Minggu, 14 November 2010

Satu Tahun Blog Ini



Dunia maya telah memperkenalkan kemungkinan lahirnya kehidupan yang lebih menarik; kehidupan di mana individu ternyata bisa menjalankan kebebasan, tapi pada saat yang sama memilih untuk berbagi.
—Goenawan Mohamad


Tidak terasa, satu tahun sudah terlewati. Ketika pertama kali membuat blog ini dan menulis post pertama, saya merasa itu baru kemarin. Yeah, setidaknya seperti baru sebulan yang lalu. Tapi ternyata sudah satu tahun yang lalu. Di side bar, tumpukan daftar bulan sudah menunjukkan bahwa blog ini—yeah, blog ini!—telah lahir di dunia maya selama satu tahun. Oh, rasanya sulit dipercaya—satu tahun!

Selama satu tahun ini kita telah belajar bersama, berpikir dan merenung dan tertawa dan tersenyum bersama, dan bulan-bulan yang kita lewati ini sungguh menyenangkan bagi saya. Sebegitu menyenangkannya, hingga saya tidak merasa kalau waktu satu tahun telah terlewati. Saat menengok deretan judul post yang ada di sini, saya benar-benar takjub, “Wow, aku nggak ngira udah nulis sebanyak ini!”

Hari ini, satu tahun yang lalu, saya menulis post pertama, dan berpikir, “Aku telah melangkah. Kemana aku akan melangkah, aku belum tahu—tapi yang jelas aku telah mulai melangkah.”

Dan kalian kemudian datang, menemani langkah saya—langkah demi langkah. Kalian menggandeng tangan saya, menjadi kawan-kawan belajar saya, dan tak pernah bosan memberikan masukan, saran, serta menepuk lembut bahu saya, hingga membuat saya terus semangat dan semakin asyik belajar bersama kalian. Tumpukan post di blog ini, kawan-kawan, adalah bukti nyata bahwa kita telah melewati waktu-waktu belajar yang menyenangkan.

Beratus-ratus email kalian pernah menghangatkan malam-malam saya, pernah menemani kesepian saya, selalu mampu menciptakan senyum di bibir saya, juga selalu memotivasi saya agar terus belajar, agar dapat memberikan yang terbaik dari diri saya untuk kalian—dan lebih baik lagi.

Jika ada ucapan yang lebih baik dan lebih manusiawi dibanding “Terima Kasih”, saya ingin menyatakannya kepada kalian. Tak terhitung banyaknya rasa syukur saya karena memiliki kawan-kawan belajar seperti kalian. Semoga perjalanan satu tahun ini merupakan awal yang menyenangkan—untuk terus melangkah menuju perjalanan yang lebih menyenangkan.

Selama satu tahun ini, saya berharap telah cukup memenuhi banyak permintaan kalian di blog ini, meski masih buanyak permintaan lain yang belum sempat saya penuhi. Tapi percayalah, selama saya masih bisa menulis, saya akan berupaya menuliskannya untuk kalian.

Dan karena ini post istimewa—yeah, namanya juga posting edisi ulang tahun—saya ingin menyuguhkan yang teristimewa untuk kalian. Berikut ini saya tampilkan beberapa email dari kalian, yang saya anggap mewakili isi email teman-teman yang lain. Setiap bulan saya menerima banyak sekali email, jadi mohon dimaklumi kalau saya tidak bisa memposting email kalian semuanya.

So, kalau kebetulan emailmu muncul di bawah ini, silakan tepuk tangan. Kalau tidak, yakinlah bahwa emailmu tetap berarti bagi saya, dan tetaplah tepuk tangan. *Maksa*.

Plok-plok-plok….


Saya salah satu pembaca blogmu yang benar-benar jatuh cinta dengan catatan-catatanmu. Kamu menulis banyak hal, dan selalu mampu membuat saya penasaran dan menebak-nebak apa lagi yang akan kamu tulis selanjutnya. Catatan-catatanmu telah memberikan banyak ilmu serta manfaat bagi para pembacamu. Mencerahkan, sekaligus memberikan banyak pengetahuan dan wawasan baru.

Kalau saya boleh meminta, tolong dong jangan hanya satu post per hari, karena saya masih merasa kurang jika hanya membaca 30 post per bulan. Mungkin akan lebih baik kalau kamu membuat 3 posting per hari, jadi saya dan para pembaca yang lain akan lebih “marem” membacanya.

