Senin, 07 Juni 2010

Penyaksian



Kita hidup saat ini di suatu dunia yang telah terkotak secara pasti dalam sebuah belenggu bernama hegemoni. Belenggu atau penjara hegemoni itu ada dalam setiap sisi dan sudut kehidupan, sekecil apapun, seburam apapun. Tetapi satu hal yang pasti, hegemoni itu memiliki hukum kejam yang tak tertulis, bahwa siapapun yang mencoba keluar darinya adalah orang ‘sinting’, ‘gila’, atau setidaknya akan disebut sebagai orang aneh, atau orang yang tak sama dengan orang lain. Saya lebih suka menyebut hegemoni sebagai suatu bentuk pengkondisian.

Hegemoni atau pengkondisian ini telah mulai ditancapkan orang-orang atau masyarakat kita sekian puluh atau bahkan sekian ratus tahun yang lampau. Mereka merumuskan sesuatu yang disebut sebagai adat, mereka menciptakan sesuatu yang disebut budaya, bahkan mereka melahirkan dan menumbuhkan sistem nilai untuk memberi cap segala sesuatu sebagai benar atau salah, wajar atau aneh, ya atau tidak. Dan hal ini diwariskan secara turun-temurun tanpa henti karena regenerasi manusia pun tak pernah berhenti—setidaknya sampai saat ini.

Hegemoni dan pengkondisian itu tumbuh subur dan beranak-pinak di setiap lingkungan masyarakat, sesuai dengan iklim masyarakatnya. Tetapi satu hal yang pasti, semua bentuk hegemoni atau pengkondisian itu adalah suatu bentuk belenggu, sebuah penjara, sebuah rantai berbandul besar yang benar-benar melumpuhkan gerak manusia agar tetap bisa seragam sebagaimana yang terus didoktrinkan oleh hegemoni atau pengkondisian itu. Dan yang paling mengerikan dari akibat hegemoni dan pengkondisian itu adalah lumpuhnya sendi-sendi potensi manusia untuk bisa bergerak bebas dan merdeka. Sekali lagi, hegemoni adalah sebuah kotak. Dan...siapa yang bisa bebas bergerak dalam sebuah kotak...???

Kita lahir dan hidup dalam sebuah masyarakat yang telah terpenjara dalam kotak-kotak belenggu hegemoni. Kita dibesarkan dalam sebuah keluarga yang telah terlanjur terkontaminasi bahkan bersenyawa dengannya. Kita dididik dan diajar dalam sebuah lembaga pendidikan bernama sekolah yang juga tak lepas dari unsur-unsur belenggu hegemoni. Kita bergaul dengan tetangga dan teman-teman yang juga hidup dalam kotak pengkondisian bernama hegemoni. Bahkan kita bernapas dan menghirup udara dari alam lingkungan yang telah tercemar hegemoni.

Akibatnya? Kita pun cenderung menjadi sama dengan mereka, senilai dengan mereka, dan tanpa kita sadari, kita pun kemudian menjadi bagian dari sistem besar bernama hegemoni atau pengkondisian itu. Dan kemudian, ketika kau mencoba keluar dari kotak belenggu hegemoni itu, kau pun akan dianggap aneh, dibilang sinting, dicap gila, bahkan mungkin kau akan dibinatangkan dan dinajiskan. Kau akan dijauhi, disingkirkan, diasingkan, dan tak dianggap lagi sebagai bagian dari mereka. Mereka akan menjauh dan memusuhimu, atau bahkan kalau mungkin mereka pun akan membunuhmu. Mengapa? Hanya satu alasannya; karena kau tak sama dengan mereka!

Hegemoni adalah sebuah kotak yang bukan saja membelenggu tetapi juga tiranis, kejam dan tak pandang bulu. Hukum dari hegemoni memang tak tertulis, tapi ia lebih brutal dari hukum yang telah tertulis. Hukum hegemoni beserta pasal dan ayat-ayatnya ada di dalam setiap otak masyarakat tempat kita hidup, ada dalam setiap unsur kehidupan yang menyaru sebagai adat, sebagai budaya, sebagai peradaban!

Dan kita hanya punya dua pilihan; mengikuti hegemoni dan menjadi budaknya tapi bisa hidup aman dan damai, atau keluar dari kotak hegemoni dan menjadi manusia bebas dengan jiwa merdeka tetapi akan dianggap gila.

Pilihan ada di tanganmu dan kau bisa menjatuhkan pilihanmu. Di sinilah jiwa kemanusiaan kita yang sesungguhnya diuji, dan di sinilah kemerdekaan pikiran dan jiwa kita akan dinilai. Sekali lagi, pilih menjadi budak dari sebuah berhala besar bernama hegemoni, ataukah menjadi pemberontak yang keluar dari penjara itu dan menjadi manusia bebas dengan jiwa yang merdeka. Dan saya, saya memilih yang kedua...


 
;