Berulang kali kita mendengar pepatah yang menyatakan bahwa ‘diam itu emas’. Akibatnya, kita sering kali memilih untuk diam daripada bicara dan mengeluarkan pendapat kita.
Dalam berbagai forum, dalam pertemuan-pertemuan ataupun dalam acara-acara lainnya, kita sering memilih diam daripada bersuara. Mungkin pilihan itu diambil karena terpengaruh pepatah ‘diam itu emas’ atau juga karena kita sering kali takut kalau sampai terlihat atau terkesan bodoh karena bersuara. Padahal, sebuah suara memiliki pengaruh yang sangat besar—sebuah suara memiliki arti yang bahkan mungkin belum pernah kita bayangkan.
Pada tahun 1645, satu suara membuat Oliver Cromwell memegang kendali atas Inggris.
Tahun 1649, satu suara mengakibatkan Charles I, Raja Inggris, dieksekusi.
Tahun 1868, satu suara menyelamatkan Presiden Andrew Jackson dari impeachment.
Tahun 1875, satu suara mengubah Prancis dari Monarki ke Republik.
Tahun 1876, satu suara memberikan kursi kepresidenan Amerika Serikat pada Rutherford B. Hayes.
Tahun 1923, satu suara memberi Adolf Hitler kepemimpinan atas Partai Nazi.
Dan tahun 1941, satu suara menyelamatkan undang-undang Dinas Militer, hanya beberapa minggu sebelum pemboman atas Pearl Harbor.
Setiap kali kita memilih diam daripada mengeluarkan suara dan pendapat, ingatlah apa yang pernah dikatakan Igor Stravinsky, “Diam memang menyelamatkanku dari berbuat salah dan bodoh, tetapi juga menghalangiku dari kemungkinan menjadi benar.”
Tidak selamanya diam itu emas.