Dulu aku berpikir, "masalahnya pada akses pengetahuan yang sulit." Sekarang, ketika akses sangat mudah, aku memahami masalah sebenarnya.
Televisi di rumah, sebagai misal, bisa menjadi akses menuju pengetahuan. Tapi orang-orang lebih memilih sinetron atau infotainment.
Bahkan untuk memahami sesuatu yang sederhana sekali pun, tidak setiap orang mampu. Misalnya memahami bahwa "hidup adalah soal pilihan."
"Hidup adalah soal pilihan," itu perkara remeh, sepele, yang kupikir setiap orang akan langsung memahami maksudnya. Ternyata tidak.
Filosofi "hidup adalah soal pilihan" itu mirip prasmanan. Kita menghadapi meja yang sama, tapi kita punya hak, pilihan, dan selera berbeda.
Orang kadang bilang, "Dia bisa ngomong hidup soal pilihan, karena punya privilese." Masalahnya bukan punya privilese, tapi punya kesadaran.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 6 November 2017.