Yakin dengan ide-ide dan kecakapanmu sendiri,
serta mampu membuat keputusan sendiri, adalah langkah pertama
untuk meraih kesuksesan dalam hidup.
—Wayne W. Dyer
serta mampu membuat keputusan sendiri, adalah langkah pertama
untuk meraih kesuksesan dalam hidup.
—Wayne W. Dyer
Salah satu hal yang aneh di dalam kehidupan ini adalah ketika kita menyadari dan menyaksikan betapa banyaknya orang-orang di sekitar kita yang sangat menginginkan agar kita tak pernah bisa lebih unggul dari mereka.
Lihat dan perhatikan. Kalau ada seseorang yang mengatakan, “Aku ingin bisa mencapai itu...” atau, “Aku mengimpikan hal itu...” maka hampir dapat dipastikan ada lebih banyak orang yang akan menentangnya daripada mendukungnya. Orang-orang yang menentang itu biasanya akan mengatakan, “Ah, menurutku itu tidak mungkin.” Atau, “Kamu kok muluk-muluk sekali, sih?” Atau, “Hidup itu yang realistis saja.”
Jarang sekali ada orang yang mau mendukung impian orang lainnya—orang-orang yang dengan besar hati dan senyum tulus mengatakan, “Kau benar-benar menginginkan hal itu? Hebat! Aku mendukungmu!”
Selama bertahun-tahun saya menyaksikan keanehan tersebut, dan berusaha mencari tahu mengapa ada gejala ‘tidak sehat’ semacam itu. Mengapa ada banyak orang yang lebih senang memustahilkan dan mencemooh sekaligus merendahkan impian orang lain daripada yang mendukungnya. Dan jawabannya saya temukan dalam buku yang ditulis oleh Dr. David J. Schwartz, The Magic of Thinking Big.
David J. Schwartz mengatakan, bahwa di dalam kehidupan kita ini lebih banyak orang yang berpikir kecil dan berjiwa kerdil daripada orang yang berpikir besar dan berjiwa besar. Orang-orang yang biasa memustahilkan impian orang lain itu sesungguhnya adalah orang-orang kalah—para pecundang dalam hidupnya sendiri—yang tidak menginginkan orang-orang lain lebih unggul dari mereka. Karenanya, kemudian—tanpa disadari oleh diri mereka sendiri—mereka pun lebih suka mematahkan semangat orang lain daripada membantu menumbuhkannya.
Perhatikan ilustrasi berikut: Kalau kita berkata pada seorang pengangguran yang malas bahwa kita ingin menjadi seorang jutawan, apa kira-kira jawaban dari si pengangguran itu? Dia akan menertawakan dan menganggap impian kita mustahil! Dia mungkin akan mengatakan, “Sudahlah, hidup itu yang realistis saja...”
Mengapa dia berkata seperti itu? Karena orang yang kita ajak bicara itu seorang pecundang, seorang pengangguran yang malas tanpa masa depan!
Tetapi sekarang katakan kepada seseorang yang telah menjadi jutawan, bahwa kita mengimpikan untuk bisa menjadi seorang jutawan. Apa kira-kira jawaban orang itu? Dia akan tersenyum dan berkata, mungkin seperti ini, “Aku yakin kau akan mampu mewujudkan impianmu, kalau kau benar-benar bertekad mengejar impian itu hingga terwujud.”
Mengapa dia berkata seperti itu? Karena orang yang kita ajak bicara itu telah mencapai dan memiliki apa yang kita inginkan!
Sudahkah kita melihat letak perbedaan paling fundamental dalam hal ini? Orang dibedakan dari pikirannya! Orang besar berjiwa besar, sementara orang kecil berjiwa kerdil. Orang besar tak pernah menertawakan impian besar—sementara orang-orang kecil berjiwa kerdil paling hobi menertawakan impian besar, dan kemudian mereka merendahkan serta mencemoohkannya!
Mungkin apa yang saya paparkan ini terkesan sinis, namun selama bertahun-tahun saya menyaksikan bahwa memang seperti itulah kenyataannya. Lebih banyak orang yang menertawakan impian orang lainnya daripada yang dengan tulus mendukung, lebih banyak orang yang menunjukkan kesan “tidak rela” jika ada orang lain mengungguli dirinya, dan kemudian mencemooh cita-cita orang lainnya.
Selama bertahun-tahun saya mengejar impian-impian saya, ada lebih banyak orang yang menertawakannya, ada lebih banyak orang yang mencoba menghentikan langkah saya, ada lebih banyak orang yang mencemooh, merendahkan serta memustahilkan impian-impian saya. Dan hari ini, satu hal yang sangat saya syukuri dalam kehidupan pribadi adalah...
...saya tidak pernah menghiraukan mereka.