Setahuku, nama yang benar adalah rengginan, bukan rengginang. Tambahan "ng" itu berasal dari sebagian orang yang terbiasa "mendengungkan" kata, khususnya yang berakhiran "an"—banyak orang Jawa yang punya kebiasaan-tak-sadar semacam itu.
Di Jawa, khususnya di lingkunganku, banyak akad nikah yang terpaksa diulang karena tidak sah, gara-gara kebiasaan mendengungkan kata. Dalam akad nikah, ada kata "wan nikakhaha", tapi diucapkan "wan ningkakhaha". Itu contoh kebiasaan-tak-sadar orang Jawa dalam mendengungkan kata.
Tapi kenapa "rengginang" lebih populer daripada "rengginan"?
Well, kenapa heran? Bukankah hidup kita memang begitu? Ada banyak kesalahan yang kita anggap benar, dan terus melakukannya dengan keyakinan bahwa itulah yang benar. Saat ada yang mengingatkan, kita tak terima.
Menganggap Ramadan sebagai bulan suci itu keliru, tapi kita menganggapnya benar. Padahal bahkan ajaran Islam sendiri sudah menegaskan bahwa Ramadan bukan bulan suci. Sesuatu yang sering dikoar-koarkan BUKAN BERARTI pasti kebenaran. » Ramadan Bukan Bulan Suci
Menyatakan Idulfitri sebagai "kembali suci" itu salah, tapi kita menganggapnya benar, karena membayangkan diri "kembali suci" terasa menyenangkan. Jadi kita pun menerimanya sebagai kebenaran, karena memuaskan ego (ketololan) kita. » Idulfitri adalah Hari Raya Biasa
Jadi, persoalan rengginan yang menjadi rengginang pasti sama sekali bukan masalah bagi kita, karena bahkan hal-hal yang lebih substansial saja kita abaikan. Kebenaran versi kita adalah "kebenaran kerumunan"—hanya benar jika diucapkan dan diyakini banyak orang.
Sebagian orang mungkin ingin berkata, "Lhah, paling rengginan saja dipersoalkan!"
Ya, benar sekali, dan itulah yang dilakukan masyarakat umum—oh, well, umum—aku benci menyebut istilah ini.
Hal-hal besar dibangun di atas hal-hal kecil. Kebenaran dibangun di atas detail.
Kalau kita mau jujur pada diri sendiri, kita akan melihat dan menyadari bahwa sebenarnya banyak hal yang kita yakini sebagai kebenaran, semata-mata karena sering dikoar-koarkan atau diyakini banyak orang.
Persoalannya, fellas, kebenaran tidak bekerja dengan cara semacam itu.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 7 Juni 2019.