Alfian Muhammad, via Gmail


Halo Alfian, hoho, satu posting per hari masih kurang ya? Hebat!

Saya tentu ingin memenuhi permintaan ini—kalau saja bisa. Yeah, mungkin akan lebih baik kalau per hari ada tiga sampai lima posting, atau seratus posting setiap bulan. Tapi kalau saya membuat seratus post setiap bulan, waktu saya bakal habis untuk blog ini, dan saya jadi tidak bisa melakukan hal lain. Nah, kalau sudah begitu, terus siapa yang akan kasih nafkah buat anak istri saya?

(Halah! Emang kamu udah punya anak istri, pal?)

Ya, ya, saya belum punya anak istri. Tapi sepertinya sulit bagi saya untuk memenuhi permintaan ini. Mungkin kalau saya punya kemampuan melipatgandakan diri menjadi tiga atau lima orang (semacam bajingan mutan dalam film X-Men), saya baru bisa memenuhi permintaan ini.

Andaikan saya bisa melipatgandakan diri menjadi lima orang, saya akan membagi tugas seperti ini: Tiga orang diri saya akan bertugas menulis post untuk blog ini (agar permintaan kalian bisa saya penuhi), satu orang lagi akan bekerja nyari duit, satu orang lainnya lagi kelayapan nyari pacar! Itu pasti kondisi yang sangat ideal. Tapi, haduh, ini baru “andai-andai”…!

Jadi, untuk sementara, cukup satu post dulu per hari, ya. Nanti, kapan-kapan kalau saya ketemu Magneto di jalan, dan dia berkenan mengubah saya menjadi mutan, saya akan memenuhi permintaan kalian. :P

***

Saya benar-benar tak habis pikir dengan posting-postingmu. Kalau membaca catatan-catatanmu di blog, kadang saya tidak paham dengan maksud catatanmu. Saya bahkan kadang-kadang tidak paham sama sekali dengan apa yang kamu maksudkan dalam catatan itu—khususnya yang ada dalam label Soliloquy.

Tetapi, anehnya, saya bisa asyik membaca catatan itu, menikmati kata-kata yang kamu tulis, meski saya tetap saja tidak paham dengan apa yang saya baca. Lebih parah lagi, saya seperti kecanduan dengan blogmu, hingga terus datang dan datang lagi untuk membaca tulisan-tulisanmu, meski tetap saja kadang saya tidak bisa paham dengan isinya.

Hayooo, kenapa keadaan semacam ini bisa terjadi? Apa jangan-jangan kamu pakai pelet di blogmu ya…??? :)

Riana Damayanti, via Yahoo!


Oh, Riana, saya bahkan tak pernah berpikir sejauh itu. Kalau memang saya bisa menggunakan pelet, maka kamu yang akan saya pelet pertama kali. Hehe…

Ehm, post-post yang ada dalam label Soliloquy memang tidak semuanya ditulis dengan gamblang, dalam arti ada cukup banyak puisi atau prosa liris/naratif yang saya tulis tidak dengan maksud agar dipahami oleh pembaca, namun sekadar untuk menuangkan uneg-uneg saya. Jadi kalau kebetulan ada post dalam label itu yang tidak kamu pahami, itu sungguh wajar. Para pembaca yang lain juga kadang begitu, kok.

Terus, kenapa kamu bisa kecanduan? Nah, ini yang agak merisaukan saya, karena beberapa pembaca yang lain juga merasakan hal yang sama. Saya risau dan khawatir, karena kalau semakin banyak orang yang kecanduan seperti kamu, nanti pemerintah akan memasang tagline di blog ini yang berbunyi, “Blog ini dapat menyebabkan kanker, serangan jantung dan gangguan kehamilan…” Lebih parah lagi kalau MUI sampai tahu, bisa-bisa mereka akan mengeluarkan fatwa pengharaman atas blog ini.

Jadi, kalau kamu merasa kecanduan, sebaiknya jangan kecanduan blog ini. Tapi kecanduanlah pada pemiliknya. Lho…???

***

Di antara semua postingmu di blog, aku paling sukaaaaa banget dengan post-post yang ada di label Studitainment. Menurutku, itu sesuatu yang orisinal. Kamu menulis tentang artis dan selebritis, namun dengan cara yang cerdas dan memberikan inspirasi bagi pembacanya. Pokoknya top banget!

