Selasa, 15 Oktober 2019

Duane dan Kapur Merah

Duane menggesek-gesekkan kapur merah ke kakinya, seolah menggambar atau menulis atau membuat garis di betisnya, meski aku tidak paham dan tidak yakin. Atau mungkin dia ingin membuat garis luka, atau menyamarkan luka yang berdarah.

Entahlah.

Kami duduk di depan rumah, dan berbicara tentang hal-hal tidak jelas, dan aku masih menemukan Duane yang dulu, yang pernah kukenal. Meski semula aku tak mengenal. Betapa panjang waktu yang terlalui, yang tak kusadari.

Yang kusadari adalah bahwa kami sama-sama hilang, dengan takdir masing-masing yang sunyi. Aku bertanya-tanya apakah Duane pernah memikirkan atau mempertanyakan kenyataan itu, dan aku tak yakin. Dia mungkin terlalu sibuk dengan kenyataan, dengan banjir dan gelegar gunung, dengan badai api yang menjilat-jilat malam.

Duane menggesek-gesekkan kapur merah ke kakinya, seolah menggambar atau menulis atau membuat garis di betisnya, meski aku tidak paham dan tidak yakin. Atau mungkin dia ingin membuat garis luka, atau menyamarkan luka yang berdarah.

 
;