Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.
Seperti yang sudah dibayangkannya, Maria Ozawa mengangguk. Dan sejak itu dia menjadi fotomodel. Tetapi itu tidak cukup bagi Maria Ozawa. Dia menginginkan yang lebih hebat. Jadi, ketika tawaran main film datang kepadanya, Maria Ozawa pun tak punya alasan untuk menolak.
“Kalau kau ingin cepat terkenal,” ujar manajernya, “kau bisa membintangi film hardcore.”
“Hardcore…?” Maria Ozawa menajamkan pendengarannya.
“Yeah—hardcore. Itu jalan tercepat menuju popularitas. Selain itu, bayaranmu juga akan naik berkali lipat. Kalau mau membintangi film ini, kau akan mendapatkan 250.000 yen. Hardcore, hardcash.”
Maria Ozawa membayangkan, dengan uang sebanyak itu dia akan bisa bertamasya ke Amerika seperti yang diimpikannya. Tanpa sadar dia pun bertanya, “So, apa yang harus kulakukan dalam film itu?”
“Mudah saja,” jawab manajernya. “Kau hanya perlu buka baju, dan… yeah, kau tahu sendiri.”
Maria Ozawa tahu apa yang harus dilakukannya. Dan syuting film itu pun dimulai. Film itu berjudul “Miyabi”—sebuah film untuk bioskop, tetapi berkatagori XXX. Film itu menceritakan perempuan bernama Miyabi, sosok lembut nan sederhana, yang menjadi korban perkosaan liar. Karena berkatagori tripel X, maka adegan perkosaan dalam film itu pun dibuat “sesuai aslinya”—bukan hanya permainan kamera.
Film itu mencapai sukses besar, dan Maria Ozawa langsung menjadi buah bibir sebagai artis pendatang baru paling cantik sekaligus paling binal. Dan karena film itu pulalah kemudian Maria Ozawa mulai terkenal dengan sebutan “Miyabi”, hingga bocah-bocah di pelosok dunia menyangka namanya “Maria Ozawa Miyabi”.
Gara-gara film itu pula, orangtua Maria Ozawa shock—mereka tidak menyangka kalau anak gadisnya yang “kinyis-kinyis” itu asyik telanjang di layar bioskop, dan ditonton ribuan orang di Jepang. Mereka marah, dan meminta agar putri mereka kembali “ke jalan yang benar”, dan menjadi anak baik-baik seperti semula. “Hebat”nya, Maria Ozawa menolak—dia tetap akan main film berkatagori tripel X.
Karena pertengkaran itu, dan karena Maria Ozawa tak mau menuruti nasihat orangtuanya, dia pun diusir dari rumah—dan semenjak itu dia tak diakui lagi sebagai anak oleh orangtuanya. Tapi Maria Ozawa tak peduli. Dia pergi dari rumahnya, dan menyewa sebuah apartemen mahal. Dia tak perlu merisaukan hidupnya lagi—uang akan segera mengalir kepadanya.
Seperti yang sudah diduganya, tawaran film membanjir untuk Maria Ozawa sejak suksesnya film “Miyabi”. Ratingnya naik. Honornya naik. Dan katagori filmnya pun ikut naik. Kali ini, Maria Ozawa telah bertekad untuk “total” bermain film—dan selanjutnya adalah sejarah. Ratusan film kemudian dibintanginya, jutaan penonton telah menyaksikan aksinya, dan dia pun mengumpulkan uang jutaan dolar dari profesinya.
Hari ini, nama Maria Ozawa sudah menjadi legenda hidup dalam industri film bokep dunia.
Jadi, fellas, kita kembali ke topik awal—mengapa mereka menjadi bintang film bokep? Mengapa Asia Carrera yang berotak cerdas dan memiliki gelar doktor itu menjadi bintang bokep? Mengapa Anri Suzuki yang baik hati dan tidak sombong itu menjadi bintang bokep? Mengapa Maria Ozawa yang sangat cantik dan seharusnya menjadi “wanita salikhah” itu menjadi bintang bokep…?
Endapkan sejenak pikiranmu, dan coba terka… apa yang menggerakkan mereka?
Uang…? Sepertinya tidak. Jika memang uang yang menjadi tujuan ketiga cewek di atas, kita sama-sama sepakat bahwa mereka akan dapat memperoleh uang banyak tanpa harus menjadi bintang film bokep. Bagi cewek seperti mereka, mendapatkan suami milyuner bukan urusan sulit.
