Kita hidup di zaman ketika pengetahuan
bisa dikendalikan, dimanipulasi, dan disembunyikan.
Yang kita tahu tak pernah terjamin benar.
—@noffret
bisa dikendalikan, dimanipulasi, dan disembunyikan.
Yang kita tahu tak pernah terjamin benar.
—@noffret
Julian Assange adalah bocah paling nakal di dunia. Melalui WikiLeaks, dia membocorkan dokumen-dokumen paling rahasia, hingga membuat pemerintah di berbagai negara—khususnya Amerika—kebakaran jenggot.
Kita tahu kisah selanjutnya. Selama Assange masih berkeliaran bebas, bocah-bocah besar di Amerika tidak akan bisa tidur nyenyak. Karenanya, nasib Assange pun sudah ditentukan. Dia menjadi salah satu target yang paling dibidik, dan selanjutnya kita tahu nasibnya sekarang.
Salah satu dokumen rahasia yang pernah dibocorkan WikiLeaks adalah konspirasi yang dilakukan oleh perusahaan farmasi terkenal dunia, Proffy. (Proffy bukan nama sebenarnya. Saya sengaja menyamarkan nama perusahaan tersebut, agar lebih mudah dilafalkan lidah kita. Kalau kalian ingin tahu nama sebenarnya perusahaan yang dimaksud, silakan merujuk pada dokumen yang dirilis WikiLeaks).
Pada 1996, Proffy berencana melakukan uji coba obat-obatan terhadap anak-anak Nigeria yang mengidap meningitis. Karena obat-obatan yang akan diujicobakan dinilai masih kontroversial (belum jelas manfaatnya dan berpotensi berbahaya), permintaan Proffy pun ditolak oleh Jaksa Agung Nigeria.
Apa yang dilakukan Proffy terhadap penolakan itu? Melakukan revisi terhadap obat buatannya yang dinilai masih meragukan? Tidak. Melakukan penelitian kembali terhadap obat-obatan yang diciptakannya, agar hasilnya lebih baik dan lebih aman? Juga tidak!
Yang dilakukan Proffy setelah itu adalah menyewa penyelidik untuk mencari dan menggali kesalahan atau apa saja yang mungkin dilakukan Jaksa Agung Nigeria, agar mereka bisa menggunakannya untuk memaksa dan menekan si Jaksa Agung meloloskan permintaan mereka (menggunakan anak-anak Nigeria untuk uji coba obat-obatan).
Perhatikan, kisah itu terjadi pada 1996, atau bisa dibilang “baru kemarin”. Pada era 1990-an, sistem hukum telah jauh lebih baik, khususnya dalam menghadapi permintaan uji coba obat-obatan terhadap sekelompok subjek di negera tertentu. Tetapi sistem yang sama belum ada (setidaknya belum baik) ketika hal sama terjadi puluhan tahun sebelumnya.
Catatan berikut ini diambil dari rangkaian tweet saya di Twitter (7 Juni 2015, dengan sedikit perbaikan), membahas konspirasi HIV/AIDS. Dalam rangkaian tweet berikut, ada beberapa ilustrasi yang mirip dengan kisah di atas—penggunaan sekelompok orang untuk uji coba obat-obatan tertentu, tanpa mereka sadari sedang menjadi sarana uji coba.
Di bagian akhir catatan, saya juga menuliskan sejumlah referensi yang bisa dijadikan rujukan, jika ingin memverifikasi atau mempelajari lebih lanjut objek ini.
....
....
Masih percaya HIV berasal dari kera hijau? Bahwa penyakit itu bermula di Afrika? Bahwa AIDS mula-mula berjangkit di kalangan homoseksual?
Semua asal usul HIV/AIDS yang dicekokkan kepada kita selama ini hanyalah rekayasa dan kebohongan, hasil manipulasi ilmu pengetahuan.
Kebohongan asal usul HIV/AIDS dipercaya banyak orang, karena yang menyatakan adalah WHO. Padahal WHO bukan nabi, malaikat, apalagi Tuhan.
Masyarakat awam sangat percaya WHO, tapi banyak ilmuwan yang menyangsikan kenyataan itu. Mereka pun meneliti dan memverifikasi. Tetapi...
Tetapi... mereka kemudian terbunuh.
Banyak ilmuwan jujur telah menemukan berbagai ketidakberesan seputar HIV/AIDS, yang jauh berbeda dengan “informasi resmi” yang beredar.
Tapi kebanyakan mereka memilih diam, karena kolega-kolega mereka yang berani buka mulut soal itu tiba-tiba mati dengan berbagai sebab.
Para ilmuwan yang jujur telah menemukan satu konklusi, bahwa HIV/AIDS sengaja diciptakan sekelompok orang dengan suatu agenda/tujuan.
