Minggu, 14 November 2010

Spiderman, X-Men, dan Buku

You are… amazing!
—Mary Jane Watson kepada Spiderman,
di suatu malam di bawah gerimis

Just… don’t move!
—Charles Xavier kepada Logan Wolverine,
saat berada di dalam Cerebro


Ini post soal buku. Email berikut ini membahas Spiderman dan X-Men—suatu tema yang juga terdapat dalam beberapa email yang telah dikirim teman-teman lain. Karena email berikut ini paling panjang dan paling lengkap, saya sengaja hanya memposting email ini, dengan harapan isinya dapat mewakili isi email teman-teman lain yang membahas tema serupa. Email berikut ini dikirim oleh Edwin Yanuar.

***

Sekitar dua tahun yang lalu, saya membaca sebuah buku mengenai Spiderman yang ditulis seorang penulis Indonesia. Saya membeli buku itu karena saya menyukai Spiderman. Tetapi, saya benar-benar kecewa ketika membaca isinya, dan mendapati buku itu ternyata berisi “caci-maki” dan ajakan untuk membenci Spiderman—dengan dasar-dasar yang diajukan si penulis (yang menurut saya hanya interpretasi yang terlalu dangkal dan berlebihan, dilandasi kebencian yang kekanak-kanakan).

Sampai kemudian saya menemukan salah satu post di blogmu, berjudul Huruf “S” di Dada Superman. Saya takjub saat membaca post itu, karena kamu menulisnya dengan semangat belajar, bukan berdasar kebencian. Saya juga pernah mendapatimu meng-quote ucapan Magneto dalam film X-Men, yang menurut saya sangat inspiratif. Di halaman profilmu, saya mendapati kamu juga menjadikan Spiderman sebagai film favoritmu.

Nah, saya jadi tertarik, bagaimana kalau kamu menulis buku yang secara khusus membahas Spiderman atau X-Men, dengan cara seperti kamu membahas Superman dalam postingmu. Melalui buku, kamu pasti akan memiliki ruang yang sangat luas untuk mengeksplore hal-hal seputar mereka, yang pastinya akan menarik untuk dibaca dan dipelajari. Saya yakin kamu bisa melakukannya. Saya bahkan yakin kamu pasti memiliki alasan tertentu hingga menjadikan Spiderman dan X-Men sebagai film favoritmu.

Kalau kamu menulis buku yang secara khusus membahas Spiderman—dengan semangat belajar atau pencarian pengetahuan—bukumu akan bisa dijadikan sebagai “pengobat” sakit hati yang telah dialami ribuan pecinta Spiderman di negeri ini, gara-gara buku Spiderman yang saya ceritakan di atas. Selain itu, buku yang membahas Spiderman (dengan kajian yang berkualitas) belum ada di Indonesia, sehingga saya yakin bukumu akan diterima dengan sukacita oleh ribuan pecinta Spiderman.

Oh ya, lebih bagus lagi kalau kamu juga menulis tentang X-Men, karena saya menyukai kedua-duanya, sama sepertimu.


Halo, Edwin. Terima kasih untuk emailmu. Sebelumnya mohon maaf jika respon ini agak terlambat—emailmu sudah ngendon lama di inbox saya, dan baru sekarang saya bisa membahasnya. Jawaban berikut ini juga saya tujukan buat teman-teman lain yang mengajukan usul serupa.

Mengenai buku Spiderman yang diceritakan di atas, kebetulan saya juga membacanya—dan kebetulan juga saya ikut menyayangkan. Saya menyayangkan isi buku itu, bukan semata-mata karena saya mengagumi Spiderman, tetapi karena isi buku itu lebih berupa ajakan kebencian yang—meminjam istilah Edwin di atas—merupakan hasil interpretasi yang dangkal, serta antipati yang kekanak-kanakan.

