Kamis, 05 Juli 2018

Noffret’s Note: Hoaks

Aku gelisah melihat kasus Saracen, karena sulit percaya pada beberapa hal terkait kasus itu. Terlalu fantastis, kalau kau tahu maksudku.
—@noffret, 25 Agustus 2017

Tweet itu kutulis pada 25 Agustus tahun lalu, saat banyak orang berusaha meyakinkan kalau kasus Saracen benar-benar terjadi. Dan apakah kegelisahanku terbukti benar? Jawabannya ada di artikel Tirto di bawah ini.
—@noffret, 7 April 2018

Artikel ini secara tegas dan jelas mengonfirmasi kecurigaanku setahun lalu, terkait kasus Saracen. Bahwa kasus itu cuma "permainan". Vonis Jasriadi: Dua Kali Polisi Gagal Buktikan Tuduhan Soal Saracen » https://bit.ly/2zhtu7g
—@noffret, 7 April 2018

Sejak awal aku tidak percaya kasus Saracen, bukan karena tendensi politik, tapi semata karena kasus itu memang aneh dan janggal. Itu sama seperti kecurigaanku pada kasus "prostitusi artis" yang kutulis di sini » https://bit.ly/2uTJBpr
—@noffret, 7 April 2018

....
....

Mabes Polri: 60 Persen Informasi di Media Sosial Hoaks » https://bit.ly/2KLTkVJ
—@kumparan,13 April 2018

Saracen (sebagai misal) dituduh sebagai pabrik hoaks, tapi tuduhan itu terbukti tidak benar. Padahal media-media sudah mem-blow up tuduhan itu besar-besaran, habis-habisan, hingga masyarakat percaya. Jadi, siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab atas penyebaran hoaks?

Ingat kasus JIS? Selama kasus itu bergulir dan bikin geger se-Indonesia, tidak ada media yang mewawancarai orang-orang yang dituduh, secara langsung, untuk mendengar suara mereka. Padahal mereka punya hak untuk didengar. Jadi, di mana "asas praduga tak bersalah"?

Lalu kasus kopi sianida. Adakah media yang langsung menemui Jessica (sang tertuduh) untuk mendengar suaranya? Tidak ada! Padahal awak media tahu, "berita harus berimbang", "kedepankan asas praduga tak bersalah", "cover both side", bla-bla-bla. Tapi mereka tidak ingat semua itu.

Aku bukan fanboy Rocky Gerung, tapi aku setuju pada satu pendapatnya, bahwa pihak yang paling mungkin membuat hoaks (secara efektif) adalah pihak yang memiliki perangkat untuk melakukannya. Karena "perangkat" itulah yang bisa mendikte media untuk menyuarakan maksud mereka.

Jika ada yang bingung dengan ocehan ini, karena membawa-bawa JIS dan Jessica, sila baca 3 catatan ini:

Kasus JIS: Sebuah Catatan » http://bit.ly/16LtOaJ 
Jejak-jejak Keanehan Kasus Kopi Sianida » http://bit.ly/2eY3ZMG 
Jessica dan Burung-burung Nasar » http://bit.ly/2eNY0dd 


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 April 2018.

 
;