Kamu kemana aja Yu, sampe lama gak keliatan?
Sumpah, aku kangen!
—@noffret
aku lg mengerjakan pesanan bejibun. Dikangenin?masak siiih....
—@itikbali
Iya Yu, kangen banget! Kalo aja tempatmu dekat udah tak datengi
sekarang juga, sayangnya harus nyeberang laut. Heuheuheu...
—@noffret
Sumpah, aku kangen!
—@noffret
aku lg mengerjakan pesanan bejibun. Dikangenin?masak siiih....
—@itikbali
Iya Yu, kangen banget! Kalo aja tempatmu dekat udah tak datengi
sekarang juga, sayangnya harus nyeberang laut. Heuheuheu...
—@noffret
Saya sedang kangen sama Ayu. Ralat. Saya sedang kangeeeeeeeeen banget sama Ayu. Jadi, saya menulis catatan ini sebagai semacam pelampiasan atas rasa kangen yang saya rasakan.
Sebagian blogger mungkin kenal Ayu, yang populer dengan nama Itik Bali, dan punya blog dengan alamat www.itikbali.com. Nama lengkapnya Dyah Ayu Purnama Sari. Dia blogger asal Bali yang lucu dan pintar. Saya mengenalnya bertahun-tahun lalu, ketika masih awal ngeblog. Kalau tak salah ingat, waktu itu Ayu masih SMP.
Perkenalan saya dengan Ayu dimulai suatu malam, melalui kejadian kebetulan. Jadi, malam itu saya sedang suntuk mencari referensi untuk sesuatu yang sedang saya kerjakan. Lalu saya searching ke Google untuk menemukan beberapa informasi yang saya cari. Entah bagaimana asal usulnya, Google kemudian merujuk ke blognya Vicky Laurentina.
Patuh pada Google, saya pun membuka blog Vicky. Rupanya, Google telah “menyasarkan” saya dengan semena-mena. Post yang dirujuk Google pada blog Vicky sama sekali bukan informasi yang saya cari. Tetapi, entah kenapa, saya asyik saja membaca post tersebut di blog Vicky, bahkan sempat membuka-buka post lain di sana. Omong-omong, di masa itu Vicky sedang lucu-lucunya—maksud saya, belum seserius sekarang. ☺
Di blog Vicky itulah saya pertama kali melihat Ayu. Pada suatu post yang saya baca, terdapat banyak blogger yang berkomentar, dan Ayu salah satunya. Saya sudah lupa post apa yang saya baca waktu itu, yang jelas komentar Ayu menggelitik, hingga saya tergelitik untuk meng-klik profilnya, dan sampailah saya pada blog milik Ayu.
Di blog Ayu, saya pun membaca post terbaru. Saya sudah lupa judulnya. Yang masih saya ingat, di post tersebut Ayu bercerita pada keponakannya (atau adik temannya?) mengenai suatu legenda. Semula, dia menuturkan legenda itu sebagaimana adanya. Tetapi, di tengah-tengah cerita, dia “menyelewengkan” kisah legenda itu dengan seenaknya, dan... saya tertawa ngakak tanpa bisa ditahan.
Gara-gara membaca post tersebut, saya pun tergelitik membaca post lainnya, dan berpikir, “Cewek ini lucu.”
Itulah pertama kali saya mengenal Ayu, bertahun lalu. Sejak itu pula, saya rutin membaca update blog Ayu dan blog Vicky, serta cukup rutin berkomentar di blog mereka. Dua blog wanita itu bisa dibilang blog-blog pertama yang saya kenal ketika saya mulai blogwalking—gara-gara “disasarkan” Google. Karenanya, sebagai blogger, saya punya semacam “ikatan batin” dengan blog mereka.
Seperti yang dibilang di atas, Ayu masih SMP ketika saya pertama kali mengenalnya. Lalu tahun-tahun berganti, dan Ayu masuk SMA. Selama itu pula, dia masih lucu, dan selalu mampu membuat saya cekikikan saat membaca catatan-catatannya. Oh, dia bahkan punya cita-cita yang tidak lazim—menjadi Miss Universe. Dan cita-cita yang aneh itu masih mampu membuat saya cekikikan, sampai sekarang.
Tentu saya tahu, cita-cita menjadi Miss Universe hanyalah olok-olok Ayu pada diri sendiri. Kalau tidak keliru, Ayu sebenarnya ingin menjadi penulis. Dan saya pun diam-diam ikut mendoakan semoga cita-citanya tercapai. Kenyataannya, tulisan-tulisannya di blog juga makin bagus, seiring makin banyak ia menulis. Di kalangan blogger, Ayu bahkan menjadi selebblog atau selebritas di dunia blog. (Kenyataan itu baru saya tahu belakangan, setelah cukup lama mengenalnya.)
Yang membuat saya—dan banyak orang lain—menyukai Ayu dan tulisan-tulisannya, karena dia begitu bersahaja, jujur, dan lucu. Kadang-kadang dia memang sok jaim, tapi entah kenapa gaya sok jaimnya malah lucu, dan membuat orang tertawa.
Karena rutin membaca catatannya di blog, saya pun tahu cukup banyak kehidupan Ayu sebagai cewek remaja—kesehariannya, siapa pacarnya, teman-temannya, aktivitas sekolah, dan lain-lain. Tak jauh beda dengan keseharian adik saya. Saya juga punya adik cewek, mungkin sebaya dengan Ayu. Bedanya, adik saya tidak punya blog. Karenanya, saat membaca blog Ayu, saya merasa—atau membayangkan—sedang membaca blog adik saya.
Kenyataannya, setelah bertahun-tahun mengenalnya, perasaan itu pula yang saya rasakan terhadap Ayu. Bagi saya, Ayu adalah adik cewek yang pintar dan lucu, yang ingin kita banggakan atau pamerkan ke teman-teman. Saya sangat menyayanginya. Karenanya, ketika melihat dia diwawancarai media, dan profilnya muncul di koran atau majalah, saya ikut senang dan bangga. Kesenangan dan kebanggaan itu pun makin besar saat dia akhirnya berhasil mewujudkan cita-cita—menulis dan menerbitkan buku.
Sumber foto: FB Ayu
Lalu Ayu lulus SMA, dan kemudian kuliah—sastra Jepang di Universitas Udayana, Bali. Bayangkan, saya telah mengenal cewek ini, dan mengikuti kehidupannya, sejak SMP, SMA, hingga dia kuliah—perjalanan waktu yang tak bisa dibilang singkat.
Sejak kuliah, Ayu mulai jarang menulis di blog. Semakin hari semakin jarang, hingga akhirnya saya tidak lagi mendapati catatan barunya, sampai saat ini. Posting terakhirnya tercatat bulan Maret 2014—lebih setahun yang lalu. Setiap hari, setiap waktu, saya selalu menunggu, dan berharap dia kembali menulis di blog. Tapi harapan saya tinggal harapan. Setiap kali membuka blognya, tidak ada tulisan baru di sana.
Karena itulah, saya sangat kangen kepadanya. Kangen membaca catatan-catatannya yang biasa membuat tersenyum dan cekikikan, kangen gayanya yang centil dan lucu, kangen caranya membuat orang tertawa.
Mungkin Ayu sekarang makin sibuk dengan aktivitas dan kegiatan barunya, hingga tidak sempat lagi menulis di blog. Apa pun, saya berharap dia selalu dalam keadaan baik, menjalani hari-hari yang menyenangkan, dan—kalau ada waktu—dia ingat untuk kembali menulis di blognya. Karena, di sini, ada seseorang yang sangat... sangat merindukannya.