Minggu, 24 November 2019

Jualan Selangkangan Bertopeng Agama

Tampaknya, jualan yang paling mudah laku memang jualan selangkangan. Sebagian menjualnya dalam isu perkawinan, sebagian lagi menjualnya dalam isu poligami. Sama-sama sesat dan merusak, karena mengeksploitasi selangkangan untuk mencari keuntungan, tapi menggunakan topeng agama.

Yang jualan selangkangan dengan isu pernikahan, berkoar-koar, "Menikah adalah ibadah." Padahal, mereka cuma ingin bilang, "Gue tahu elu ingin ngeseks. Nih, gue jualan cara mudah ngeseks tanpa disalahkan, karena ibadah." Maka mereka pun terkenal, dan "dagangan" mereka laris.

Sama saja, yang jualan selangkangan dengan isu poligami, berkoar-koar, "Poligami adalah sunah nabi." Padahal, mereka sebelas dua belas dengan yang jualan selangkangan dengan isu pernikahan. Sama-sama jualan, sama-sama ingin terkenal, sama-sama ingin keuntungan dari jualan mereka.

Yang jualan selangkangan dengan isu pernikahan maupun poligami itu sama-sama merusak. Pernikahan berimplikasi pada anak-anak yang mereka lahirkan, sementara poligami berimplikasi pada kemungkinan terjadinya eksploitasi. Ngurus diri sendiri saja belum tentu bener, ngurus 4 istri.

Daripada menyuruh-nyuruh orang lain cepat menikah, jauh lebih baik memberitahu konsekuensi menikah yang berat, yang jarang diketahui orang yang belum menikah. Begitu pula dengan poligami. Menunjukkan konsekuensi atas sesuatu jauh lebih baik, sebelum menyuruh melakukan sesuatu.

Jika bumi makin rusak karena populasi yang semakin padat, dan jika kehidupan manusia makin buruk hingga setaraf binatang karena harus sikut-sikutan demi bisa makan... maka orang pertama yang patut disalahkan adalah mereka yang jualan selangkangan dengan isu pernikahan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 25 Juli 2018.

 
;