Aku tak habis pikir dengan orang-orang yang menganggap kebisingan
sebagai kehebatan, yang menganggap kerasnya suara sebagai tanda kebenaran.
—Twitter, 16 Juni 2016
Aku tak habis pikir dengan orang-orang yang menganggap mulia
dalam pandangan manusia sama artinya mulia di mata Tuhan.
—Twitter, 16 Juni 2016
Aku tak habis pikir dengan orang-orang yang menganggap kebisingan
sebagai hal penting, padahal bulan dan angin dan alam hidup dalam hening.
—Twitter, 16 Juni 2016
Aku tak habis pikir dengan orang-orang yang menyembah suaranya sambil
merasa sedang menyembah Tuhannya, yang memuja diri sambil merasa suci.
—Twitter, 16 Juni 2016
Aku tak habis pikir dengan orang-orang yang merusak keheningan dengan
dalih kebenaran, padahal kebenaran selalu bersenandung dalam hening.
—Twitter, 16 Juni 2016
Aku tak habis pikir dengan orang-orang yang keras bersuara, berharap
teriakannya didengarkan, padahal dirinya sendiri tak mendengar apa-apa.
—Twitter, 16 Juni 2016
....
....
Ada suatu masa ketika manusia menyembah diri sendiri sambil merasa
menyembah Tuhannya, membohongi diri sendiri sambil merasa benar dan suci.
—Twitter, 16 Juni 2016
Ada “sia” dalam “manusia”. Saat mereka ramai berteriak, bersahutan,
menciptakan kebisingan, mereka pun sungguh sia-sia. Oh, well, sia-sia.
—Twitter, 16 Juni 2016
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.