Minggu, 19 Juni 2011

DaVinci, Tan Malaka, dan Bocah Lainnya



Akhir-akhir ini saya kok jadi sering lupa. Entah karena terlalu stres mikir kerjaan atau karena lainnya. Saya juga hampir lupa kalau bulan ini belum memposting pertanyaan teman-teman yang sudah ngendon di inbox.

Well, mumpung ingat, berikut ini beberapa pertanyaan seputar buku yang mungkin sudah nunggu lama. Maafkan sobat kalian yang sekarang jadi mudah lupa ini ya…


Da’, ini nyambung postingmu yang dulu ya, soal “Codex Leicester”-nya Leonardo DaVinci. Sekarang kan muncul box set DaVinci. Nah, di dalam box set itu terdapat “Codex Leicester”, nggak? Terus, apakah box set itu juga ada dalam edisi bahasa Indonesia?

Waah, sori, saya belum bisa memastikan apakah “Codex Leicester” masuk dalam box set itu atau tidak, karena sampai sekarang saya belum memilikinya. Mungkin satu-dua bulan ke depan saya baru bisa memastikan. Setahu saya, saat ini box set tersebut hanya tersedia dalam bahasa Inggris dan Jepang. Jadi, kalaupun kamu mendapatinya sudah masuk ke Indonesia, itu barang impor.


Ini untuk tugas kuliah—saya lagi nyari buku “The World is Flat” karya Thomas L. Friedman. Apakah bukunya sudah diterjemahkan dan sudah masuk ke Indonesia?

Seharusnya, pertanyaan yang tepat adalah, “Apakah bukunya masih ada di Indonesia?” Hehehe, soalnya “The World is Flat” sudah lama masuk ke Indonesia dalam edisi terjemahan, dan sudah terbit pada tahun 2006. Buku itu diterbitkan Penerbit Dian Rakyat. Saya tidak yakin kalau sekarang bukunya masih ada di toko-toko buku. Kalau memang penting banget, coba langsung hubungi penerbitnya saja.


Dulu, kamu pernah nulis post mengenai buku “Mein Kampf” yang ditulis Adolf Hitler. Saya jadi penasaran ingin membaca isinya. Sepertinya asyik bisa menyelami pikiran-pikiran Hitler. Apakah buku itu juga diterjemahkan ke bahasa Indonesia? Atau jangan-jangan kamu membacanya dalam bahasa Jerman?

Waduh, ngomong Jerman saja saya nggak bisa, apalagi membaca buku berbahasa Jerman?

“Mein Kampf” yang ditulis Hitler sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kok. Dan saya juga membacanya dalam bahasa Indonesia. Ada beberapa penerbit di Indonesia yang menerbitkan buku tersebut, dan masing-masing penerbit menerbitkannya dalam bentuk berbeda.

Maksudnya, ketika Hitler menulis “Mein Kampf”, separuh bagiannya ia tulis di dalam penjara, dan separuhnya lagi ia tulis setelah keluar dari penjara. Masing-masing bagian itu—dulunya—diterbitkan secara terpisah (Mein Kampf I dan Mein Kampf II). Jadi, sebenarnya, “Mein Kampf” terdiri atas dua jilid.

Nah, penerbit di Indonesia ada yang menerbitkannya dalam dua jilid terpisah, ada pula yang menerbitkannya secara sekaligus (menyatukan kedua jilid itu dalam satu terbitan, sehingga bukunya tebal sekali). Mungkin—sekali lagi, mungkin—buku si keparat itu masih bisa didapatkan di toko-toko buku. Coba aja cari, siapa tahu kamu bisa kenalan dengan si Hitler. :D


Saya lagi ngefans sama Tan Malaka. Membaca pemikiran-pemikirannya di beberapa blog yang mengulas tentangnya, saya jadi penasaran ingin membaca Tan Malaka seutuhnya. Kalau tidak keliru, Tan Malaka juga menulis buku berjudul “Madilog”, kan? Kira-kira buku itu masih ada nggak ya? Karena itu kan buku jadul.

Tan Malaka adalah salah satu bocah jenius Indonesia yang pemikiran-pemikirannya layak kita dengarkan, dan “Madilog” memang benar-benar layak dibaca!

Apakah saat ini “Madilog” masih ada? Masih! Kita patut bersyukur, karena ada penerbit di Yogya yang menerbitkan “Madilog” setahun kemarin, dan kemungkinan besar masih bisa dicari di toko-toko buku. Semoga ketemu ya, dan titip salam buat Tan. :)


 
;