Senin, 20 Mei 2019

Feminisme Salah Kaprah

Saat ini ada sebagian orang yang tampaknya berusaha menganggap bahwa semua kesalahan wanita bukan kesalahan, atau harus dimaklumi jika pelakunya wanita, seolah-olah wanita adalah makhluk yang tidak mungkin bersalah, dan kita harus menganggap mereka tak bersalah.

Berkendara di jalan seenaknya itu salah. Tapi kalau pelakunya wanita—khususnya ibu-ibu, tentu saja—kita diminta memaklumi. Menyalakan lampu sein kiri belok kanan itu salah, bahkan berbahaya. Tetapi, lagi-lagi, kita diminta untuk memaklumi seolah itu hal biasa-biasa saja.

Padahal, orang baru bisa memperbaiki kesalahannya, jika menyadari itu kesalahan. Kalau kita terus membela mereka seolah mereka tak bersalah, sampai kapan pun mereka tidak akan belajar dan berupaya memperbaiki kesalahannya. Ngapain, wong kita terus menerus memaklumi.

Membela wanita secara membabi buta semacam itu sebenarnya justru menjadikan wanita tidak belajar dari kesalahannya, dan terus melakukan kesalahan serupa, karena mereka pikir itu bukan kesalahan, atau kesalahan yang bisa dimaklumi... hanya karena mereka wanita.

Kita menyebut bahwa wanita kadang (atau bahkan sering) melakukan kesalahan di jalan raya, bukan karena melarang mereka berkendara. Mereka tentu punya hak untuk berkendara, tapi mereka juga wajib mematuhi aturan sehingga tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Itu poinnya!

Mentang-mentang sekarang lagi tren feminisme, lalu kita bersikap seolah-olah wanita tak pernah salah, atau kita harus terus menerus memaklumi kesalahan mereka. Itu bukan feminisme, tapi seenaknya-sendiri-isme! Kesalahan tetap kesalahan, tak peduli siapa pun pelakunya.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 7 November 2018.

 
;