Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.
***
Selama bertahun-tahun, saya bertanya-tanya dalam hati, mengapa media yang ditujukan untuk wanita selalu penuh pengetahuan penting tentang kaum pria, tetapi media yang ditujukan untuk pria selalu minim pengetahuan penting tentang wanita?
Di majalah-majalah wanita (baik yang ditujukan untuk remaja ataupun dewasa) sering terdapat tips tentang bagaimana memikat lawan jenis, bagaimana tampil menawan di hadapan lawan jenis—sampai pada bagaimana cara menerima atau menolak cinta, dan lain-lain. Meski terkesan remeh, tetapi itu merupakan pengetahuan-pengetahuan penting, karena tidak setiap wanita mengetahuinya dengan baik, dan uraian yang disuguhkan majalah-majalah itu pun sangat bermanfaat bagi para pembacanya (kaum wanita).
Nah, sebaliknya, di majalah-majalah pria, bisa dikatakan amat sangat jarang sekali (untuk tidak menyebut tak pernah ada) uraian yang semacam itu. Meski sebuah majalah nyata-nyata ditujukan untuk segmen pembaca pria (baik untuk remaja ataupun dewasa), nyaris tidak pernah ada artikel yang berisi “tips menyatakan cinta pada wanita”.
Hoho, apa dikira setiap laki-laki tahu bagaimana cara menyatakan cinta? Apa dikira semua laki-laki berani mengatakan “I love you” pada wanita pujaannya? Di dunia ini, atau setidaknya di negeri ini, hampir bisa dipastikan ada sekian juta laki-laki yang tidak tahu bagaimana cara menyatakan cinta. Tapi mengapa topik ini tidak pernah sekali pun dibahas di majalah yang nyata-nyata ditujukan untuk kaum pria?
Saya pernah menanyakan hal ini pada seorang redaktur majalah wanita, dan jawaban yang saya peroleh benar-benar membuat saya shock.
“Yang membuat kebanyakan majalah pria tidak pernah atau jarang membahas hal-hal spesifik mengenai lawan jenis,” kata redaktur itu, “adalah karena fakta bahwa kaum pria sok tahu, dan merasa sudah tahu segalanya tentang wanita!”
Begitu pentingnya jawaban itu, hingga saya merasa perlu mengulanginya dengan cetakan yang lebih tebal. “Yang membuat kebanyakan majalah pria tidak pernah atau jarang membahas hal-hal spesifik mengenai lawan jenis, adalah karena fakta bahwa kaum pria sok tahu, dan merasa sudah tahu segalanya tentang wanita!”
Mungkin jawaban itu terkesan sinis, atau bahkan terdengar sarkastis. Saya pun merasa begitu ketika pertama kali mendengarnya. Tetapi jawaban itu keluar dari mulut seorang pakar psikologi, yang menjadi redaktur sebuah majalah wanita.
Dan jawaban itu pula yang kemudian menyadarkan saya tentang betapa naifnya kaum saya—kaum laki-laki. Tepat seperti itulah sesungguhnya kaum laki-laki, atau kebanyakan laki-laki. Mereka sok tahu, atau merasa sudah tahu semua hal tentang lawan jenisnya, sehingga mungkin merasa “terhina” jika harus mempelajari apa pun tentang kaum wanita. Padahal, faktanya, kaum laki-laki tidak tahu apa-apa tentang lawan jenisnya!
Di sinilah paradoks psikologi antara laki-laki dan wanita.
Wanita disebut makhluk emosional, karena mereka diyakini lebih banyak dan lebih sering melibatkan emosinya dibanding nalar dan otaknya. Tetapi makhluk yang emosional ini tahu bagaimana menggunakan nalar dan pikirannya, dibanding laki-laki yang diklaim (atau mengklaim diri) sebagai makhluk berotak dan terbiasa menggunakan akal pikirannya.
Lanjut ke sini.