Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.
Di era modern sekarang, orang kemudian banyak yang mengumpamakan pikiran dengan komputer. Tetapi hasilnya sama saja dengan yang disimpulkan orang-orang di abad lampau.
Di dunia komputer ada istilah yang berupa singkatan, GIGO, garbage in, garbage out, atau sampah masuk, sampah keluar. Masukkan program yang salah ke dalam komputer, maka jawaban yang keluar pun akan salah pula. Programkan informasi yang benar ke dalam komputer, dan jawaban yang dimunculkan pun adalah jawaban yang benar.
Begitu pula dengan pikiran kita. Tanamkan informasi negatif, maka realitas yang dihasilkannya pun akan negatif. Tapi programkanlah pikiran yang positif, indah dan benar, maka hasil yang akan diberikannya pun tak jauh berbeda. Tak peduli dibandingkan dengan sepetak tanah kebun atau sebuah komputer paling modern sekalipun, pikiran hanya menghasilkan yang kita programkan ke dalamnya.
Bandingkan dengan ilustrasi berikut; kalau kau keluar dari rumah dengan pikiran marah, biasanya kau akan membanting pintu dengan kasar, merasa tanganmu seolah tengah menggenggam bara api, lalu kau memacu kendaraan dengan buru-buru. Kau akan merasa orang-orang yang berpapasan denganmu seolah tengah mengejekmu, dan kemarahanmu pun semakin sulit dipadamkan. Ketika menghadapi lubang di jalanan, kau akan menganggap lubang-lubang itu sebagai perusak kendaraanmu, dan kau pun mungkin bisa saja mencaci-makinya. Bahkan ketika menghadapi perempatan jalan raya dan lampu merah menyala, kau pun akan menganggap lampu pemberhentian itu hanya menghambat jalanmu. Dunia begitu gelap bahkan suram, dan kehidupan seakan penuh hal-hal menjengkelkan.
Tetapi suasana menjadi lain ketika kau keluar dari rumah dengan perasaan bahagia, karena akan bertandang ke rumah kekasih. Kau akan menutup pintu rumah dengan perlahan, seolah tanganmu tengah memegang sebuket bunga, dan kau tak ingin merusakkan keindahannya. Lalu kau akan menjalankan kendaraanmu dengan penuh perhatian, karena kau ingin selamat tanpa kurang suatu apa pun sampai bertemu kekasihmu.
Karenanya, ketika ada lubang-lubang di jalanan, kau hanya berusaha untuk menghindarinya, dan ketika lampu merah di perempatan menyala, kau justru menjadikan kesempatan itu sebagai saat jeda untuk bersenandung kecil. Kau pun bahkan merasa orang-orang yang berpapasan denganmu tengah tersenyum kepadamu. Dunia begitu indah bahkan damai, dan kehidupan pun seakan penuh hal-hal membahagiakan.
Apakah dunia yang berubah? Apakah realitas yang berganti?
Tidak. Yang berubah dan berganti hanyalah yang ada di dalam pikiran kita. Orang-orang bijak mengajarkan, “Pikiran adalah segalanya. Kita menjadi seperti yang kita pikirkan.” Karenanya, jalan untuk bisa mengubah dunia adalah dengan mengubah isi pikiran kita, cara untuk mengganti wujud realitas adalah mengganti isi pikiran kita. Dan... itu pulalah kekuatan terbesar yang kita miliki dalam hal membuat kehidupan sebagai surga atau neraka, berdasarkan bagaimana cara kita berpikir.
Saya ingin kembali mengutip James Allen, “Manusia dibuat rusak oleh dirinya sendiri; dalam gudang senjata pikiran dia menempa senjata untuk menghancurkan dirinya sendiri; dia juga membuat alat yang digunakan untuk membangun bagi dirinya rumah surgawi berupa rasa suka cita, kekuatan, dan kedamaian. Dengan pilihan yang tepat dan penerapan pikiran yang benar, manusia bisa meningkat ke kesempurnaan surgawi.”
Lanjut ke sini.
