Selasa, 08 Maret 2011

Miskin, Bodoh, Kuper, tapi Sukses (5)



Tetapi sekarang Honda menghadapi tantangan baru; ia harus bisa membuktikan kepada dunia bahwa Jepang mampu membuat sepeda motor yang tidak kalah dengan produksi Eropa, baik dalam kecepatannya maupun dalam keandalannya. Maka Honda pun pergi ke Eropa, membeli sebuah sepeda motor terbaik yang ada di sana, membawanya kembali ke Jepang, dan mempretelinya untuk diteliti. Sesudah itu, ia pun menciptakan motor balapnya sendiri.

Motor balap itu kemudian diikutkan dalam perlombaan, dan hasilnya sangat memuaskan. Dalam beberapa tahun semenjak itu, reputasi Honda menyebar kemana-mana, dan berbagai model motor produksinya, dari model skuter sampai model balap, membanjiri pasar dunia. Dari tahun ke tahun, cabang-cabang Honda bermunculan di negeri-negeri di seluruh dunia, termasuk Brasil, Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Peru, Perancis, Thailand, Inggris, Swiss, Belgia dan Australia.

Dalam buku hariannya, Honda menulis, “Kinilah waktunya untuk mulai mewujudkan impianku yang lain; memenangkan turnamen Formula Satu. Ini mungkin impian yang mustahil. Tetapi aku akan menghabiskan waktu, tenaga dan pikiranku untuk impian itu. Aku tahu impianku akan terwujud, dan aku akan menang dalam turnamen itu, cepat ataupun lambat.”

Setelah sukses dalam sepeda motor, Honda melebarkan sayapnya pada industri mobil. Pada tahun 1962, Honda Motor Company secara resmi menyatakan diri memasuki dunia pembuatan mobil. Tugas Honda tidaklah mudah. Keputusannya itu berarti menghadapi saingan dari Amerika Serikat yang waktu itu telah merajai industri mobil.

Sekali lagi Honda menguji impiannya pada persaingan untuk menembus pasar ini. Dan pelan namun pasti, impian Honda untuk bisa memproduksi mobil pun tercapai. Ia kemudian memasukkan mobil buatannya ke perlombaan Formula Satu yang bergengsi itu.

Walaupun pada mulanya banyak menghadapi masalah, namun impian besar Honda terwujud pada tanggal 24 Oktober 1962, ketika salah satu mobil buatannya menang dalam kompetisi penting itu, dengan mengalahkan mobil-mobil terkenal seperti Ferrari dan Lotus, hasil produksi pabrik-pabrik yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun dalam perlombaan dan riset.

Karena dorongan kemenangan-kemenangan ini, Honda memutuskan untuk mulai membuat mobil untuk kepentingan umum pada tahun 1967. Ia mengkonsep sebuah mobil yang hemat bahan bakar, dan karenanya ia memutuskan untuk membuat mobil-mobil yang ukurannya tidak terlalu besar.

Ternyata keputusan Honda benar-benar tepat. Krisis minyak yang terjadi pada tahun 1970-an, yang pada waktu itu sama sekali tidak diduga akan terjadi, membuat mobil-mobil ciptaannya lebih disukai orang dibanding mobil-mobil lain yang boros bahan bakar dan kurang ekonomis.

Karena dampak krisis minyak ini pulalah, para produsen mobil lainnya terpaksa mendesain ulang mobil produksi mereka untuk mengurangi pemakaian bahan bakar. Industri mobil Amerika membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk merebut kembali posisinya di pasar dunia.

Sementara para pesaing masih bingung memutuskan untuk mendesain ulang mobil-mobil produksinya, Honda membanjiri pasar dengan mobil berukuran kecil yang dicintai konsumen; Honda Civic.

Lebih dari itu, Honda adalah pabrik pertama yang memasang alat anti polusi pada mobilnya. Karena itu, ketika pemerintah mulai memberlakukan undang-undang anti polusi, Honda Motor Company sudah siap memenuhi standar baru tersebut, sementara para pesaingnya masih bergelut untuk menyesuaikan diri dengan peraturan yang baru. Faktor lain yang menunjang sukses Honda adalah penggunaan alat-alat robot dalam pabriknya, sesuatu yang waktu itu belum dikenal di pabrik-pabrik para pesaingnya.

Kisah keberhasilan Soichiro Honda merupakan contoh yang baik sekali untuk membuktikan bahwa impian mungkin saja dicapai seseorang yang mulai dengan modal seadanya, bahkan dalam keadaan yang sangat sulit sekalipun.

Selama masa-masa perang, Jepang adalah negeri yang hancur. Gaji rata-rata rakyatnya hanya 600 dolar setahun. Apa yang kemudian disebut sebagai “Keajaiban Jepang” itu terjadi berkat orang-orang yang berani bermimpi dan berani mewujudkan impiannya seperti Soichiro Honda. Ingatlah dia setiap kali kita mengeluh bahwa situasi ekonomi menghambat kita untuk bisa meraih impian.

Dan besok, setiap kali kita melihat motor atau mobil produksi Honda yang pasti akan kita temui di jalanan mana pun, ingatlah tentang seorang bocah lelaki miskin yang merasa dirinya jelek, dianggap bodoh, dan rendah diri, namun berhasil mencapai impiannya yang gemilang...


 
;