Minggu, 19 September 2010

Soal Letak



+ Saya melihat kalau letaknya sekarang sudah berubah, ya?

- Sepertinya, begitu pula yang saya lihat.

+ Nah, ini mengundang pemikiran baru, benar? Kadang-kadang kita memang harus dikagetkan dengan suatu teriakan, karena kita tidak sadar ketika mendengar bisikan.

- Uh, kata-kata Anda sangat bijaksana sekali.

+ Waduh, sampeyan sukanya berlebihan. Tidak, maksud saya, kebanyakan dari kita sesungguhnya memang sering tidak tahu apa-apa, hanya saja ketidaktahuan itu tertutup oleh hal-hal yang kita kira telah kita ketahui, sehingga kita tidak tahu bahwa sesungguhnya kita tidak tahu.

- *Bengong*

+ Jadi, ketika melihat soal letak ini, saya berpikir bahwa kita mungkin sudah mulai tahu kalau ternyata kita tidak tahu—atau memang tidak tahu, pada awalnya. Saya harap begitu. Yeah, membayangkan bahwa kemarin kita begitu penuh tapi kemudian sekarang merasa kering, itu tentu suatu perasaan yang menyiksa. Karenanya, ketika saya melihat adanya perbedaan letak ini, saya pikir ini kesadaran yang diketahui, meski dengan batin tersiksa.

- Uh, maaf… bisakah Anda jelaskan dengan bahasa manusia saja? Soalnya saya belum pernah kursus bahasa malaikat.

+ *Tertawa* Sampeyan ada-ada saja. Maksud saya begini. Baiklah, kita gunakan analogi. Kalau Anda sekarang menatap langit di atas sana, menurut Anda apa warnanya?

- Biru? Benar?

+ Biru, baiklah. Karena Anda melihat langit berwarna biru, atau Anda menganggap biru adalah warna langit, dan Anda bisa mendapatkan bukti-bukti bahwa langit memang berwarna biru, maka Anda pun akan menjalani hidup dengan persepsi dan keyakinan bahwa langit berwarna biru. Seiring waktu yang berjalan, Anda akan terus memegang persepsi itu, atau bahkan keyakinan itu, dan Anda pun—sadar atau tidak—akan mulai memustahilkan warna lain untuk langit. Apa yang Anda jalani itu hukum alam yang manusiawi, atau hukum manusia yang alami—karena memang begitulah manusia, ia dibentuk oleh keyakinannya, ia dibimbing oleh persepsinya. Nah, sampai suatu hari…

- *Menunggu*

+ …

- Sampai suatu hari…?

+ Ya, sampai suatu hari… bum! Tiba-tiba ada sesuatu yang menyadarkan kita bahwa ternyata langit tidak berwarna biru. Kesadaran itu datang dengan seketika, dengan kekuatan yang tak bisa dilawan, dan semua bukti yang ada memang menunjukkan bahwa langit tidaklah biru sebagaimana yang Anda yakini selama ini. Ketika sampai pada kenyataan semacam itu, kira-kira, apa yang Anda rasakan? Atau, lebih tepat lagi, apa yang akan Anda lakukan?

- Tentu saja saya akan mengubah persepsi saya.

+ *Manggut-manggut*

- Jadi…?

+ *Masih manggut-manggut*

- Maaf, mungkin saya tidak paham. Tapi kalau kenyataannya memang tepat seperti yang sampeyan katakan, bahwa ternyata kenyataan yang ada tidak sesuai dengan yang saya bayangkan dan saya yakini, maka saya akan mengubah persepsi dan keyakinan saya.

+ Apakah itu artinya mengubah hidup juga…?

- Uh, mungkin… Saya tidak pernah memikirkannya sampai ke situ. Uh, kalau boleh tahu, apa yang akan sampeyan lakukan, jika menemui kenyataan semacam itu?

+ Mungkin saya akan mengubah letak.

- Maaf…?

+ Mengubah letak.

- Ya, uh… ya, saya mendengar ucapan sampeyan. Tapi saya tidak paham.

+ Jadi, Anda akan mengubah persepsi ketika kenyataan tidak sesuai dengan bayangan, benar?

- Itu yang saya katakan.

+ Anda berpikir seperti itu, karena Anda orang yang bijaksana dan berjiwa besar. Anda tahu harus berubah ketika esensi yang Anda ketahui dan Anda yakini memang berubah. Tetapi, saya harus jujur pada Anda dan pada diri sendiri, saya tidak sebijaksana Anda. Saya tidak memiliki jiwa sebesar Anda. Ketika ternyata kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang saya bayangkan, maka dengan segala kebingungan saya akan mengubah letak—tanpa mau mengubah persepsi.

- Ya…?

+ Jadi saya hanya akan mengubah letak diri saya, mengubahnya sedemikian rupa, dan kemudian mencari cara agar tetap dapat meyakini bahwa langit memang berwarna biru. Dengan begitu, saya akan merasa tenang karena ego saya tidak terluka. Saya masih bisa berkata bahwa langit memang berwarna biru, dan orang tak bisa menyalahkan saya. Kalau mereka mempertanyakan keyakinan saya, atau bahkan menggugat persepsi saya, maka saya bisa bersembunyi di balik alibi letak saya.

- Saya tidak yakin sampeyan akan melakukan hal semacam itu…

+ *Tersenyum* Anda baik sekali. Itulah kenapa, saya tadi menyatakan Anda orang bijaksana dengan jiwa yang besar. Jadi, letaknya sekarang sudah berubah, ya?

- Sepertinya, begitu pula yang saya lihat.


 
;