Setelah virus HIV diciptakan, WHO membawanya ke Afrika, dan melakukan uji coba di sana. Karena itulah kemudian HIV/AIDS bermula di sana.
Dasawarsa '70-an, jutaan orang Afrika terinfeksi HIV. Hanya berselang beberapa tahun, epidemi menyebar ke New York, menyerang kaum gay.
Sebelum munculnya HIV/AIDS, tidak ada satu virus/penyakit pun yang bisa secara khusus menyerang masyarakat dengan warna kulit tertentu.
Sebelum ada HIV/AIDS, tidak ada satu virus/penyakit pun yang dapat secara khusus menyerang orang dengan orientasi seksual tertentu.
Kenyataan itu tidak hanya mementahkan teori bahwa HIV/AIDS berasal dari kera hijau, tapi juga mengarahkan kecurigaan pada kesengajaan.
Amerika (melalui WHO) menyatakan bahwa HIV/AIDS telah menyerang Afrika jauh sebelum 1970. Faktanya, tidak ada virus itu sebelum 1970.
Selama ratusan tahun, orang-orang Afrika telah hidup berdampingan dengan kera-kera hijau yang dituduh sebagai biang keladi HIV/AIDS.
Jika memang HIV/AIDS ditularkan dari kera hijau kepada orang Afrika, mestinya virus/penyakit itu telah ada di sana sejak zaman kuno.
Faktanya, HIV/AIDS baru ada di Afrika pada 1970-an, bertepatan dengan WHO yang datang ke sana untuk melakukan vaksinasi massal.
Pada 11 Mei 1987, The London Times menurunkan headline berjudul “Smallpox Vaccine Triggered AIDS Virus” (Vaksin Cacar Memicu Virus AIDS).
Berita itu sebagai respons atas program vaksinasi cacar massal di Afrika yang disponsori WHO, yang kemudian memicu epidemi HIV/AIDS.
Hingga 1977, WHO menyuntikkan vaksin kepada sekitar 100 juta penduduk kulit hitam Afrika. Para ilmuwan sepakat, itulah awal mula AIDS.
Salah satu ilmuwan yang sepakat pada hipotesis itu adalah Dr. Robert Gallo, yang dikenal sebagai penemu (pemberi nama) virus HIV/AIDS.
Tetapi, belakangan, Dr. Robert Gallo memilih bungkam. Banyak pihak memperkirakan, dia menghadapi ancaman jika terus buka mulut soal itu.
Pierce Wright, editor sains The London Times, juga semula sangat galak menyuarakan kecurigaan bahwa HIV/AIDS di Afrika adalah ulah WHO.
Dia bahkan sempat menulis di London Times, bahwa WHO-lah yang seharusnya paling bertanggung jawab atas wabah HIV/AIDS di Afrika.
Tetapi, lagi-lagi, Pierce Wright kemudian bungkam, sementara London Times tidak pernah lagi mengungkit-ungkit soal kecurigaan HIV/AIDS.
Yang lebih aneh, Dr. Robert Gallo kemudian aktif mengumandangkan pemberitahuan ke seluruh dunia, bahwa HIV/AIDS berasal dari kera hijau.
Secara ilmiah, sangat tidak masuk akal dan aneh jika epidemi HIV/AIDS dituding berasal dari kera hijau yang meloncat ke orang Afrika.
Lebih tidak ilmiah lagi jika HIV/AIDS yang kemudian berkembang di New York dinyatakan berasal dari Afrika. Di mana kronologi ilmiahnya?
Secara konvensional inilah “dakwah” WHO: HIV/AIDS berasal dari kera hijau ke Afrika. Dari Afrika ke homoseksual New York, lalu mendunia.
Para ilmuwan yang jujur dan waras sudah menyatakan bahwa itu TIDAK MUNGKIN TERJADI. Kronologi itu sangat aneh, janggal, dan tidak ilmiah.
Berdasarkan realitas yang lebih ilmiah, inilah kronologi yang lebih dipercaya: Pada 1970-an, WHO melakukan vaksinasi massal di Afrika.
Tidak lama setelah vaksinasi massal pada sekitar 100 juta orang kulit hitam itu, tiba-tiba muncul wabah HIV/AIDS di Afrika. Kebetulan?
Lalu bagaimana dengan New York? Penjelasan umum menyatakan bahwa setelah HIV/AIDS menyebar di Afrika, virus itu meloncat ke New York.
Penjelasan itu saja sudah tidak masuk akal. Bagaimana mungkin sebuah virus dari Afrika memilih New York, tetapi melewatkan daerah lain?
Lebih tidak masuk akal lagi, ketika wabah HIV/AIDS merebak di New York, epidemi itu hanya menyerang kaum homoseksual. Aneh? Sangat!
Faktanya, menurut banyak ilmuwan, virus HIV/AIDS yang kemudian menyebar di New York bukan datang dari Afrika, tapi datang dari WHO juga.