Kalau bisa, banyak-banyakin dong, post di Studitainment! Kalau bisa juga nih, aku request post tentang Lady Gaga dan Melly Goeslaw, ya. Soalnya aku ngefans banget sama mereka. Aku yakin, kamu pasti bisa menulis tentang mereka dengan inspiratif seperti kamu menulis artis-artis lainnya. Ditunggu, lho…

Nur Aini, via Yahoo!


Oke, nanti sambil jalan saya akan terus memperbanyak post di label itu, seperti yang kamu inginkan.

Soal request…? Hoho, rasanya kok jadi kayak stasiun radio ya? (Mbak, request lagu anu dong!).

Tapi, Nur Aini, yang request di Studitainment itu bukan hanya kamu, lho. Saya juga mendapatkan banyak “request” dari pembaca lain, dan daftar nama artis yang di-request sudah menumpuk nunggu giliran dibahas. Sekadar bocoran, berikut ini adalah nama-nama artis dan selebritis yang akan segera kita obrolkan di Studitainment, berdasarkan request teman-teman: Madonna, Mozart, David Beckham, Marilyn Monroe, Britney Spears (lagi!), Ahmad Dhani, Nike Ardila, Within Temptation, Steve Emanuel, dan sekitar 40-an nama lainnya.

Jadi kamu tunggu saja, ya. Giliran artis kesayanganmu bakal muncul, deh. Atau, mungkin akan lebih bagus kalau saya menulis tentang kamu saja? Hehe…

***

Halo, Hoeda Manis, salam kenal ya. Saya mahasiswa semester lima, dan saya kuliah di kampus tempatmu dulu kuliah. Saya mengenal namamu dari kakak-kakak angkatan di kampus. Saya juga sempat membaca beberapa edisi majalah yang dulu kamu terbitkan di kampus, yang kemudian dibredel pihak rektorat. Hehe, top banget majalahmu itu!

Waktu membaca tulisan-tulisanmu di majalah itu, saya langsung cinta mati! Gaya menulismu di majalah itu sangat gahar sekaligus radikal, lain dari yang lain. Waktu membacanya, saya seperti menikmati lagu-lagunya Metallica. Hehehe…

Saya juga selalu mengikuti tulisan-tulisanmu di blog, dari awal sampai sekarang. Tapi kenapa kamu tidak menulis dengan gaya seperti di majalah itu? Saya ingin kamu menulis seperti dulu di majalah itu, dan saya yakin para pembaca blogmu akan berpesta pora menyambutnya.

M. Ridlwan, via Yahoo!


Halo, Ridlwan, salam kenal juga ya. Senang kalau kamu menyukai yang saya tulis. Dan mengenai majalah-majalah di kampus itu… hehe, memangnya masih ada mahasiswa yang mengoleksinya, ya? (Halo, bocah-bocah di kampus saya dulu, apa kabar…?).

Mengenai usulmu agar saya menulis dengan gaya radikal seperti yang kamu baca di majalah, haduh, sepertinya saya sulit memenuhinya. Saya sih oke-oke saja menulis dengan gaya semacam itu. Tapi bagaimana kalau kemudian Google dan Blogger bersepakat membredel blog ini? Lha piye…???

***

Hei, Hoeda Manis, kalau kamu diminta menyebutkan tiga kata untuk mendeskripsikan dirimu, apa tiga kata itu?

Ika Novianti, via Gmail


Aku sayang kamu—pas tiga kata, kan? Sini, duduk dekatku.

***

Katanya, para kutubuku bisa betah membaca sampai berjam-jam tanpa henti karena merasakan kenikmatan saat membaca. Sejujurnya, saya tidak paham apa maksudnya, karena saya bukan kutubuku. Tetapi, saat membaca tulisan-tulisanmu, saya seperti mulai paham “kenikmatan” yang dimaksud.

Tulisan-tulisanmu tidak hanya memberikan wawasan dan pengetahuan baru, tetapi juga memberikan kenikmatan tersendiri saat membacanya. Saya sering harus membuka kamus bahasa ilmiah saat membaca tulisan-tulisanmu. Tetapi kerepotan itu sebanding dengan kenikmatan yang saya dapatkan. Terima kasih untuk semua yang telah kamu tulis.

Ryanni Djangkaru, via Gmail


Saya jadi pengin nangis karena terharu waktu membaca email ini. Apa sampai segitunya, ya…? Terima kasih juga, Ryanni, karena sudah mau repot saat membaca tulisan-tulisan saya.

Tapi, omong-omong, ini Ryanni Djangkaru yang ‘itu’ apa bukan? Kalau benar ini Ryanni Djangkaru yang sering muncul di teve itu, haduh, saya bakalan nangis betulan!

