Jika sewaktu-waktu aku kedapatan mem-follow atau
memfavoritkan akun tertentu, dan ada yang mencoba mempertanyakan,
aku akan menjawab, "Ya, aku memang mem-follow akun itu
(atau memfavoritkan tweet dari akun itu). Ada masalah?"
Wong paling mem-follow akun saja kok bingung.
Di Twitter, ada fenomena konyol yang sebenarnya juga memalukan, yaitu orang-orang yang dikenal alim dan agamis, lalu ketahuan mem-follow atau memfavoritkan akun porno. Kejadian konyol itu sudah terjadi berkali-kali, menimpa banyak orang, dari rakyat biasa sampai pejabat dan orang-orang terkenal.
Seperti kita tahu, di Twitter ada banyak akun porno, dari yang sekadar hobi ngomongin seks di timeline, posting foto-foto bugil, video-video seks, dan lain-lain semacamnya. Akun-akun semacam itu digemari sebagian orang, dan karena itu pula akun-akun porno di Twitter terus eksis.
Orang-orang yang dikenal alim dan agamis tentu tidak akan mem-follow akun-akun porno semacam itu, atau memfavoritkan tweet-tweet mereka yang vulgar. Tapi realitas berkata lain. Berkali-kali, orang yang dianggap alim dan agamis ketahuan mem-follow akun-akun porno, atau ketahuan memfavoritkan tweet-tweet porno.
Karena hal itu dilakukan orang-orang yang dikenal alim dan agamis, para pengguna Twitter pun tertarik perhatiannya. Mereka tentu heran, karena mendapati orang yang biasa ngetwit ayat-ayat suci, tiba-tiba mem-follow akun porno. Atau orang yang saban hari ngoceh soal agama, tiba-tiba ketahuan memfavoritkan tweet foto bugil atau video ngewe.
Mendapati hal semacam itu, biasanya para pengguna Twitter akan melakukan klarifikasi pada yang bersangkutan, yang isinya kira-kira mempertanyakan, “Elu bener mem-follow akun porno apa gimana, tong?”
Biasanya pula, pihak yang bersangkutan akan mengajukan dalih atau alasan, yang belakangan terdengar klise. Mereka biasanya mengatakan, “Wah, saya tidak tahu,” atau, “Akun saya di-hack!” atau, “Entah ya, tiba-tiba tweet porno itu muncul di timeline saya,” dan sederet alasan lain yang intinya memberitahu bahwa mereka—yang alim dan agamis itu—tidak akan mem-follow akun porno, dan tidak akan memavoritkan tweet berisi foto ngewe.
Terus terang, saya tidak tahu apakah kasus itu benar-benar terjadi karena “di-hack”—sebagaimana kata mereka—ataukah sebenarnya mereka memang mem-follow akun porno secara sengaja, lalu berdalih akunnya di-hack setelah ketahuan. Yang membuat saya heran, KENAPA SEMUA ORANG YANG KETAHUAN MEM-FOLLOW AKUN PORNO DI TWITTER SAMA-SAMA MENGAKU AKUNNYA DI-HACK?
Mengaku “akun di-hack” memang terdengar mudah. Bahwa kalau akun seseorang di-hack, maka si peretas akan dapat melakukan apa pun lewat akun tersebut, termasuk mem-follow akun porno atau memfavoritkan tweet foto bugil. Tetapi, alasan “akun di-hack” itu sebenarnya aneh, untuk tidak menyebut tak masuk akal. Masak iya orang mau susah-payah meretas akun Twitter seseorang—yang pasti sangat sulit—hanya untuk sekadar mem-follow satu dua akun porno?
Ada juga orang yang ketahuan mem-follow beberapa akun porno, atau memfavoritkan beberapa tweet porno. Lalu, saat ketahuan orang lain, dia menjawab, “Maaf, kepencet, tidak sengaja.”
“Kepencet, tidak sengaja”, tapi akun porno yang di-follow jumlahnya bejibun. “Kepencet, tidak sengaja”, tapi foto bugil yang difavoritkan sangat banyak. Hebat sekali orang semacam itu. Wong “tidak sengaja” saja bisa begitu, apalagi kalau “sengaja”?
Sebenarnya, secara pribadi, saya tidak mempersoalkan orang lain, siapa pun, yang mem-follow akun porno, atau memfavoritkan tweet berisi foto/video ngewe. Karena nyatanya di Twitter memang ada akun-akun khusus yang berisi hal-hal semacam itu.
Yang saya pikirkan... kenapa banyak orang yang tampaknya selalu berusaha mengelak—tidak mau mengakui—ketika ia ketahuan mem-follow akun porno, atau ketahuan memfavoritkan tweet porno?
