Berikut ini adalah empat macam naskah yang biasa menumpuk di meja redaksi penerbit mana pun—dan bagaimana penilaian redaksi terhadap empat macam naskah tersebut. Penilaian ini adalah estimasi rata-rata yang biasa digunakan para penerbit. Karenanya, kalau saat ini kau kebetulan telah memiliki naskah dan berencana untuk mengirimkannya ke sebuah penerbit, kau bisa membaca kembali naskahmu dan mencoba menilai, tergolong seperti apakah naskah karyamu.
Empat macam naskah itu dapat dijelaskan seperti berikut ini:
Berkualitas, sekaligus komersial. Ini jenis naskah yang dicari penerbit mana pun. Believe it or not, tidak ada satu penerbit pun di muka bumi ini yang bisa menjamin apakah sebuah buku dapat menjadi best seller ataukah tidak. Kadang-kadang sebuah buku sudah diprediksi, bahkan diyakini, akan meledak serta menjadi best seller. Tetapi ketika buku itu dilempar ke pasar, responnya sepi atau biasa-biasa saja.
Sebaliknya, ada pula buku yang sama sekali tidak diprediksikan laku apalagi laris. Tetapi ketika buku itu terdisplai di toko-toko buku, penerbitnya takjub luar biasa karena buku itu bisa mencetak angka penjualan yang spektakuler. Saya bisa menyebutkan sejumlah contoh untuk kasus-kasus seperti ini, tapi rasanya kurang etis jika saya tuliskan di sini.
Yang jelas, ketika sebuah naskah sampai di meja redaksi dan kemudian pihak penerbit memutuskan untuk menerbitkannya, mereka sama sekali tak pernah yakin apakah kelak bukunya akan laris ataukah tidak. Tetapi, meski begitu, penerbit memiliki tolok ukur sendiri, yang dari situ mereka akan berupaya untuk menakar sejauh mana kemungkinan penjualan bagi buku tersebut.
Nah, tolak ukur yang paling mudah digunakan dalam hal ini adalah sisi kualitas dan nilai komersial dari naskah tersebut. Jika sebuah naskah dinilai berkualitas, sekaligus memiliki nilai komersial tinggi, maka penerbit pun akan cukup yakin dengan prospek penjualannya. Karenanya, jika naskahmu masuk dalam penilaian semacam ini—berkualitas sekaligus komersial—maka dapat dipastikan penerbit akan segera welcome dengan naskahmu.
Berkualitas, tapi tidak komersial. Ini jenis naskah yang biasanya membahas persoalan-persoalan berat, atau topik-topik asing, atau mengupas sesuatu yang kurang dikenal masyarakat luas. Temanya bisa macam-macam, dan bisa dari berbagai disiplin ilmu. Biasanya pula, naskah jenis ini ditulis dengan tingkat keseriusan yang tinggi. Maksud saya, penulis naskah semacam ini biasanya melakukan serangkaian riset yang mendalam, melakukan penelitian yang sangat detail, dan biasanya pula memiliki gelar yang macam-macam di antara namanya.
Ketika penerbit menerima naskah semacam ini, ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi.
Pertama, penerbit itu akan menolak naskah tersebut, karena bagaimana pun juga mereka tidak mau berspekulasi dengan naskah yang jelas-jelas tidak komersial. Kedua, penerbit itu akan menerbitkan naskah tersebut, tetapi misinya tidak lagi komersial, melainkan prestise. Tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi sebuah penerbit yang menerbitkan sebuah buku yang benar-benar “intelektual murni”. Karenanya, meski mereka menyadari buku itu tidak akan terlalu laku, tetapi mereka akan bangga menerbitkannya. Nah, kemungkinan ketiga, penerbit itu akan menerbitkan naskah tersebut, namun mereka akan mengemasnya dalam bentuk yang (lebih) populer, sehingga memiliki prospek penjualan yang lebih baik.
Tetapi, yang jelas, naskah yang masuk dalam golongan kedua ini masih tergolong bagus bagi penerbit—karena dasarnya memang naskah itu berkualitas. Karenanya, kemungkinannya juga lebih besar untuk dapat diterbitkan.
Tidak berkualitas, tapi komersial. Jenis naskah ini bisa dibilang tak jauh beda dengan jenis naskah kedua. Kali ini, naskahnya tidak berkualitas, tapi komersial. Kemungkinannya untuk terbit juga tak jauh beda dengan jenis naskah di atas.
Sebagaimana kemungkinan yang terjadi pada jenis naskah kedua di atas, jenis naskah ketiga ini pun akan memiliki kemungkinan yang tak jauh beda. Kemungkinan pertama, penerbit itu akan menolak naskah tersebut, dengan alasan mutlak karena naskah itu tidak memenuhi standar kualifikasi mereka. Tak peduli naskah itu komersial atau tidak, mereka tak mau mengorbankan kualitas produk yang mereka hasilkan.
Kemungkinan kedua, mereka akan menerbitkan naskah itu, hanya saja penulisnya akan diminta untuk merevisi (atau memperbaiki) naskah tersebut agar bisa lebih baik. Kalau ternyata si penulis tidak mampu merevisi atau memperbaiki naskahnya, maka ada kemungkinan ketiga, yakni naskah itu tetap akan diterbitkan, dan editor nantinya yang akan bekerja keras memperbaiki dan menyempurnakan naskahnya agar lebih baik.
Tidak berkualitas, sekaligus tidak komersial. Haduh, ini jenis naskah yang bisa dibilang “parah”—dan penerbit biasanya tidak akan ragu untuk menolaknya. Ditinjau dari segi kualitas, naskah itu sama sekali tidak memenuhi standar kualifikasi yang ditetapkan. Ditinjau dari segi komersial, naskah itu juga tidak memiliki nilai jual. Apa lagi yang bisa diharapkan? Maka ending-nya pun jelas. Naskah itu akan ditolak.
Lanjut ke sini.