Inilah faktanya... Fakta yang selama ini ditutupi dan disembunyikan dari pengetahuan kita...
Menjelang 1977, SVCP melakukan eksperimen vaksin hepatitis B atas sponsor pemerintah, di New York, Los Angeles, dan San Francisco.
SVCP (Special Virus Center Program) adalah laboratorium paling berbahaya di dunia. Di sanalah berbagai virus dan penyakit diciptakan.
SVCP bermarkas di Bethesda, Maryland, di bawah NCI (National Cancer Institute) AS. Bocah-bocah WHO sering nyangkruk di markas SVCP.
Seperti yang disebut tadi, pada 1977 SVCP melakukan eksperimen vaksin hepatitis B di New York, Los Angeles, dan San Francisco.
Dalam eksperimen itu, SVCP mengundang para lelaki homoseksual di tiga kota tersebut untuk mendaftarkan diri (untuk menerima vaksin).
Para lelaki homoseksual di sana pun beramai-ramai mendaftar, karena menyadari aktivitas seksual mereka berisiko. Ingat, itu tahun ‘70-an.
Lebih dari itu, mereka juga percaya pada program yang dilakukan SVCP, karena program vaksinasi itu didukung oleh pemerintah mereka.
Yang aneh, tidak lama setelah vaksinasi oleh SVCP, ketiga kota itu (New York, Los Angeles, dan San Francisco) mengalami wabah HIV/AIDS.
Tiga kota itu menjadi episenter (sumber penyebaran) HIV/AIDS, dan para pengidap HIV/AIDS di tiga kota tersebut rata-rata kaum gay.
Dari situlah kemudian muncul “doktrin” yang menyatakan HIV/AIDS adalah penyakit kaum homoseksual. Akar penyebabnya telah disembunyikan.
Sudah melihat kejanggalan dan kebohongan teori HIV/AIDS? Semua yang kita dengar tentang virus/penyakit ini hanyalah hasil manipulasi.
Disebut berasal dari kera hijau, meloncat ke orang Afrika. Dari Afrika lalu meloncat ke kaum gay New York. Itu sangat tidak masuk akal!
Realitas yang terjadi jauh lebih ilmiah dan masuk akal, bahwa virus itu mula-mula dibawa WHO ke Afrika, kemudian oleh SVCP di New York.
Sebagian orang awam mungkin berpikir, “Ah, masa sih WHO sampai seperti itu?” | Mereka menilai WHO terlalu tinggi, bahkan mulia.
Jauh sebelum virus HIV/AIDS diciptakan, ada eksperimen serupa yang sama gila dan sadis. Yaitu penciptaan virus sifilis (syphilis).
Pada 1920-an, virus sifilis diciptakan, kemudian para dokter (disokong pemerintah) melakukan uji coba virus itu pada para petani Alabama.
Dokter-dokter kesehatan publik itu dengan sengaja berbohong kepada para buruh tani kulit hitam Alabama, dan itu didukung pemerintah.
Mereka menyatakan memberi vaksinasi untuk tujuan kesehatan, tetapi menyuntikkan bibit-bibit virus yang kemudian disebut sifilis.
Para petani tidak menyadari, dan sejak itu virus sifilis berkembang biak di tubuh mereka. Para dokter biadab memantau mereka diam-diam.
Selama 40 tahun kemudian, orang-orang yang disuntik virus itu mati perlahan-lahan, dan hal itu dianggap bagian uji coba atau eksperimen.
Bahkan ketika penisilin ditemukan, para dokter itu tetap tidak berupaya menyembuhkan para petani yang telah disuntik virus sifilis.
Ketika para petani itu mati satu per satu, dokter-dokter pemerintah membujuk keluarga si mati untuk memberi izin melakukan otopsi.
Orang-orang miskin itu pun mengizinkan, karena mereka menerima imbalan, yakni pemerintah akan menanggung biaya pemakaman.
Fakta mengerikan itu disembunyikan dalam satu dokumen CIA, berjudul “The Plutonium Files: America’s Secret Experiments in the Cold War”.
Bertahun kemudian, setelah sukses dengan virus sifilis, virus lain yang jauh lebih hebat diciptakan, yang kemudian dikenal sebagai HIV.
Virus HIV/AIDS adalah ciptaan yang sangat hebat, kreasi yang genius, karena virus itu langsung membidik sistem sel-T manusia.
Jika kita menyerang sistem sel-T manusia, kita membinasakannya. Tanpa repot-repot, tanpa ribut-ribut. Itulah yang dilakukan HIV/AIDS.
WHO sendiri, secara tersirat, telah mengakui bahwa mereka memang terlibat dalam penciptaan/penyebaran virus HIV/AIDS di Afrika.
Dalam The Federation Proceedings of the United States (1972), WHO menyatakan, “Dalam hubungannya dengan respons kekebalan, sejumlah...