Terus terang, dulu saya pernah mem-follow akun fotomodel Wulan Ekarina. Saya mem-follow akun dia di Twitter, semata-mata karena waktu itu dia kerap mengunggah foto-foto telanjangnya. Sebagai model yang cantik rupawan, foto-foto Wulan Ekarina tidak hanya indah, tapi... ya indah, namanya juga foto telanjang. Dan, persetan, saya senang melihatnya.
Saya terus terang mengakui hal ini, karena tidak ingin munafik. Bahwa saya menyukai wanita cantik, jelas! Apalagi wanita cantik seperti Wulan Ekarina. Dan ketika dia mengunggah foto-foto indahnya di Twitter, saya pun tidak punya alasan untuk tidak mem-follow akunnya. (Belakangan, akun Wulan Ekarina tidak ada lagi di Twitter.)
Kalau saja ada orang mempertanyakan hal itu, saya akan menjawab dengan jujur, bahwa saya memang mem-follow akun wanita itu. Saya tidak akan berdalih “khilaf”, “kepencet”, atau “di-hack”, atau alasan tolol lainnya. Saya akan mengatakan, “Ya, aku memang mem-follow akun dia. Ada masalah?”
Mem-follow akun mana pun di Twitter sama sekali bukan masalah, asal kita biasa berlaku jujur dan tidak munafik. Masalah mulai terjadi, ketika kita berusaha mengesankan diri begitu alim, begitu agamis, begitu suci, begitu tanpa dosa, lalu ketahuan mem-follow akun-akun porno, atau memfavoritkan tweet-tweet ngewe.
Well, sebenarnya, saya menulis catatan ini karena gatal. Tempo hari, di timeline Twitter, saya menemukan capture tweet-tweet ini. Untuk melihat aslinya, kalian bisa klik di sini.
Seperti yang kita lihat dari capture tweet tersebut, orang bisa sangat munafik di Twitter. Mengesankan dirinya agamis, tapi juga ketahuan kalau aslinya brengsek. Ketika orang semacam itu ketahuan belangnya, dia pun malu. Karenanya, begitu ketahuan, akunnya langsung hilang.
Sebenarnya, yang dipersoalkan dalam capture itu bukan tweet-nya, melainkan ketidakjujuran atau kemunafikannya. Itulah alasan yang mendasari kenapa ada orang yang dicerca gara-gara mem-follow akun porno, sementara sebagian orang lain—yang sama-sama mem-follow akun serupa—dibiarkan dan tidak dipersoalkan.
Kalau kau tidak pernah sok alim, tidak pernah sok agamis, tidak pernah sok suci, lalu ketahuan mem-follow akun porno, atau memfavoritkan tweet-tweet ngewe, orang juga tidak akan mempersoalkan. Sesama orang normal tahu, bahwa kita memang suka hal-hal semacam itu. Asal kau tidak mengganggu orang lain atau menimbulkan ketidaknyamanan orang lain, mereka juga tidak akan mengusikmu.
Tetapi, kalau cocotmu sok alim, tingkahmu sok suci, tweet-tweet-mu doyan ngoceh soal agama, lalu ketahuan mem-follow akun porno atau ke-gap memfavoritkan tweet ngewe, orang-orang akan meributkanmu. Itu jelas, karena mereka akan merasa telah dibohongi olehmu, dibodohi oleh sikap munafikmu. Mereka jelas marah, dan akan mencercamu.
Oh, jangan salah paham. Saya tidak bermaksud menyatakan agar kau berhenti menjadi orang alim, atau berhenti menjadi orang agamis. Yang saya maksudkan, jadilah orang alim dan agamis yang tidak hanya sebatas di Twitter.
Kalau kau benar-benar alim, bagus! Kau punya pilihan hidup yang baik, dan para malaikat akan menjaga langkahmu. Dunia selalu membutuhkan orang-orang alim sepertimu, yang tidak hanya alim dalam kata-kata, tapi juga dalam pikiran dan perbuatan. Kehidupan selalu membutuhkan orang-orang alim sepertimu, yang tidak hanya pintar menasihati orang lain, tapi juga pintar menasihati diri sendiri. Teruslah menjadi orang alim, karena itu pilihan yang baik.
Kalau kau benar-benar agamis, tayyib! Kau punya pilihan hidup yang baik, dan Tuhan akan menaungi hidupmu. Dunia senantiasa membutuhkan orang-orang agamis sepertimu, yang menggunakan agama untuk kemaslahatan masyarakat, dan bukannya untuk merusak. Umat manusia selalu membutuhkan orang-orang agamis sepertimu, yang mengajarkan agama untuk menyatukan, dan bukan malah mencerai-beraikan. Teruslah menjadi orang agamis, karena itu pilihan yang mulia.
Dan sewaktu-waktu kau mendapati akun porno di Twitter, atau kebetulan mendapati tweet-tweet ngewe di timeline-mu, ingat-ingatlah untuk tidak mem-follow atau memfavoritkan, karena dampaknya bisa merusak. Tidak hanya merusak dirimu, tapi juga merusak kepercayaan orang lain terhadapmu.