Selasa, 26 Februari 2013

Teman Saya Ikut MLM, lalu Berhenti Menjadi Teman Saya (4)

Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Selama waktu-waktu itu, saya tetap berkawan karib dengan Rifki seperti biasa, seperti sebelumnya. Bedanya, kali ini, dia terus aktif berusaha memprospek saya, meski saya tetap bergeming. Namun, yang jelas, hubungan kami masih baik-baik saja, dan saya bersyukur. Saya tidak ingin kehilangan sahabat sebaik dirinya.

Sampai suatu hari, Rifki curhat, dan minta pendapat saya. Fandi—upline Rifki yang telah memprospeknya agar bergabung dengan MLM ABC—meminta Rifki agar meninggalkan pekerjaannya di biro ekspedisi, agar lebih fokus menjalankan bisnis MLM ABC. Rifki bingung menghadapi permintaan upline-nya tersebut. Di satu sisi, dia telah bekerja di biro ekspedisi itu cukup lama, hingga sampai dipercaya atasannya. Di sisi lain, Rifki tergiur dengan janji-janji indah yang ditawarkan MLM ABC.

Karena dia meminta pendapat saya, maka saya pun memberikan pandangan yang saya harap cukup bijak. Saya katakan kepadanya, agar dia tidak meninggalkan pekerjaan tetapnya. Pertama, dia telah bekerja di sana bertahun-tahun, dan perusahaan itu sepertinya juga memiliki masa depan yang lebih mantap. Kedua, Rifki telah memiliki anak dan istri, yang tentu membutuhkan nafkah pasti dari pekerjaan yang sama pastinya.

Ketiga, bisnis MLM dapat dilakukan sewaktu-waktu karena tidak memiliki jam kerja yang pasti, sehingga dia masih bisa menjalankan bisnis MLM-nya tanpa harus meninggalkan pekerjaan utamanya. Keempat, kalau memang bisnis MLM yang ditekuninya telah memberinya penghasilan yang jauh lebih besar setiap bulan dibanding pekerjaan tetapnya, silakan saja kalau ingin keluar dari pekerjaan tetap agar lebih menekuni bisnis MLM.

Kenyataannya, bisnis MLM yang ditekuni Rifki belum memberikan penghasilan yang dapat dibilang bagus. Kita tahu, penghasilan para aktivis MLM tidak bisa hanya disandarkan pada keuntungan menjual produk. Untuk bisa mendatangkan penghasilan yang besar, para aktivis MLM harus merekrut downline. Semakin banyak downline yang dimiliki, biasanya penghasilan akan meningkat naik—dengan catatan si downline juga aktif mencari downline lain, dan aktif belanja produk.

Rifki mungkin tergiur dengan janji-janji yang pernah ia dengar dari para mentor dan upline-nya. Karenanya, meski penghasilan yang ia dapat dari bisnis MLM itu belum seberapa, akhirnya dia nekat meninggalkan pekerjaan tetapnya, demi untuk bisa menekuni bisnis MLM secara penuh waktu. Tujuannya tentu agar dia bisa mencapai semua janji indah seperti yang selama ini didengarnya—rumah mewah, mobil bagus, wisata ke luar negeri, dan penghasilan jutaan atau bahkan milyaran per bulan.

Setelah keluar dari pekerjaan tetapnya, Rifki pun semakin aktif mencari prospek, dan dia semakin agresif memprospek saya. Sejujurnya saya menyayangkan dia memilih keluar dari pekerjaan tetapnya, tapi itu pilihannya sendiri, dan saya tidak berhak menyalahkannya. Jadi, ketika menyaksikan dia kesana kemari mencari prospek demi bisa menafkahi anak istrinya, saya hanya bisa mendoakannya.

Hingga kemudian, karena terus-menerus diprospek tanpa henti, akhirnya saya menyerah. Saya memutuskan untuk bergabung dengan MLM ABC yang ditawarkan Rifki. Waktu itu, saya berpikir, MLM ABC juga memiliki produk yang memiliki fungsi untuk detoks, sama seperti produk yang selama ini saya konsumsi. Apa salahnya kalau sekarang saya pindah ke produk yang ini?

Maka saya pun membayar sejumlah uang keanggotaan, dan mendapatkan starter kit, berserta contoh produk MLM ABC. Rifki sangat senang, saya telah menjadi downline-nya. Namun, sebelum saya menandatangani kesepakatan untuk bergabung dengan MLM ABC, saya menyatakan kepada Rifki, bahwa saya hanya akan mengonsumsi produknya semata, dan tidak akan memprospek orang lain untuk mencari downline. Pendeknya, saya hanya akan berbelanja produk, tanpa aktif di dalam MLM-nya.

Saya merasa perlu menyatakan hal itu secara tegas, agar dia tidak terlalu berharap. Juga agar dia nantinya tidak lagi merayu saya untuk hal-hal lain yang berhubungan dengan MLM ABC. Rifki menyatakan oke waktu itu, dan sejak itu pula saya resmi menjadi anggota MLM ABC.

Lanjut ke sini.

 
;