Rabu, 15 Mei 2019

Noffret’s Note: Origin

Butuh 20 jam nonstop bagiku untuk mengkhatamkan Origin-nya Dan Brown, seisi-isinya. Seperti yang sudah diduga, aku puas menikmatinya.

Aku menyebutnya "Hukum Ketiga Newton" dalam membesarkan anak: Untuk setiap kegilaan, selalu ada kegilaan yang sama besar dan berlawanan arah. —Edmond Kirsch, Origin

Tensi ketegangan dalam Origin tidak setinggi novel-novel Dan Brown sebelumnya. Malah cenderung datar. Tapi kisah di dalamnya... paling gila di antara semua novel sebelumnya.

Siapakah pahlawan dalam serial novel Dan Brown? Robert Langdon? Bukan. Menurutku, pahlawan sesungguhnya dalam novel-novel Dan Brown justru para antagonisnya. Robert Langdon hanya berfungsi sebagai semacam "narator".

Dalam Inferno-nya Dan Brown, Bertrand Zobrist diposisikan sebagai antagonis. Menurutku, dialah pahlawan sesungguhnya.

Catatan (untuk tidak menyebut pesan moral) dari Origin: Jika agama dulu pernah menentang kebenaran teori Galileo, tapi sekarang menerimanya... ada kemungkinan kelak agama juga akan menerima kebenaran teori evolusi, setelah tidak bisa lagi berkelit dari fakta-fakta yang ada.

Sekian ratus tahun lalu, teori Galileo (bumi mengitari matahari) jelas hantaman telak bagi ajaran agama, yang mengajarkan matahari mengitari bumi. Tapi toh kebenaran teori itu tak bisa dibantah. Di zaman kita, teori evolusi seperti mengulang hal serupa.

Dalam bayanganku, sekian puluh tahun mendatang, agama-agama akan menerima kebenaran teori evolusi, meski saat ini mati-matian menentangnya, sebagaimana agama sekarang menerima kebenaran teori Galileo meski dulu mati-matian menentangnya.

Akan sangat menarik membayangkan jika itu terjadi, saat agama-agama akhirnya menerima kebenaran teori evolusi, karena tidak bisa lagi berkelit dari sekian banyak fakta yang tak bisa dibantah. Karena penerimaan itu akan menjadi semacam pengakuan dengan implikasi yang mengerikan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 Desember 2017.

 
;