Oh ya, buku itu juga sempat dibahas di berbagai milis pecinta Spiderman. Dan karena isi buku itu berupa caci-maki dan kebencian, maka para pecinta Spiderman pun mencaci-maki serta membenci buku itu.

Soal usul teman-teman mengenai penulisan buku yang secara khusus membahas Spiderman dan X-Men, saya sangat appreciate. Sebagai pecinta Spiderman dan X-Men, saya juga sangat menginginkan adanya buku yang berisi pembelajaran atas mereka. Saya sendiri menjadikan trilogi Spiderman dan trilogi X-Men sebagai film favorit, karena film-film itu menyimpan pelajaran-pelajaran penting yang luar biasa.

Yang ada dalam benak saya sekarang, kira-kira seperti ini; saya ingin membahas Spiderman dengan perspektif akademisi—dalam arti semacam pembedahan karakter Spiderman beserta cerita yang dilaluinya, dialog dan percakapannya, serta muatan-muatan tersembunyi yang ada dalam banyak kejadian kisahnya. Untuk contoh nyatanya, coba lihat buku “The Magical Worlds of Harry Potter” yang ditulis David Colbert. Di Indonesia, edisi terjemahan buku ini diterbitkan Gramedia.

Di buku itu, David Colbert membedah dan mengupas segala hal menyangkut Harry Potter dengan kedalaman dan wawasan yang menakjubkan. Nah, saya ingin menulis tentang Spiderman dengan cara semacam itu—penuh wawasan, kedalaman, serta memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi pembacanya.

Kemudian mengenai X-Men. Boleh percaya boleh tidak, saya sebenarnya sudah menyiapkan setumpuk catatan mengenai X-Men beserta seluruh karakter yang ada di dalamnya, dan pelajaran-pelajaran tersembunyi dalam film ini. Saya terpesona sejak pertama kali menyaksikan X-Men, karena rangkaian film ini adalah sebuah pelajaran penting tentang psikologi manusia, serta rahasia-rahasia menakjubkan tentang filsafat.

Karenanya, saya akan menulis seputar X-Men dengan perspektif semacam itu—memadukan psikologi dan filsafat, dengan mendasarkan kajian pada masing-masing karakter dalam X-Men, baik yang protagonis maupun antagonis, juga jalan cerita yang ada di dalamnya.

Hanya saja, untuk menjadikan semua hal di atas dalam sebuah buku, saya masih ragu. Karenanya, saya akan menuliskannya terlebih dulu dalam bentuk posting (mungkin akan berupa rangkaian serial posting yang panjang) di blog ini. Nanti kalian yang akan menilai, apakah rangkaian posting itu layak dibukukan atau tidak. Kalau memang kalian menganggap layak dibukukan, saya akan membawanya ke penerbit. Namun jika tidak, anggap saja rangkaian posting itu sebagai kesempatan belajar yang mengasyikkan—khususnya bagi pecinta Spiderman dan X-Men.

Jadi, mana dulu nih, yang akan dibahas? Spiderman dulu, atau X-Men dulu? Kalau pilihannya diserahkan ke saya, maka kemungkinan besar X-Men dulu yang akan kita pelajari—karena saya sudah ngebet ingin menulis soal ini. Setelah X-Men selesai kita kupas tuntas, barulah kita masuk pada pelajaran baru mengenai Spiderman.

Tetapi—nah, ini kabar buruknya—posting mengenai kedua tema di atas itu mungkin masih harus menunggu cukup lama, karena saat ini saja “pe-er” saya masih sangat banyak menyangkut blog ini. Masih ada setumpuk permintaan lain dari teman-teman yang sudah menunggu diposting di blog ini, dan saya juga merasa perlu menuliskannya.

Mungkin, paling cepat saya bisa mulai menulis soal Spiderman dan X-Men pada pertengahan 2011 nanti. Doakan saja semoga saya selalu sehat dan panjang umur, agar punya waktu dan kesempatan untuk mempelajari tema itu bersama kalian.

 
;