Popularitas…? Sepertinya juga tidak. Jika memang mereka menginginkan popularitas, terlalu banyak jalan lain yang dapat ditempuh. Jangan lupa, mereka cewek-cewek cantik yang punya otak. Jika cewek cantik yang tak punya otak saja bisa terkenal, apalagi cewek cantik yang juga ditunjang otak seperti mereka?
Seks…? Ini jawaban naif—karena jika memang seks yang mereka harapkan, tentunya mereka tidak perlu repot-repot berakting dalam film bokep. Kalau mereka mau, hampir bisa dipastikan antriannya akan melebihi antrian tiket di stasiun menjelang lebaran.
Jadi, mengapa mereka menjadi bintang film bokep?
Di sinilah titik penting hidup kita, kawan-kawan. Karena di sinilah batu ujian terbesar yang selalu dihadapi setiap kita, sesuatu yang menjadi hak setiap makhluk hidup bernama manusia. “Pilihan”—inilah yang menggerakkan mereka semua, juga kita semua.
Jadi, Anri Suzuki, Asia Carrera, dan Maria Ozawa, menjadi bintang film bokep, karena… mereka memang memilihnya!
Mereka memilih menjadi bintang film bokep—karena mereka memang memiliki hak untuk memilih, sebagaimana manusia lainnya. Tak peduli secantik apa pun Maria Ozawa, tak peduli sebaik apa pun Anri Suzuki, dan tak peduli secerdas apa pun Asia Carrera, mereka memilih menjadi bintang film bokep. Itu jalan yang memang dipilihnya—terlepas apa dan bagaimana reaksi atau sistem nilai yang ditimbulkannya.
Karena mereka “memilih”, maka mereka pun “menjadi”.
So, inilah hak terbesar dalam hidup kita—yakni hak untuk memilih. Hidup adalah soal pilihan, dan hidup seseorang selalu dinilai dan ditentukan dari pilihan-pilihannya. Siapa diri kita adalah apa yang kita pilih, seperti apa hidup kita tergantung bagaimana pilihan kita, dan sampai di mana tempat kita juga ditentukan oleh pilihan kita.
Karenanya, hati-hati dengan “pilihanmu”, karena pilihan itu akan “menjadikanmu”.
***
Seperti yang sudah dibayangkannya, Maria Ozawa mengangguk. Dan sejak itu dia menjadi fotomodel. Tetapi itu tidak cukup bagi Maria Ozawa. Dia menginginkan yang lebih hebat. Jadi, ketika tawaran main film datang kepadanya, Maria Ozawa pun tak punya alasan untuk menolak.
“Kalau kau ingin cepat terkenal,” ujar manajernya, “kau bisa membintangi film hardcore.”
“Hardcore…?” Maria Ozawa menajamkan pendengarannya.
“Yeah—hardcore. Itu jalan tercepat menuju popularitas. Selain itu, bayaranmu juga akan naik berkali lipat. Kalau mau membintangi film ini, kau akan mendapatkan 250.000 yen. Hardcore, hardcash.”
Maria Ozawa membayangkan, dengan uang sebanyak itu dia akan bisa bertamasya ke Amerika seperti yang diimpikannya. Tanpa sadar dia pun bertanya, “So, apa yang harus kulakukan dalam film itu?”
“Mudah saja,” jawab manajernya. “Kau hanya perlu buka baju, dan… yeah, kau tahu sendiri.”
Maria Ozawa tahu apa yang harus dilakukannya. Dan syuting film itu pun dimulai. Film itu berjudul “Miyabi”—sebuah film untuk bioskop, tetapi berkatagori XXX. Film itu menceritakan perempuan bernama Miyabi, sosok lembut nan sederhana, yang menjadi korban perkosaan liar. Karena berkatagori tripel X, maka adegan perkosaan dalam film itu pun dibuat “sesuai aslinya”—bukan hanya permainan kamera.
Film itu mencapai sukses besar, dan Maria Ozawa langsung menjadi buah bibir sebagai artis pendatang baru paling cantik sekaligus paling binal. Dan karena film itu pulalah kemudian Maria Ozawa mulai terkenal dengan sebutan “Miyabi”, hingga bocah-bocah di pelosok dunia menyangka namanya “Maria Ozawa Miyabi”.
