Membeli nasi goreng keliling tuh seperti berjudi. Dan sama seperti
berjudi, lebih sering kalah dan jengkel daripada senang dan puas.
—Twitter, 30 Januari 2016
Sial adalah lapar tapi malas keluar, lalu menghentikan tukang nasgor
yang lewat, dan kebetulan yang dihentikan nasgor yang tidak enak.
—Twitter, 30 Januari 2016
Kepada calon pacarku yang entah kapan dan di mana. Kelak kalau kita
kencan, jangan pernah mengajakku makan nasi goreng. Aku sudah bosan!
—Twitter, 2 Februari 2016
Seharusnya ada penjual nasi uduk keliling, nasi kebuli keliling,
nasi tomat keliling, nasi kuning keliling, dan lain-lain, dan sebagainya.
—Twitter, 2 Februari 2016
Barusan (terpaksa) makan nasi goreng yang tidak enak. Baru beberapa suap
sudah eneg. Aku benci makan tidak habis. Tapi mau bagaimana lagi?
—Twitter, 2 Februari 2016
Kadang ada keparat yang sok ngemeng, “Masih untung bisa makan.” |
Oh, aku lebih memilih mati kelaparan, daripada makan sesuatu yang kubenci.
—Twitter, 2 Februari 2016
Aku tidak tahu siapa atau seperti apa istriku kelak.
Tapi aku tahu satu hal... dia seorang mbakyu yang pintar masak.
—Twitter, 2 Februari 2016
Kecantikan tak pernah abadi. Tapi kepandaian memasak... ya.
—Twitter, 2 Februari 2016
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.