“Apa pun yang kaucintai, akan mencintaimu.”
Hukum itu benar, asal yang “kaucintai” bukan makhluk hidup.
Lebih spesifik, bukan manusia.
—@noffret
Hukum itu benar, asal yang “kaucintai” bukan makhluk hidup.
Lebih spesifik, bukan manusia.
—@noffret
Seorang lelaki menemui filsuf bijaksana, dan bertanya, “Bagaimana cara agar saya selalu hidup tenang, tenteram, dan bahagia?”
“Mudah sekali, Nak,” jawab sang filsuf. “Yang perlu kaulakukan hanya satu—jangan pernah jatuh cinta pada manusia.”
“Jika saya tidak boleh jatuh cinta pada manusia, Tuan Filsuf, lalu saya harus jatuh cinta pada siapa?”
“Banyak sekali yang bisa kaucintai, Nak. Tuhan, alam semesta, tumbuh-tumbuhan di sekitarmu, pepohonan yang rindang, air yang jernih mengalir, bebatuan—apa pun. Selama kau tidak jatuh cinta kepada manusia, kau tidak akan pernah kecewa.”
Si lelaki terdiam sejenak, kemudian berujar, “Tapi sepertinya saya kurang mampu melakukannya, Tuan Filsuf. Bagaimana pun, saya tetap ingin jatuh cinta pada manusia.”
“Kalau memang begitu,” sahut sang filsuf, “cintailah siapa saja tanpa harapan ingin memiliki, atau harapan lain apa pun. Cinta kepada sesama manusia memang akan membuatmu bahagia, tetapi hanya cinta yang tanpa tendensi. Hanya dalam cinta semacam itu, kau tidak akan pernah kecewa.”