***

Halo, Hoeda, salam kenal. Saya Erik, dan saya kuliah di fakultas filsafat di Yogya. Saya menemukan blogmu, karena kesasar waktu nyari quotes seputar Descartes. Begitu “mengobrak-abrik” isi blogmu, saya langsung merasa cocok. Blogmu benar-benar lengkap, sekaligus asyik! Kamu membahas hal-hal berat dengan gaya santai dan mudah dipahami. Tokoh-tokoh yang kamu tulis di blog banyak sekali memberi manfaat, khususnya buat saya.

Kalau boleh usul, perbanyak studi tokohnya dong, khususnya tokoh-tokoh filsafat. Saya senang sekali waktu membaca tulisanmu mengenai Oscar Wilde dan filsafat Eksistensialis itu. Caramu menjelaskan topik itu sangat asyik, hingga pembaca bahkan tidak sadar kalau sedang diajak mempelajari topik yang sangat berat. Salut!

Sterik744, via Yahoo!


Hei, Erik, salam kenal balik. Senang kalau tulisan saya bisa memberikan manfaat. Mengenai tokoh-tokoh lain, akan saya usahakan sambil jalan. Tidak selalu harus tokoh filsafat, kan? Soalnya, pembaca blog ini juga ada yang ngefans film bokep, jadi sekali-sekali saya mungkin juga perlu membahas tokoh bokep. Hehehe…

Well, jawaban ini juga ditujukan untuk teman-teman lain yang telah mengirim email serupa. Uh, bukan soal bokep—tapi soal tokoh-tokoh itu tadi. Pokoknya ditunggu saja! Saya tahu kok, apa yang kalian inginkan—Milan Kundera, benar? Juga Nietcszhe, Hegel, Karl Marx, Descartes, Jean Paul-Sartre, Immanuel Kant, Aldous Huxley, Maria Ozawa, Sena Ayanami, Asia Carrera… (Halah!!!)

***

Dear Hoeda Manis.

Namaku Icha. Aku salah satu pembaca buku-buku karyamu, sekaligus fans berat blogmu. Aku sukaaa banget dengan tulisan-tulisanmu yang romantis abis! Banyak-banyak nulis yang romantis kaya gitu, dunk! Kalau boleh nanya, tulisan-tulisan yang romantis itu, pengalaman pribadi ya?

Aku baru membaca empat bukumu (1 fiksi dan 3 nonfiksi). Tapi kenapa kamu nggak menulis buku yang romantis seperti dalam blogmu? Nulis buku yang romantis juga, dunk!

PS:
Semanis apa sih, kamu? :P

Laurel Icha, via Gmail


Hei, Icha, tulisan-tulisan yang romantis itu bukan pengalaman pribadi, kok. Itu pengalaman tetanggaku. Jadi dia cerita sama aku, terus aku menuliskannya di blog. Hehe… *ngasal*. Iya deh, ntar aku usahakan untuk sering-sering nulis yang romantis.

Soal buku, kira-kira nulis apa ya, yang romantis? Pengin juga sih, nulis buku yang romantis abis, biar pembaca yang cewek mendekapnya saat tidur. Hehe. Kapan-kapan deh, kalau sudah menemukan ide yang pas.

PS:
Semanis yang ada di hatimu, dear.

***

Halo, Hoeda, masih ingat saya? Mungkin nggak, ya. Saya Nailal Fahmi. Dulu pernah mengenal tulisan-tulisanmu waktu di kampus. Saya mencari tulisan-tulisanmu di internet mungkin sejak setahun yang lalu, tapi entah kenapa baru ketemu sekarang.

Nailal Fahmi, via Gmail


Teman-teman, perkenalkan, si Nailal Fahmi ini dulu adik angkatan saya di kampus. Dia merupakan “penggemar” saya yang paling fanatik. Buktinya, waktu saya drop out dari kampus, dia juga ikutan drop out. Hehehe...

Sekarang dia juga sudah menulis buku, lho. Buku pertamanya, ‘Badung Kesarung’, diterbitkan oleh penerbit Bukune.

Dan, omong-omong, Fahmi, sepertinya kamu perlu mengirimkan bukumu buat saya. Pertama, karena saya masih ingat kamu. Dan kedua, karena saya telah mempromosikan bukumu di sini. Hehe...

