Senin, 01 November 2010

Seputar Tokoh Dalam Buku



Pertanyaan seputar buku berikut ini sengaja saya ambil yang berhubungan dengan tokoh-tokoh yang terdapat dalam buku. Tiga pertanyaan berikut ini membahas tentang Emerson, Roosevelt, Dolph Lundgren, dan Alexander The Great.

***

Ini tentang nama Emerson dan Roosevelt. Di banyak buku (termasuk dalam beberapa buku karyamu) saya seringkali mendapati kedua nama itu ditulis secara tersendiri (tanpa nama depan). Nah, yang ingin saya tanyakan, kedua nama itu merujuk kepada siapa? Karena setidaknya ada dua tokoh terkenal yang bernama belakang Emerson dan Roosevelt.

Kamu termasuk pembaca yang jeli. Memang, kebanyakan penulis lebih suka menyebut nama-nama belakang para tokoh itu—sebagai semacam bentuk rasa hormat kepada mereka.

Seperti yang kamu katakan di atas, ada dua orang yang memiliki nama belakang Roosevelt dan Emerson. Bagaimana cara membedakan Roosevelt yang “ini” dengan Roosevelt yang “itu”?

Kuncinya kurang lebih seperti ini. Jika kamu hanya mendapati nama Roosevelt, dan di dalam buku itu tidak dijelaskan itu Roosevelt yang mana, maka berarti yang dimaksud adalah Franklin Delano Roosevelt. Hampir semua penulis hanya menulis nama Roosevelt untuk menyebut Franklin Delano Roosevelt.

Tetapi, jika di awal pembahasan si penulis telah menyebut nama Theodore Roosevelt, dan kemudian di bagian selanjutnya ia hanya menyebut nama Roosevelt, maka berarti nama itu merujuk kepada Theodore Roosevelt. Cukup mudah, kan?

Begitu pula dengan nama Emerson. Setiap kali kamu menemukan nama Emerson dalam sebuah buku tanpa ada penjelasan lain yang secara jelas menyebutkan nama depan atau nama panjangnya, maka bisa dipastikan nama itu merujuk kepada Ralph Waldo Emerson.

Sekadar catatan, nama “Ghandi” juga dimiliki oleh dua tokoh—Mahatma Ghandi dan Indira Ghandi. Tetapi, sama seperti dua di atas, jika sebuah buku hanya menyebutkan nama Ghandi tanpa ada penjelasan lain sebelumnya, maka nama itu berarti merujuk pada Mahatma Ghandi. Kecuali jika di awal penjelasan si penulis sudah menyebut nama Indira Ghandi.


Beberapa tahun yang lalu, saya pernah membaca di salah satu buku (saya lupa judulnya), yang menyebutkan kalau Dolph Lundgren adalah 1 di antara 100 orang yang memiliki IQ paling tinggi di dunia. Yang terus-menerus membuat saya penasaran, apakah Dolph Lundgren yang dimaksud di sini adalah aktor Swedia itu? (Karena buku tersebut tidak menjelaskannya lebih lanjut).

Benar. Dolph Lundgren, aktor laga asal Swedia itu, memang termasuk 1 di antara 100 orang yang memiliki IQ paling tinggi di dunia. IQ-nya mencapai 160—ini setara dengan Bill Gates (Pendiri dan CEO Microsoft), astronom Nicolaus Copernicus, ilmuwan Albert Einstein dan Stephen Hawking, atau bahkan dengan Benjamin Franklin, ilmuwan dan politikus Amerika legendaris itu. Mereka semua memiliki IQ yang sama—160.

Secara fisikal, Dolph Lundgren mungkin memang “tidak pantas” menyandang IQ setinggi itu—hingga kamu pun jadi tidak yakin kalau Dolph Lundgren yang dimaksud di buku adalah si Dolph yang itu. Tapi buku yang kamu baca itu memang benar.

Buat teman-teman yang belum kenal siapa Dolph Lundgren, coba ingat-ingat film Universal Soldier yang dibintangi Van Damme. Nah, si Dolph Lundgren ini adalah cyborg yang menjadi musuh Van Damme. Ingat...?

Atau, kalau ingin menyaksikan filmnya yang terbaru, coba lihat film ‘Command Performance’. Di film ini, Dolph Lundgren berperan sebagai anggota band (penabuh drum) yang beraksi menyelamatkan presiden Rusia dari penyanderaan. Sekali lagi, saat menonton film ini, mungkin kalian tidak percaya kalau orang yang slengekan dan terkesan agak sinting ini memiliki IQ yang sangat tinggi. Tapi, well, si Dolph memang sangat cerdas, meski gayanya agak-agak mirip preman pasar.


Da’, saya baru saja menyelesaikan buku “Bilangan Fu” yang ditulis Ayu Utami. Di dalam buku itu disebutkan bahwa Alexander The Great adalah Iskandar Zulkarnain. Saya bingung dengan hal ini, karena saya pikir Alexander Agung dan Iskandar Zulkarnain adalah dua orang yang berbeda. Lebih bingung lagi saat mendapati penjelasan di buku itu, bahwa Iskandar Zulkarnain adalah penyembah berhala. Padahal, yang saya tahu selama ini, Islam sangat menghormati Iskandar Zulkarnain.

Jadi, bagaimana sebenarnya yang benar? Apakah saya yang salah paham, ataukah Ayu Utami yang mungkin salah tulis?

Salam hormat penuh kasih untuk Aunt Ayu Utami.

Yang kamu baca di buku “Bilangan Fu” itu memang benar, dan Ayu Utami tidak salah tulis. Alexander The Great, sosok superhero pada era 300 tahun Sebelum Masehi, adalah orang yang sama dengan Iskandar Zulkarnain yang kamu kenal, yang memang sangat dihormati Islam.

Lalu benarkah Iskandar Zulkarnain penyembah berhala? Benar, karena dia bukan Muslim, bukan Kristen, juga bukan Yahudi.

Jadi kenapa Islam sangat menghormati Iskandar Zulkarnain, padahal dia seorang penyembah berhala? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus membedah terlebih dulu perbedaan antara Islam sebagai agama, dan Islam sebagai tradisi. Uraiannya bisa sangat panjang lebar, dan pastinya akan menghabiskan puluhan posting di blog ini. Karenanya, kalau penasaran, sebaiknya kamu langsung melacaknya ke buku-buku yang mendukung topik ini.

Tetapi, intinya, yang menjadi crucial point dalam pembahasan di buku “Bilangan Fu” adalah fakta bahwa Islam adalah agama yang penuh toleransi. Karenanya, saya heran jika mendengar orang yang menuduh Islam tak bisa bertoleransi. Lebih heran lagi jika melihat orang yang mengaku Islam, tetapi hobinya menyalahkan orang, dan tak bisa belajar bertoleransi!


 
;