Rabu, 05 Desember 2018

Hidup Adalah Soal Pilihan

Di Australia, ada hewan mirip tikus bernama antechinus. Dalam hidupnya, hewan itu cuma punya satu misi, yaitu kawin. Ketika antechinus jantan sudah dewasa (secara seksual), ia akan kawin, lalu mati. Sementara si betina melanjutkan hidup untuk melahirkan dan merawat anak mereka.

Semua laba-laba jantan di muka bumi tahu bahwa perkawinan identik dengan kematian. Karena setelah mereka kawin, si betina akan memakannya (beberapa jantan kadang berbuat licik demi menyelamatkan diri seusai kawin). Yang jelas, meski tahu risikonya mengerikan, mereka tetap kawin.

Ada spesies laba-laba bernama Dolomedes tenebrosus. Seumur hidup, kesibukan laba-laba ini hanya membesarkan alat vitalnya. Setelah itu dia kawin, lalu mati akibat kerusakan alat vital, karena sebagian "tertinggal" di tubuh si betina. Si jantan mati, si betina tak bisa kawin lagi.

Belalang sembah (Mantodea) juga tahu bahwa kawin sama artinya mati. Karena saat mereka sedang kawin, si betina akan memenggal kepala mereka. Itu, sebenarnya, pertaruhan yang sangat mengerikan. Hanya untuk kenikmatan sesaat, nyawa taruhannya. Tapi mereka tetap kawin, tentu saja.

Di hutan terpencil di Madagaskar, ada chameleon (sejenis bunglon) bernama Labord, yang hidup terisolir, dan tidak terpapar peradaban. Tapi mereka menjalani hidup seperti kita (maaf, maksudnya seperti kalian). Yaitu lahir, tumbuh besar, dewasa, kawin, bertelur, lalu mati.

Daftar ini, kalau mau dilanjutkan, bisa panjang sekali, merentang dari hewan-hewan di sekeliling kita, sampai hewan-hewan yang tak pernah kita dengar namanya. Dari hewan-hewan besar sampai hewan-hewan kecil. Sampai cacing dan uget-uget. Semuanya sama. Lahir, dewasa, kawin, mati.

Bahkan makhluk semacam parasit pun punya misi sama dalam hidup; kawin!

Parasit bersayap pintal betina dari ordo Strepsiptera hidup di dalam tubuh inang (biasanya pada tubuh lebah). Karena hidup di tubuh inang, tubuh parasit betina ini tidak kelihatan... kecuali lubang vaginanya.

Sementara itu, parasit Strepsiptera jantan hidup dengan mondar-mandir, mencari-cari vagina betina. Setelah menemukan lubang reproduksi betina (biasanya di tubuh lebah soliter), parasit jantan akan melakukan inseminasi (untuk tidak menyebut mengawini). Setelah itu, keduanya mati.

Semua hewan dan makhluk semacamnya, dari yang hidup soliter di hutan terpencil sampai yang gaul serta dekat dengan peradaban, memiliki misi sama: Kawin. Bahkan meski risikonya mati. Dengan leher terpenggal, atau alat vital meledak, atau dimakan pasangannya. Yang penting kawin.

Jutaan laba-laba jantan kawin lalu mati mengenaskan. Jutaan teman mereka tahu kenyataan itu. Dan apakah jutaan laba-laba lain belajar dari pengalaman teman-teman mereka yang mati mengenaskan setelah kawin? Tidak! Kenyataannya mereka tetap kawin, dan sama-sama mati mengenaskan.

Jutaan belalang mati dengan leher terpenggal gara-gara ngebet kawin. Jutaan belalang lain tahu kenyataan itu. Dan apakah jutaan belalang lain belajar dari pengalaman teman-teman mereka yang mati terpenggal? Tidak! Kenyataannya mereka tetap kawin, dan mati dengan leher terpenggal.

Kawin adalah jebakan alam, taktik licik evolusi untuk melanggengkan spesies. Karenanya, tak peduli sengotot apa pun manusia menolak teori evolusi, dia tetap bagian evolusi jika misi hidupnya cuma kawin. Apalagi kawin tanpa pikiran matang. Persis seperti laba-laba, atau belalang.

Itulah kenapa, ada sebagian orang yang sampai muak dan jijik tiap kali mendengar pertanyaan "kapan kawin?" dan semacamnya. Karena pertanyaan itu (atau yang semacam itu) adalah bukti bahwa manusia tidak lebih baik dari binatang. Sama-sama hidup dengan berpusat pada selangkangan.

Perbedaan paling fundamental antara manusia dengan binatang adalah... manusia bisa memilih, tapi binatang tidak punya pilihan. Binatang memang hidup untuk kawin, karena itulah mereka rela mati atau keblangsak demi bisa kawin. Tapi manusia lebih baik dari itu, karena bisa memilih.

Hanya manusia, satu-satunya makhluk di alam semesta, yang bisa memilih. Bahkan malaikat pun tidak memiliki karunia agung itu. Hak untuk memilih hanya dimiliki manusia. Yang menempatkannya lebih tinggi dari binatang, dan yang membuatnya mampu berpikir, "Hidup adalah soal pilihan."


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 11 september 2018.

 
;