***

Da’, kamu tuh kalau bikin posting seenaknya sendiri ya. Masak posting kok isinya cuma satu kalimat, atau malah cuma satu kata? Pas lebaran kemarin lebih parah lagi, postingmu hanya berupa judul tanpa isi sama sekali.

Haloooo, kamu bisa jelaskan ini secara akademis? Hayyoo!

Nindya Paramitha, via Gmail


Huahahahahahaaaaaa…!!! *ketawa setan*

Saya selalu tak bisa menahan senyum kalau menerima email seperti ini. Well, ini jawaban akademisnya. Saya memang suka ‘menabrak’ hal-hal yang lazim—termasuk dalam kelaziman posting di blog. Selama ini, mungkin orang beranggapan bahwa posting tuh harus beberapa paragraf, beberapa alinea, pendeknya harus berupa sebuah tulisan yang utuh.

Saya sengaja menerobos kelaziman seperti itu. Kalau ingin menulis post yang panjang, saya tak peduli sepanjang apa post itu. Begitu pun, kalau post itu hanya memerlukan sebaris kalimat atau sebuah kata saja, saya pun akan menulisnya sesingkat itu—hanya satu kalimat atau satu kata saja. Bahkan umpama post itu sama sekali tidak membutuhkan kalimat atau kata apa pun, saya akan dengan ‘lugu’ mempostingnya seperti itu (hanya judul—tanpa satu kata pun sebagai isi).

Tetapi, meski begitu, selama ini post-post di blog ini cukup variatif, kan? Kadang sangat panjang, kadang sangat pendek, kadang pula sedang-sedang saja.

Jadi, Mitha, begitu ya, jawaban akademisnya. Semoga kamu puas. Kalau pun kamu belum puas, yeah… saya kan bukan lelaki pemuas! :D

***

Hai, Hoeda Manis. Kamu penulis kesayanganku! Pokoknya, apa saja yang kamu tulis, aku pasti membacanya. Aku juga penasaran sekali denganmu, hehe…

Kalau bisa, sering-sering menulis tentang dirimu di blog, dong, biar para pembacamu makin bisa mengenalmu. Kalau kamu murah hati membagikan ilmu, kamu juga tidak boleh pelit membagikan cerita tentang dirimu. Ditunggu, lho…

Queen Mumtaz, via Gmail


Hei, Queen Mumtaz, namamu cantik sekali! Thanks ya, sudah menyukai tulisan-tulisan saya.

Sebenarnya kan saya sudah cukup sering menulis kisah tentang diri saya di blog ini? Apa masih kurang, ya? Coba deh, buka-buka lagi isi blog ini, pasti kamu akan menemukan cukup banyak catatan atau kisah mengenai diri saya.

Tapi, kalau pun itu ternyata masih dianggap kurang, ya ntar deh, sambil jalan nanti saya akan memenuhi permintaanmu. Ditunggu saja, ya.

***

Halo, Mas Hoeda, salam kenal ya. Saya Taufik Ismail. Bukan, bukan penyair terkenal itu kok. Saya baru kuliah semester awal. Hanya nama saya yang mirip penyair terkenal itu. Hehe…

Saya cuma mau ngasih tahu, blog punya Mas benar-benar top! Penuh wawasan sekaligus inspiratif. Saya jadi termotivasi untuk makin rajin belajar setelah membaca tulisan-tulisan Mas di blog. Saya ingin sekali bisa menulis banyak hal seperti Mas. Menurut saya, tulisan-tulisan Mas tuh sangar tapi asyik! Terus menulis, Mas!

Taufik Ismail, via Gmail


Sangar tapi asyik! Sepertinya, itu pujian paling hebat yang pernah saya dengar.

Salam kenal juga, Taufik. Semoga kamu bisa sehebat Taufik Ismail yang penyair itu ya. Terus rajin belajar!

***

Dari tema-tema berat yang bikin kepala puyeng, sampai catatan-catatan sinting yang membuat pembaca ngakak di depan kompie, dari Al-Hallaj sampai Bung Hatta, dari Habil-Qabil sampai Britney Spears, dari post-post yang garang sampai puisi-puisi yang romantis. Hanya satu komentar untuk blogmu: Top Banget!

Baru kali ini aku nemu blog yang komplit, asyik, sekaligus inspiratif seperti ini. Semoga sepuluh tahun yang akan datang, blog ini tetap eksis dan makin banyak dibaca!

Qomarudin Hidayat, via Gmail


Semoga sepuluh tahun yang akan datang, blog ini tetap eksis dan makin banyak dibaca! Amiin…


 
;