Gara-gara film itu pula, orangtua Maria Ozawa shock—mereka tidak menyangka kalau anak gadisnya yang “kinyis-kinyis” itu asyik telanjang di layar bioskop, dan ditonton ribuan orang di Jepang. Mereka marah, dan meminta agar putri mereka kembali “ke jalan yang benar”, dan menjadi anak baik-baik seperti semula. “Hebat”nya, Maria Ozawa menolak—dia tetap akan main film berkatagori tripel X.
Karena pertengkaran itu, dan karena Maria Ozawa tak mau menuruti nasihat orangtuanya, dia pun diusir dari rumah—dan semenjak itu dia tak diakui lagi sebagai anak oleh orangtuanya. Tapi Maria Ozawa tak peduli. Dia pergi dari rumahnya, dan menyewa sebuah apartemen mahal. Dia tak perlu merisaukan hidupnya lagi—uang akan segera mengalir kepadanya.
Seperti yang sudah diduganya, tawaran film membanjir untuk Maria Ozawa sejak suksesnya film “Miyabi”. Ratingnya naik. Honornya naik. Dan katagori filmnya pun ikut naik. Kali ini, Maria Ozawa telah bertekad untuk “total” bermain film—dan selanjutnya adalah sejarah. Ratusan film kemudian dibintanginya, jutaan penonton telah menyaksikan aksinya, dan dia pun mengumpulkan uang jutaan dolar dari profesinya.
Hari ini, nama Maria Ozawa sudah menjadi legenda hidup dalam industri film bokep dunia.
Jadi, fellas, kita kembali ke topik awal—mengapa mereka menjadi bintang film bokep? Mengapa Asia Carrera yang berotak cerdas dan memiliki gelar doktor itu menjadi bintang bokep? Mengapa Anri Suzuki yang baik hati dan tidak sombong itu menjadi bintang bokep? Mengapa Maria Ozawa yang sangat cantik dan seharusnya menjadi “wanita salikhah” itu menjadi bintang bokep…?
Endapkan sejenak pikiranmu, dan coba terka… apa yang menggerakkan mereka?
Uang…? Sepertinya tidak. Jika memang uang yang menjadi tujuan ketiga cewek di atas, kita sama-sama sepakat bahwa mereka akan dapat memperoleh uang banyak tanpa harus menjadi bintang film bokep. Bagi cewek seperti mereka, mendapatkan suami milyuner bukan urusan sulit.
Popularitas…? Sepertinya juga tidak. Jika memang mereka menginginkan popularitas, terlalu banyak jalan lain yang dapat ditempuh. Jangan lupa, mereka cewek-cewek cantik yang punya otak. Jika cewek cantik yang tak punya otak saja bisa terkenal, apalagi cewek cantik yang juga ditunjang otak seperti mereka?
Seks…? Ini jawaban naif—karena jika memang seks yang mereka harapkan, tentunya mereka tidak perlu repot-repot berakting dalam film bokep. Kalau mereka mau, hampir bisa dipastikan antriannya akan melebihi antrian tiket di stasiun menjelang lebaran.
Jadi, mengapa mereka menjadi bintang film bokep?
Di sinilah titik penting hidup kita, kawan-kawan. Karena di sinilah batu ujian terbesar yang selalu dihadapi setiap kita, sesuatu yang menjadi hak setiap makhluk hidup bernama manusia. “Pilihan”—inilah yang menggerakkan mereka semua, juga kita semua.
Jadi, Anri Suzuki, Asia Carrera, dan Maria Ozawa, menjadi bintang film bokep, karena… mereka memang memilihnya!
Mereka memilih menjadi bintang film bokep—karena mereka memang memiliki hak untuk memilih, sebagaimana manusia lainnya. Tak peduli secantik apa pun Maria Ozawa, tak peduli sebaik apa pun Anri Suzuki, dan tak peduli secerdas apa pun Asia Carrera, mereka memilih menjadi bintang film bokep. Itu jalan yang memang dipilihnya—terlepas apa dan bagaimana reaksi atau sistem nilai yang ditimbulkannya.
Karena mereka “memilih”, maka mereka pun “menjadi”.
So, inilah hak terbesar dalam hidup kita—yakni hak untuk memilih. Hidup adalah soal pilihan, dan hidup seseorang selalu dinilai dan ditentukan dari pilihan-pilihannya. Siapa diri kita adalah apa yang kita pilih, seperti apa hidup kita tergantung bagaimana pilihan kita, dan sampai di mana tempat kita juga ditentukan oleh pilihan kita.
Karenanya, hati-hati dengan “pilihanmu”, karena pilihan itu akan “menjadikanmu”.