... sejumlah pendekatan eksperimental dapat diperlihatkan.” Pernyataan itu berkaitan dengan virus HIV/AIDS. Mereka pula yang punya ide.
WHO mengusulkan bahwa cara yang halus dan rapi untuk melakukan itu adalah dengan memasukkan virus HIV/AIDS ke dalam program vaksinasi...
... kemudian menunggu dan mengamati hasilnya. “Ini, khususnya, akan bersifat informatif pada orang-orang yang memiliki hubungan darah.”
Pada 1972, WHO mengadakan vaksinasi cacar di sejumlah tempat yang telah dipilih: Uganda, Haiti, Brasil, Jepang. Hasilnya bisa ditebak.
Tidak lama setelah program vaksinasi itu dilakukan, tempat-tempat itu menjadi epidemiologi (penyebaran) HIV/AIDS. Sama seperti lainnya.
Penjelasan soal ini masih sangat panjang jika diteruskan. Dan aku sudah capek. Jadi cukup sekian.
Kesimpulannya sama seperti awal tadi: Yang kita tahu dan kita percaya belum tentu memang seperti itu kenyataannya.
Di luar HIV/AIDS, masih banyak pengetahuan lain yang merupakan hasil kebohongan dan manipulasi. Tapi orang-orang yang tahu memilih diam.
Pengetahuan-pengetahuan semacam itu sengaja disembunyikan dan dilindungi. Itu jenis pengetahuan yang bisa membuat siapa pun terbunuh.
Selamat malam, selamat tidur, selamat bermimpi buruk. Dunia tak seramah yang kita kira, manusia pun kadang tak semulia yang kita percaya.
....
....
Jika ingin memverifikasi ocehan saya di atas, atau ingin mempelajari lebih lanjut mengenai kebenaran HIV/AIDS, silakan merujuk pada referensi berikut:
- A. Chase, Magic Shots, William Morrow & Company, 1982.
- A. Fenner & W. Check, The Truth About AIDS, Rinehart & Winston, 1984.
- A. Hooper, The River: A Journey to the Source of HIV and AIDS, Little Brown & Company, 1999.
- A. Kellner, Reflections of Wolf Azmunness, Proggress in Clinical and Biological Research, 1985.
- AR. Cantwell, Jr., Queer Blood: The Secret AIDS Genocide, Aries Rising Press, 1993.
- AR. Cantwell, Jr., The Cancer Microbe, Aries Rising Press, 1990.
- AR. Cantwell, Jr., AIDS and the Doctor of Death: An Inquiry into the Origin of the AIDS Epidemic, Aries Rising Press, 1988.
- AR. Cantwell, Jr., AIDS: The Mystery and the Solution, Aries Rising Press, 1984.
- AR. Cantwell, Jr. & L. Rowe, African ‘eosinophilic bodies’ in vivo in two American men with Kapoi’s sarcoma and AIDS, Journal of Dermatologic and Surgery and Oncology 11, 1985.
- C. Pillar & K. Yamamoto, Gene Wars: Military Control Over the New Genetic Technologies, Beech Tree Books, 1988.
- J. Goodfield, Quest for Killers, Birkhauser, 1985.
- JB. McCormick, et al., Level 4: Virus Hunters of the CDC, Turner Publishing, 1996.
- L. Montagnier, Virus, Norton Company Inc., 2000.
- LG. Horowitz, Emerging Viruses: AIDS and Ebola, Tetrahedron, 1996.
- R. Chirimuuta, AIDS, Africa and Racism, Brethy House, 1987.
- R.E. Lee, AIDS: An Explosion of the Biological Time-Bomb?, Biographical Publishing Company, 2000.
- RF. Garry, et al., Documentation of an AIDS Virus in the United States in 1986., JAMA, 1988.
- R.Y. Dodd & LF. Barker, Infection, Immunity and Blood Transfusion, Proceedings of the XVth Annual Scientific Symposium of the American Red Cross, 1985.
- Robert Gallo, Virus Hunting: AIDS, Cancer and the Human Retrovirus, Basic Books, 1991.
- S. Connor, AIDS Science Stands on Trial, New Scientist, Februari, 1987.
- V. Livingston & E. Addeo, The Qonquest of Cancer, Franklin Watts, 1984.
- AIDS: A Doctor’s Note on the Man-Made Theory, New Down, No. 46, Jan-Feb, 1998.
- AIDS: Who is Blame?, New Down, No. 66, May-Jun, 2001.
- Chimps, Conspiracies and Killer Viruses, New Down, No. 54, May-Jun, 1999.
- Gay Cancer, Emerging Viruses and AIDS, New Down, No. 50, Sep-Oct, 1998.
- The Origin of AIDS, New Down, No. 92, Sep-Oct, 2005.