan.
Salah! Itu justru sikap tak berpendidikan!
—Twitter, 12 April 2014

Sok jaim mendekatkan kita pada kepura-puraan.
Kepura-puraan mendekatkan kita pada kebohongan.
Kebohongan mendekatkan kita pada kemunafikan.
—Twitter, 12 April 2014

Terbiasa sok jaim menjadikan kita terbiasa pula
untuk berperilaku munafik. Dan, demi Tuhan,
tidak ada orang yang menyukai pribadi munafik!
—Twitter, 12 April 2014

Dalam skala ekstrem, jujur tapi terlihat tolol
jauh lebih baik daripada berusaha sok jaim
demi terlihat elegan, tapi malah tampak munafik.
—Twitter, 12 April 2014

Bersikap jujur tidak membuat kita jadi konyol.
Tapi bersikap sok jaim... ya!
Oh, well, itu bahkan konyol di atas konyol di atas konyol!
—Twitter, 12 April 2014

Bersikap sok jaim artinya bersikap munafik.
Bersikap munafik adalah membohongi diri sendiri.
Apa yang lebih konyol dari itu?
—Twitter, 12 April 2014

Gara-gara sok jaim, orang yang seharusnya
mendapatkan karunia tertentu gagal meraihnya.
Karena sok jaim, orang pun kehilangan peluang.
—Twitter, 12 April 2014

Karena sok jaim, pasangan yang seharusnya
bergandeng tangan malah bertengkar, yang seharusnya
sudah asyik ndusel malah jadi bete dan kesel.
—Twitter, 12 April 2014

“Sok jaim” adalah lawan “bersikap jujur”.
Ketika kita sok jaim, artinya kita sedang tidak jujur.
Itu bukan hal baik untuk dibudayakan.
—Twitter, 12 April 2014

Selain bukan hal baik, sok jaim juga kadang
membuat komunikasi menjadi kacau.
Karena tidak setiap orang memahami bahasa sok jaim.
—Twitter, 12 April 2014

Sejujurnya, aku lebih mampu memahami makna
tersembunyi di balik kode-kode rumit, tapi sering
kebingungan memahami arti dari sikap sok jaim.
—Twitter, 12 April 2014

Kalau kau mengatakan “Tidak” kepadaku,
maka aku akan mengartikannya sebagai “Tidak”,
meski ternyata yang kau maksud adalah “Ya.”
—Twitter, 12 April 2014

Sebaliknya, kalau kau mengatakan “Ya,”
maka aku akan mengartikannya sebagai “Ya,”
meski mungkin kau bermaksud mengatakan sebaliknya.
—Twitter, 12 April 2014

Aku tidak tolol. Aku hanya berusaha untuk jujur. Kalau
kejujuran membuatku tampak konyol di matamu, persetan!
—Twitter, 12 April 2014

Jadi, ada tiga hal penting yang perlu diingat selalu
dalam hidup. Pertama, jangan sok jaim.
Kedua, jangan sok jaim. Ketiga, jangan sok jaim.
—Twitter, 12 April 2014

Orang kalau dasarnya elegan, foto cuma tampak leher pun
tetap elegan. Begitu pun, orang kalau dasarnya sopan,
tidak sok jaim pun tetap sopan.
—Twitter, 12 April 2014

Kalau-kalau ada yang belum paham,
tidak sok jaim bukan berarti kita kehilangan kesopanan.
Tidak sok jaim artinya tidak munafik.
—Twitter, 12 April 2014

Kehidupan yang kita jalani pasti akan lebih indah
dan mudah dipahami, kalau saja semua orang meninggalkan
sifat terkutuk bernama “sok jaim”.
—Twitter, 12 April 2014


*) Ditranskrip dari timeline @noffret.

 
;