***
Di era modern sekarang, orang kemudian banyak yang mengumpamakan pikiran dengan komputer. Tetapi hasilnya sama saja dengan yang disimpulkan orang-orang di abad lampau.
Di dunia komputer ada istilah yang berupa singkatan, GIGO, garbage in, garbage out, atau sampah masuk, sampah keluar. Masukkan program yang salah ke dalam komputer, maka jawaban yang keluar pun akan salah pula. Programkan informasi yang benar ke dalam komputer, dan jawaban yang dimunculkan pun adalah jawaban yang benar.
Begitu pula dengan pikiran kita. Tanamkan informasi negatif, maka realitas yang dihasilkannya pun akan negatif. Tapi programkanlah pikiran yang positif, indah dan benar, maka hasil yang akan diberikannya pun tak jauh berbeda. Tak peduli dibandingkan dengan sepetak tanah kebun atau sebuah komputer paling modern sekalipun, pikiran hanya menghasilkan yang kita programkan ke dalamnya.
Bandingkan dengan ilustrasi berikut; kalau kau keluar dari rumah dengan pikiran marah, biasanya kau akan membanting pintu dengan kasar, merasa tanganmu seolah tengah menggenggam bara api, lalu kau memacu kendaraan dengan buru-buru. Kau akan merasa orang-orang yang berpapasan denganmu seolah tengah mengejekmu, dan kemarahanmu pun semakin sulit dipadamkan. Ketika menghadapi lubang di jalanan, kau akan menganggap lubang-lubang itu sebagai perusak kendaraanmu, dan kau pun mungkin bisa saja mencaci-makinya. Bahkan ketika menghadapi perempatan jalan raya dan lampu merah menyala, kau pun akan menganggap lampu pemberhentian itu hanya menghambat jalanmu. Dunia begitu gelap bahkan suram, dan kehidupan seakan penuh hal-hal menjengkelkan.
Tetapi suasana menjadi lain ketika kau keluar dari rumah dengan perasaan bahagia, karena akan bertandang ke rumah kekasih. Kau akan menutup pintu rumah dengan perlahan, seolah tanganmu tengah memegang sebuket bunga, dan kau tak ingin merusakkan keindahannya. Lalu kau akan menjalankan kendaraanmu dengan penuh perhatian, karena kau ingin selamat tanpa kurang suatu apa pun sampai bertemu kekasihmu.
Karenanya, ketika ada lubang-lubang di jalanan, kau hanya berusaha untuk menghindarinya, dan ketika lampu merah di perempatan menyala, kau justru menjadikan kesempatan itu sebagai saat jeda untuk bersenandung kecil. Kau pun bahkan merasa orang-orang yang berpapasan denganmu tengah tersenyum kepadamu. Dunia begitu indah bahkan damai, dan kehidupan pun seakan penuh hal-hal membahagiakan.
Apakah dunia yang berubah? Apakah realitas yang berganti?
Tidak. Yang berubah dan berganti hanyalah yang ada di dalam pikiran kita. Orang-orang bijak mengajarkan, “Pikiran adalah segalanya. Kita menjadi seperti yang kita pikirkan.” Karenanya, jalan untuk bisa mengubah dunia adalah dengan mengubah isi pikiran kita, cara untuk mengganti wujud realitas adalah mengganti isi pikiran kita. Dan... itu pulalah kekuatan terbesar yang kita miliki dalam hal membuat kehidupan sebagai surga atau neraka, berdasarkan bagaimana cara kita berpikir.
Saya ingin kembali mengutip James Allen, “Manusia dibuat rusak oleh dirinya sendiri; dalam gudang senjata pikiran dia menempa senjata untuk menghancurkan dirinya sendiri; dia juga membuat alat yang digunakan untuk membangun bagi dirinya rumah surgawi berupa rasa suka cita, kekuatan, dan kedamaian. Dengan pilihan yang tepat dan penerapan pikiran yang benar, manusia bisa meningkat ke kesempurnaan surgawi.”
Lanjut ke sini.