Rabu, 01 Agustus 2012

Ngomongin Hantu (4)

Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Padahal, umumnya, “kesurupan” semacam itu akan berhenti sendiri, yang biasanya diikuti gejala amnesia atau lupa pada semua atau sebagian kejadian yang baru saja dialaminya. Pada waktu itu pula si korban biasanya akan merasa lelah sekali, kadang juga sakit pada seluruh badannya. Rasa sakit itu sebenarnya akibat orang-orang yang menolongnya terlalu menekan, menghimpit, dan menutup jalan napasnya, sebagai upaya “mengusir makhluk halus” agar keluar dari tubuhnya.

Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan terhadap sistem limbic—bagian otak yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan, dan perilaku. Sistem limbic sangat luas, dan mencakup banyak bagian pada lobus otak.

Terganggunya emosi akibat tekanan atau kesulitan hidup adalah hal yang sering kali memicu rangsangan hingga mempengaruhi sistem limbic, yang memunculkan gejala “kesurupan”. Setelah itu, terjadi kekacauan pada zat pengantar rangsang saraf atau neurotransmitter. Zat pengantar rangsang saraf yang kemudian keluar mungkin norepinephrin atau juga serotonin, yang menyebabkan perubahan perilaku si orang bersangkutan.

Seperti yang disebutkan di atas, reaksi histeria massal mudah terjadi pada siswi-siswi sekolah, terutama yang bermasalah. Histeria umumnya menimbulkan reaksi ketakutan. Mereka yang mentalnya tidak kuat, dan kebetulan sedang bermasalah, akan terpengaruh dan kemudian akan ikut berteriak-teriak, lalu tubuhnya mengalami kejang dan kaku. Perempuan memang relatif lebih mudah terkena kesurupan dan histeria karena pengaruh emosi dan sistem hormon.

Karenanya, jika kita perhatikan, korban “kesurupan” sering kali adalah orang-orang yang memang rentan menghadapi masalah hidup, dan umumnya perempuan. Orang-orang yang hidupnya relatif tenang dan nyaman—secara sosial dan ekonomi—sangat jarang sekali ditemukan mengalami kesurupan. Apakah hantu sengaja memilih korbannya? Kedengarannya kok tidak masuk akal.

So, jika buruh pabrik sering mengalami kesurupan, dan hal itu diyakini karena diganggu “makhluk halus”, kenapa para manajer, direktur, dan komisarisnya tidak pernah mengalami kesurupan yang sama? Jika para pembantu rumah tangga sering diketahui mengalami kesurupan, mengapa para majikannya jarang mengalami hal yang sama? Jika memang itu perbuatan hantu, sepertinya sangat aneh jika hantu pilah-pilih korban.

Jadi, apakah saya percaya hantu? Oh, well, saya percaya!

Baiklah, sekarang kita akan ngomongin hantu. Seperti pada hal-hal lain yang “meragukan”, hantu adalah salah satu hal yang sebelumnya sulit saya percaya. Seperti pada hal-hal lain yang sama “meragukan”, saya baru akan mempercayainya, jika; a) sesuatu itu bisa dijelaskan secara ilmiah, atau b) sesuatu itu bisa dibuktikan secara empiris.

Secara ilmiah, hantu terbukti omong kosong. Buktinya semua yang telah dipaparkan di atas. Bagaimana secara empiris? Nah, ada sedikit masalah dalam hal ini. Karena, faktanya, saya benar-benar pernah melihat hantu!

Lima tahun yang lalu, saya diajak berkemah oleh teman-teman pecinta alam. Lokasi perkemahan itu di suatu tempat berinisial KA. (Sori, saya terpaksa menyamarkan nama lokasinya, untuk menghindarkan hal-hal tak diinginkan). Yang jelas, tempat itu sudah biasa dijadikan tempat untuk berkemah para pecinta alam. Saya menerima ajakan itu karena kebetulan sedang tidak ada kerjaan, itung-itung sekalian refresing.

Tanpa punya pikiran buruk apa pun, saya ikut bersama rombongan pecinta alam itu, dan kemudian mendirikan kemah di tempat yang telah ditentukan. Rombongan kami ada seratusan orang, dan kami pun tertawa-tawa dan bercanda dengan asyik sebagaimana umumnya orang menikmati acara kemah.

Lanjut ke sini.

 
;