Kalau saya boleh menyarankan, apabila kau menerima kritikan, terima saja dan tak perlu susah-payah menjawab kritikan itu. Jika sebuah kritikan dijawab, maka biasanya akan lahir kritikan kedua, ketiga, dan seterusnya. Jadi dengarkan saja, dan diamkanlah. Kita punya hak untuk membenarkan kritikan dan melakukan apa yang disarankan oleh kritikan itu, tapi kita juga punya hak untuk menganggap kritikan itu salah, dan kita bebas untuk melupakannya.
Namun, (sekali lagi, namun!) apabila kau punya keinginan untuk mengkritik seseorang, maka tahanlah kritikan itu dan sebaiknya simpan saja, tak perlu dikeluarkan. Sebagaimana kau mungkin tak menyukai kritik, orang lain pun sama.
Berabad-abad yang lalu sebelum saya menuliskan kata-kata ini, filsuf Confucius telah menasihati, “Jangan mengeluhkan sampah di halaman rumah tetangga, kalau serambi depan rumahmu sendiri tidak bersih.”
Berapa banyakkah dari kita yang mampu menerima nasihat ini? Berapa banyakkah dari kita yang sanggup menutup mulut untuk tidak membicarakan kejelekan orang lain karena menyadari dirinya sendiri tidak sempurna? Berapa banyakkah dari kita yang dapat diam untuk tidak mengkritik orang lain karena memahami dirinya pun penuh kekurangan?
Salah satu penyakit manusia adalah kebiasaan melihat hal buruk pada orang lain, tanpa mau menengok dirinya terlebih dulu. Kita lebih mudah menuding orang lain daripada menunjuk muka sendiri. Kita lebih gampang menyalahkan orang lain daripada melakukan introspeksi dan koreksi diri. Kita lebih sering memilih mengkritik daripada memuji dengan setulus hati.
Nah, omong-omong soal kritik, pernahkah kita membayangkan apa yang dapat dihasilkan oleh sebuah kritikan? Apakah orang yang dikritik kemudian memperbaiki dirinya karena kritikan itu? Tidak, dan tidak pernah!
Oh, ini yang ngomong bukan saya, tapi seorang tokoh komunikasi terbesar yang pernah dimiliki oleh sejarah, bernama Dale Carnegie. Dale Carnegie melakukan penelitian selama bertahun-tahun dalam kehidupan banyak manusia, dan hasilnya ia tulis dalam sebuah buku yang amat tebal hanya untuk menjelaskan fakta itu, bahwa kritik tak pernah mampu memperbaiki pihak yang dikritik!
Kritikan lebih banyak merusak daripada membangun. Kritik itu destruktif meskipun ada orang yang memberi istilah ‘kritik konstruktif’. Kritik selalu hanya berbicara keburukan, dan tidak ada satu orang pun yang suka jika keburukannya disebut dan dibicarakan. Kritik menyebabkan Thomas Hardy, seorang novelis terbaik yang pernah ada dalam sejarah sastra Inggris, menolak selamanya untuk menulis lagi. Kritik bahkan telah membuat Thomas Chatterton, penulis puisi terkenal Inggris, bunuh diri.
Dale Carnegie mengatakan, “Semua orang bodoh bisa mengkritik, mencerca, dan mengeluh, dan hampir semua orang bodoh melakukannya. Tetapi perlu karakter dan kontrol-diri untuk mengerti dan memberi maaf.”
Setiap manusia memiliki kekurangan sebagaimana setiap manusia memiliki kelebihan. Kau, saya, dan siapa saja yang kita temui dalam kehidupan kita, semuanya memiliki kelebihan serta kelemahannya sendiri-sendiri. Dibutuhkan pujian yang tulus atas kelebihannya, dibutuhkan maaf dan simpati atas kelemahan serta kekurangannya.