Sambil menatapku, dia berkata, “Kau kelelahan. Orang lain mungkin tidak menyadari. Tapi aku tahu, di balik tubuhmu yang bersih itu, kau sangat lelah.”
“I know,” aku menyahut.
“Apa yang kaukerjakan, hingga selelah itu?”
“Kau tidak ingin tahu.”
“Kalau begitu, bagaimana kau bisa sampai ke sini?”
“Well, seseorang membawaku ke sini, tapi ternyata kau orang yang keliru. Maksudku, kau bukan orang yang kutuju.”
Dia mencoba tersenyum. “Itu bukan masalah bagiku.”
“Tapi itu masalah bagiku.”
Hening sesaat, kemudian dia berkata, “Kapan pun, kau bisa datang lagi ke sini.”
Aku berkata ragu-ragu, “Aku kadang kesulitan mengingat arah jalan, dan aku tidak yakin masih ingat jalan menuju ke sini.”
“Kau mau memberikan nomor teleponmu, agar bisa kuhubungi?”
“Aku yang akan menghubungimu.”
“Kau janji akan kembali ke sini?”
“Aku tidak tahu.”
....
....
Yang aku tahu, aku tak pernah kembali.